1 - she's been orbiting a dark star for far too long

897 121 7
                                    

Mempunyai ayah seorang perwira membuat hidup Garin lekat dengan tatanan ala militer. Posisinya sebagai anak bontot, yang identik dengan dimanja dan enak, nyatanya nggak membawa privilege apapun. Time table dan do's don'ts tetap menjadi poster wajib di kamar. Seabrek les, antar jemput, dan jam malam juga masih menjadi keharusan. Bahkan namanya Garini, katanya perempuan yang tangguh dalam peperangan. Nggak lah, bahkan Garin memastikan kalau dia akan jadi yang pertama gugur kalau benar ada perang. Lagian, ngapain dia ikut perang?

Selama ini, dengan semua tatanan itu, nyatanya Garin tidak banyak protes. Nyaris tidak pernah malah. She just suck it up cause it is what it is. Pola pikir yang terlanjur terbentuk seperti itu, ditambah kultur keluarga yang tidak banyak konfrontasi juga perangai ibu yang tenang dan mengatakan: masih banyak hidup yang jauh lebih tidak beruntung daripada kamu, membuat Garin cenderung menjalani hidupnya dengan tidak keberatan. Seperti itu sampai di suatu malam, di liburan semester dua, Garin masih didudukkan di meja makan bahkan setelah makan malam selesai.

"Rin, kamu masih ingat anaknya Om Probo? Yang diajak ke nikahannya Mbak Mita?" tanya Ayah setelah piring-piring dibereskan ibu. Seketika ingatan Garin memutar ke seminggu yang lalu, ke nikahan sepupunya yang diadakan outdoor mirip resepsinya Edward-Bella. Dia berusaha memilah ingatan terbaik tapi nihil kecuali kuah selat solo yang enak.

"Nggak ingat?" dan tebakan Ayah sukses memunculkan cengiran Garin. Nyatanya dia memang tidak ingat apapun pun tidak ada yang benar-benar menarik sampai harus dia ingat-ingat kan?

"Udah Ayah duga," Ayah lalu mendengus seraya terkekeh mafhum. Terlampau hafal dengan perangai anak bungsunya yang ignorant. Tidak menganggap penting suatu hal kecuali bersinggungan langsung.

Setelahnya, ayah justru mengutak-atik ponsel seiring Garin yang masih diam. Merajuk atau membercandai ayah adalah hal yang tidak familiar karena Garin sendiri tidak yakin dengan selera humor ayahnya. Atau mungkin, Garin memang tidak terbiasa.

"Ini," Ayah lantas menyorongkan ponsel kepada Garin. Seiring menerima, Garin bisa melihat foto profil seseorang yang diperbesar. Pada seorang laki-laki, muda, mungkin seumuran Garin (?) Garin konsisten memasang wajah tidak tahu.

"Maksudnya, Yah?"

"Namanya Janu. Sekampus sama kamu tapi jurusan teknik sipil kalau nggak salah. Ayah tau dia dari kecil. Dulu Ayah juga pernah ajak kamu main ke rumahnya waktu di Surabaya," tutur Ayah dan Garin masih mendengarkan.

"Ayah sama Om Probo dulu rekan di militer. Dia bawahan Ayah waktu Ayah masih kepala peleton. Kemarin lama nggak ketemu, kami jadi ngobrol banyak termasuk soal kamu yang ternyata seumuran Janu," Ayah menjeda demi melihat manik Garin yang masih sama clueless-nya. Hanya menyimak tanpa niat menginterupsi. "Janu anak yang baik, pintar, dan bertanggung jawab. Pendidikannya bagus bahkan dulu pernah mondok. Ayah pikir Rin, sekarang ini jamannya kacau. Do right thing atau do the thing right tidak ada bedanya. Makanya Ayah khawatir sama kamu apalagi Ayah udah tua. Ayah pikir kalau nanti tidak sampai umur Ayah, Ayah harus memastikan kamu-" Ayah masih melanjutkan dengan banyak hal tapi pikiran Garin terlanjur macet ketika Ayahnya mencapai highlight ucapannya,

"Nanti setelah lulus kuliah, nikah sama Janu, ya?"

Bahkan ya di ujung kalimat lebih terdengar seperti keputusan daripada penawaran. Seketika Garin benar-benar merasa penuh sampai tidak tahu harus merespon apa kecuali air matanya yang mendadak luruh setelah dia menutup pintu kamar.

garin in 5 years ahead

Garin makin menangis membaca mind map besar yang dia tempel di dinding meja belajar. Dan untuk pertama kalinya, sembilan belas tahun Garin hidup, dia merasa hidupnya tidak adil.






hai! wkwk update lagi karena libur dan hujan. btw cerita ini draft nya dah hampir kelar jadi bisa update tiap hari ㅠㅠ
jangan bosen.
oiya, as always, makasih banyak udah mampir (◠‿◕)

way back home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang