8 - her vibe is pretty

433 94 8
                                    


"Kok di sini?" Garin sedang bengong melihat apapun yang ada di depannya ketika sosok jangkung berbeskap beige menghampirinya. Berdiri sedikit di depan Garin, mau nggak mau membuat Garin menegakkan wajah.

"Nothing to do. Nggak ada yang kenal" jawab Garin seadanya dan laki-laki itu terkekeh.

"Sama. Saya juga" tambah si laki-laki lalu ikut duduk di sebelah Garin.

Dia Janu. Semenjak artchipelago dan obrolan kecil soal it boy, mereka jadi tidak secanggung sebelumnya. Belum akrab sih, tapi cukup tidak asing untuk mengomentari instastory atau sekedar duduk bersebelahan seperti sekarang.

"Aneh, ini kan acaranya kakak kamu. Masa pada nggak kenal sih" kekeh Garin menjawab pada sama yang Janu katakan. Pun Janu tampak nggak berniat menimpali dan justru, tipikal, mengulas senyumnya. Senyum it boy kalau kata Garin.

Hari ini adalah minggu pertama liburan semester tiga dan bukan tanpa alasan Janu tiba-tiba berbeskap di hari libur begitu. Pula bukan tanpa alasan juga Garin bisa ketemu Janu. Literally itu semua bukan kesengajaan karena alasannya ada di depan sana.

Panggung sederhana dengan dekorasi dominan ivory, beige dan bunga-bunga. Kakak Janu menikah. Janu, jelas, dimanfaatkan jadi pagar bagus sedangkan Garin, cuma tamu. Actually tamu yang bingung. Pasalnya, H-1 jam sebelum berangkat, Garin baru dikasih tahu kalau akan diajak kondangan yang turn out, kondangannya Janu. Maksudnya kakak Janu. Tapi poinnya, Garin nggak ngerti kenapa dia harus ikut? Literally ayah, ibu, dan dirinya. Tiga orang banget kayak ke wisudaan.

Tapi Garin adalah Garin yang ter-setting dengan tidak banyak pertanyaan so, there she is. Duduk di sisi kebun, menghindari kerumunan, dan bersama Janu.

"Nu, kenapa ya di menu nikahan nggak ada boba?" tanya Garin asal. Benar-benar asal karena dia bahkan nggak menengok ke Janu. Literally ada di dunianya sendiri yang sebenarnya pingin boba.

"Kamu juga mikir gitu?"

"Hm?" Garin menengok atas respon Janu.

"Saya juga mikir gitu tau. Kenapa ya prasmanan tuh gitu-gitu aja? Kan enak tuh kalo ada boba, es duren, martabak, iya nggak?" jawab Janu dan Garin sontak terkekeh.

"Terus sekalian geprek, nasi padang, sama indomi kornet ya, Nu? Jadi deh tuh pujasera"

"Bener. Bagus juga ada indomi"

"Dih," Garin menaikkan alis tapi masih terkekeh. "Silly" tambah Garin, sambil geleng-geleng.

"Tapi beneran deh, Rin. Ntar kalo saya nikah, minimal geprek harus ada" kata Janu. Literally melihat ke Garin, yang ternyata sedang melihat Janu, lantas mengulas senyum. Berkala, Garin justru memalingkan muka.

Nikah.

Kata-kata itu menghenyak Garin. Apalagi yang mengucapkan Janu, orang yang terakhir kali Garin benci karena senyum sabitnya pada ajakan ayah. Bahkan sekarang senyum itu datang lagi bersama kata nikah yang dia ucapkan tiba-tiba. Garin jadi kembali merasa dibercandai.

"Nu," panggil Garin tiba-tiba. Lantas menyelisik mata Janu yang bahkan masih sama clueless-nya seperti waktu itu.

Entahlah, kadang Garin bingung dengan Janu yang beneran innocent atau sebenarnya cuma tidak peduli.

"Kamu tau nggak kalo Ayah aku suka banget sama kamu?" pertanyaan acak pun nggak terduga Garin itu sukses membuat Janu, slightly, mengerutkan dahi.

"Iya, Ayah aku suka banget sama kamu. Saking sukanya sampe pernah bilang, nanti abis lulus nikah ya sama Janu," Garin sengaja melambatkan kata-kata terakhirnya demi melihat rupa Janu yang, meski minim ekspresi, tampak terkejut. Bahkan mata Janu sudah tidak fokus ke mata Garin. Literally melihat kemana saja asal bukan Garin.

"Bodoh ya, Nu, omongan Ayah aku" pungkas Garin lantas ikut Janu menerawang jauh. Melihat ke tamu-tamu yang mengantri sate atau zuppa soup, ke mas-mas pramusaji yang menyemprotkan cooking torch atau kakak Janu yang menyalami tamu. Pokoknya melihat apa saja but mentally Garin's been flying away.

"Saya tau, Rin" selorohan Janu, yang tiba-tiba, sukses memecah pikiran-pikiran Garin.

"Saya tau karena Ayah saya juga ngomong gitu," tambah Janu lantas mencari mata Garin. Menyelisik disana pun Garin melakukan hal yang sama.

"Terus, kamu setuju?"

"Kamu?"

"Aku nanya kamu, Janu"

"Saya pengen tau jawaban kamu dulu. They say ladies first, right?" kata Janu yang justru membuat Garin terkekeh remeh.

"It's ironic, Nu. That ladies first. Cewek aslinya nggak punya banyak pilihan dan nggak bisa banyak tingkah. Literally won't take any time to do something crucial, makanya dinomorsatukan. I hate that saying" racau Garin. Sebenarnya sedang menumpahkan segala pikiran yang bercokol dibenaknya.

Garin pikir apa yang dikatakannya benar. Perempuan, aslinya, tidak punya banyak pilihan karena dari awal pun terlalu banyak norma yang begini begitu. Terlalu banyak aturan tapi sedikit ruang.

"It isn't, Rin. Cewek punya pilihan, they actually do"

"Kalo emang punya, terus kenapa Ayahku bisa bilang kayak gitu? Nyuruh aku nikah sama orang yang nggak aku tau? Literally ngehancurin rencana-rencana aku?"

"Rin, itu cuma omongan orang tua. Nggak usah-"

"Omongan Ayah aku nggak pernah sekedar omongan, Nu. Kamu nggak ngerti bahkan sekarang aku ada di sini! Whatta demand" potong Garin terburu-buru. Bahkan Garin rasa, matanya memberat seiring racauannya tadi. Dia lantas membuang muka.

Seraya Garin meredam ledakan-ledakan dalam dirinya, Janu masih lekat menatap perempuan itu. Entah apa yang dipikirkan Garin, tapi Janu mempunyai ide yang lain.

"Rin, saya mungkin nggak ngerti tapi saya ngerti ini: it's your life after all. Kamu yang jalanin bukan ayah kamu. Jadi, apapun itu, kamu berhak Rin mutusin sendiri dan saya nggak akan offended sama itu karena yang tau kamu itu ya kamu. So please stand yourself before others, Rin. Don't hold back karena nggak ada yang perlu kamu takutkan, oke?"










ini janu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ini janu.







berbeskap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

berbeskap.


nb. ini part terpanjang yang ditulis di sini ㅠㅠ
makasih udah baca hari ini (◠‿◕)

way back home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang