Story by:
꒰ M4RLW0 ꒱
Warn: this story might be triggering for some of you. I am sorry.
Lagi-lagi hari yang sama. Sama-sama melelahkan untuk dilewati.
Mereka selalu mengatakan hal yang sama. Berulang kali. Merapalnya seperti mantra. Menatapku dengan mata sendu penuh rasa iba. Kalian siapa? Apa pedulimu padaku? Selalu membisikkan berita bohong pada telingaku. Tidakkah kau mengerti bahwa aku muak? Aku tidak akan percaya dengan apa pun yang kalian katakan. Tetapi mulut-mulut itu tidak berhenti membuka dan melayangkan berita itu padaku.
Aku tidak akan peduli. Aku percaya diriku sendiri.
Aku percaya kamu.
Ngomongin tentang kamu, apa kabar?
Ya, aku tahu mungkin bulan enggak bakal bisa menyampaikan pertanyaanku buat kamu. Tapi langit malam ini tenang banget. Bintangnya enggak terlalu ramai. Bulannya hampir sabit. Anginnya semilir tenang. Jadi mungkin kamu baik-baik saja. Semoga.
Sudah berapa lama kita tidak bertemu, Chan? Apa kamu berusaha menghubungi ponselku? Semoga tidak ya, karena mereka menjauhkanku dari ponselku. Padahal aku tahu betul, kamu pasti akan terus mengirimiku pesan jika aku tidak segera membalasnya.
Chan, aku benar-benar tidak tahu kau berada di mana. Terkadang hati kecilku selalu berharap jika kau akan datang kepadaku. Membuatku terkejut dan menangis dalam pelukanmu. Tapi bagaimana caranya, ya? Kau tidak mungkin bisa mengetahui lokasiku kalau bukan aku yang memberi informasi padamu. Huh, aku hanya bisa berkhayal.
Salju pertama turun kemarin, Chan. Aku melihatnya jatuh dari jendela kamarku. Ah, seandainya kamu melihatnya bersamaku. Aku yakin pasti kau langsung mengajakku keluar dan menangkap partikel-partikel yang berjatuhan itu. Bagaimana? Apa di tempatmu juga sudah turun salju, Chan?
Oiya, ngomong-ngomong, mereka masih tidak berhenti mengganggu ketenanganku. Mereka aneh, Chan. Mereka ingin aku pergi dari sini, padahal mereka sendiri yang menaruhku di sini. Iya, Chan, aku tahu pasti dirimu marah karena kau yang selalu memintaku menurut padanya. Tapi Chan, ibu sekarang tidak menyayangiku, tidak menyayangimu juga. Dia selalu mengatakan hal buruk tentangmu. Tentu saja aku marah padanya.
Tetapi lucunya, dunia seakan tidak berpihak kepadaku, Chan. Semua orang di lingkunganku percaya dengan ibuku. Semuanya mengatakan hal yang sama dengan ibuku. Mencoba mengubah pikiranku tentang kamu. Tidak, Chan. Aku percaya kamu. Kebohongan macam apa yang mereka lemparkan padaku? Aku tidak paham. Bisa-bisanya mereka mengatakan hal yang seperti itu mengenai kamu.
Mereka menyebutku gila, Chan.
Ah, lagi-lagi aku cerita ini. Tapi bagaimana lagi. Hanya kau, bulan, bintang, dan langit yang mau mendengarku. Orang-orang di sini memandangku sebelah mata. Seperti iba atau merasa jijik. Mungkin keduanya, aku tidak bisa membedakannya. Sesuai jam yang telah ditentukan, mereka membawakan obat dan nampan yang berisi makanan untukku. Lucu. Aku ini tidak sakit, Chan. Untuk apa aku meminum obatnya? Aku hanya menghabiskan makanannya. Hambar, sih. Tapi lebih baik daripada kelaparan.
Ayahku bilang kalau kau sudah tenang. Apa maksudnya? Kau tidak akan tenang tanpaku, aku tahu itu. Jadi aku tidak mungkin mempercayai kata-katanya. Chan tidak pernah tenang tanpaku, ayah! Kataku padanya saat itu. Ia menatapku tidak percaya. Tapi memang benar kan, Chan? Jika aku hilang dari radarmu, kau akan selalu mencariku. Dan mungkin sekarang kau gelisah karena aku tidak berada dalam jangkauanmu, tidak ada di sisimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[6] December to Remember✓
Fanfic✎... 6th [Season Project] Spesial ❝Christmas and New Year🎄❞ ↷ ⁞ Start: 25 Desember 2020 End: 13 Januari 2021 Let's check this out✨