11. Dilamar

39 4 4
                                    

Memang, ini yang kuharapkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang, ini yang kuharapkan. Tapi bukan dengan ini caranya.

***

Kirana, Naya, dan Mona sudah siap untuk pulang dari rumah sakit. Hal yang Mona sudah tunggu selama beberapa jam terakhir. Rasanya Mona ingin sekali berteriak kencang karena merasa senang, meski rasanya terlalu berlebihan.

Baju rumah sakit yang Mona kenakan kini sudah tak dipakai lagi. Sudah diganti dengan pakaian santai. Kaos putih polos dan dibalut jaket berwarna hitam serta celana yang warnanya juga sama pula. Sedangkan rambut warna coklatnya digerai begitu saja seperti biasa.

“Ini baju udah lo beresin?” tanya Kirana. Tadinya ia berniat akan membereskan baju Mona ke tas, namun rupanya ia terlambat. Karena  baju Mona sudah tertata rapih di tas milik cewek itu.

Naya mengangguk, “Iya, udah gue beresin tadi. Biar kita langsung pulang.”

Akhirnya Kirana membereskan kasur saja yang tadinya ditempati oleh Mona. Sedangkan Mona sendiri duduk di sofa dan tak diizinkan untuk melakukan aktifitas apa pun. Kesehatan Mona belum pulih sepenuhnya.

“Sudah siap. Yuk, pulang,” ujar Mona dengan semangat. Tak sabar ingin segera pulang. Cewek itu mengikat rambutnya. Naya dan Kirana mengangguk.

Mereka berdiri, sudah siap untuk bergegas pulang. Namun seseorang yang masuk ke ruang rawat Mona membuat mereka urung melakukannya. Apalagi seseorang itu adalah orang yang mereka kenali.

“Dino?”

***

Mobil warna oranye menyala kembali menyusuri kota Jakarta, membelah kemacetan di jalan raya, meski cahaya matahari yang cukup terik hari ini. Namun sang pemilik mobil tak peduli akan hal itu.

Seraya menyetir mobil, sesekali mata Lisa terus terarah ke sebuah foto yang memang sengaja ia simpan di mobilnya. Foto dirinya dan Mona yang tengah tersenyum manis menghadap kamera.

Lisa sudah berhasil mendapatkan alamat Universitas Omega--tempat di mana Mona kuliah. Dan cewek itu akan langsung ke sana dengan harapan dapat bertemu kakaknya itu.

Rasa rindu sudah mencekik Lisa sudah lama. Satu setengah tahun cewek itu memang tak tahu di mana Mona kuliah, apalagi di mana kakaknya itu tinggal sekarang. Mona memblokir kontaknya, bahkan Whatsapp. Media sosial pun juga sama sehingga membuat Lisa harus kehilangan jejak. Entah kenapa Mona melakukan itu semua.

Dan sepertinya rasa rindu Lisa akan terobati. Rasanya ia sudah tak sabar akan segera bertemu dengan kakaknya itu hari ini.

Lisa memelankan laju mobilnya, matanya melihat jam Rolex--hadiah dari Mona dua tahun lalu yang harganya tidak main-main namun dengan uang hasil jerih payah kakaknya sendiri--dan rupanya sudah menunjukkan waktu tiga sore. Sudah hampir beberapa jam lamanya Lisa berada di Jakarta. Namun cewek itu sudah tidak peduli lagi, bahkan jika Tama akan mengetahuinya. Lisa memang sudah benar-benar tidak peduli.

Move On, dong! [Novelet]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang