9 tahun yang lalu..
“Mas!”
“Mas Abhi!”
Atri berlari ke arah Abhi ketika laki-laki itu baru saja keluar dari pagar rumahnya. Dengan senyum semringah perempuan dengan potongan rambut pendek seperti pria itu menghadang motor Abhi.
“Gue mau ke kampus, Dek.”
Atri menggeleng, menolak. “Tunggu, Mas ada yang pengen gue omongin. Penting.”
Abhi mengintip jam di pergelangan tangannya. “Ya udah, apa?” ucap Abhi pasrah.
“Mas Abhi kenal Viona, kan?”
“Enggak,” jawab Abhi jujur. Abhi benar-benar tidak tahu siapa itu Viona.
“Ihh, Mas. Itu lho temen gue yang sering ke rumah,” jelas Atri menunjuk rumahnya sendiri. Yang ada tepat di samping rumah Abhi.
Abhi mengikuti arah telunjuk Atri. “Terus?”
Atri mendesah panjang. “Mas udah tau, kan?”
Abhi mengangguk meski sebenarnya lupa-lupa ingat. Untuk apa juga ia mengingat teman sepermainan Atri. Ini Abhi lakukan agar Atri membiarkannya pergi. Kalau ditahan lebih lama, Abhi bisa terlambat.
“Dia suka sama Mas Abhi.”
“Terus?”
“Viona minta nomor Mas Abhi. Jadi, boleh enggak gue kasih?”
Cuma karena itu? Ini yang disebut penting? Astaga! Abhi memejamkan mata sembari menghirup napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan.
“Kasih aja,” sahut Abhi kemudian melajukan motornya.
“Makasih, Mas!” teriak Atri. Ia tersenyum puas, ada kabar baik yang menunggu sahabatnya.
***
Keesokan harinya, Viona datang ke rumah Atri untuk menagih janji. Dari jendela kamar Atri yang langsung berhadapan dengan rumah Abhi, Viona terus bertopang dagu. Menunggu, mungkin hari ini bisa melihat Abhi meski hanya sekilas.
“Biasanya jam segini Mas Abhi di kampus. Kenapa enggak coba lo SMS aja sih?” Atri memberikan saran sambil bermain game Zuma di komputernya.
“Gue takut gangguin Mas Abhi.”
“Enggak kok, paling juga di kampus dia cuma nongkrong.”
“Tau dari mana?”
“Mas Abhi sendiri yang pernah bilang. Katanya, kalau gue butuh apa-apa tinggal telepon dia. Berarti dia enggak pernah sibuk.”
“Hmm, gue coba deh,” kata Viona bersemangat.
Viona berjalan cepat dan duduk di atas tempat tidur, ia mengeluarkan ponselnya dari tas punggungnya. Cukup lama Viona menimbang-nimbang hingga akhirnya keberaniannya terkumpul. Viona menempelkan ponselnya di telinga dan menunggu laki-laki di seberang sana mengangkat teleponnya.
Atri menghentikan gamenya dan ikut bergabung di atas tempat tidur. “Gimana?” bisik Atri penasaran.
Viona menggeleng lemah.
“Coba telepon ulang,” kata Atri dan langsung disetujui Viona.
Dan berhasil! Abhi mengangkat teleponnya.
“Halo? Ini siapa?”
“Ha.. halo, Mas. Ini aku, Viona,” jawab Viona melirik Atri dengan senyum amat lebar.
“Oh, temannya Atri, kan? Ada apa?”
“Anu, itu.. Mas Abhi belum pulang?”
“Belum. Kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lamaran Kedua
RomanceTahun ini usia Katrina genap 26 tahun. Dan dalam jangka waktu setahun kemarin, sudah ada dua pria yang berani datang ke rumahnya. Bermaksud melamarnya. Katrina menolak dengan tegas. Alasannya? Yang pertama, Katrina merasa tidak akan cocok dengannya...