11 - right people is timeless

470 90 9
                                    

"Makasih ya, Nu" kata Garin sambil memberikan helm ke Janu.

Jadi helm Janu dua, tapi yang bogo hitam kekecilan dan secara spektakuler muat di Garin. Maka, secara implisit, yang itu dihakmilik oleh Garin tapi tetep Janu yang nyimpen dan bawain. Sebenarnya ngeselin tapi, nggak apa-apa, Janu terima-terima aja.

"Oke. Nggak mau dianter sampe dalem beneran?" tawar Janu setelah menerima helm dari Garin.

"It's okay. Kamu juga masih harus packing kan? Power bank-nya Nu, terus isi pulsa jangan lupa! Pulsa telfon ya, terus-"

"Iyaaa. Dari kemarin yang diomongin itu mulu"

"Biar nggak lupa"

"Iya, iya" gemas Janu sambil mengukir lengkung sabit di matanya. "Ya udah, sana" tambahnya tapi Garin justru mendengus. Memandang lalu lalang stasiun dengan tidak berminat.

Hari ini Garin akan pulang sebelum seminggu kemudian terbang ke Jepang. Benar, Garin lolos program internship yang waktu itu diomongin ke Janu and thanks to him too, yang berhasil bujukin ayah. Officially, Garini, si anak bontotnya bapak purn. Harda Sasmita, pergi ke luar negeri sendirian. Mencecap kebebasan untuk pertama kali dan tentu saja, Garin senang. Sayangnya kesenangan itu nggak paripurna seiring satu hal yang masih mengganjal: KKN.

Iya, Garin tahu kalau dia berangkat internship berarti dia nggak akan ikut KKN sesuai timeline. Pun harusnya itu bukan masalah lagi seiring ayah sudah setuju. Masalahnya, huft, Janu. Cowok itu ikut KKN periode sekarang.

Janu KKN di Morotai dan penerjunannya besok. Garin sempat tanya-tanya sama yang pernah KKN di sana and it annoys her.

Morotai surely pulau kecil yang indah di Maluku Utara, Garin udah liat fotonya tapiiii, kecil yang dimaksud itu beneran kecil. Butuh waktu berjam-jam untuk kesana pun itu harus naik kapal. Jadi pakai pesawat, mobil, kapal, terus mobil lagi. Takes time tooooooooo long. Belum lagi katanya suka ada delay yang hitungannya bukan lagi jam tapi hari, literally delay sehari! Garin rasanya makin nggak tenang. Mendadak concern dengan gimana menghubungi Janu apalagi dia mau ke Jepang.

Entahlah tapi sejak Garin kenal Janu dan tahu gimana ngeselin yet, strangely, solutif-nya Janu di hidupnya, Garin jadi apa-apa cerita ke Janu. Pun Janu, he's indeed berbakat jadi it boy. Literally Janu pendengar yang baik; seenggak penting apapun ceritanya, Janu pasti dengerin. Belum lagi senyum melengkungnya yang magically bisa comforting orang. Pokoknya Janu tipe yang bisa kasih nyaman tanpa berusaha.

"Kok malah diem aja sih? Sana," seloroh Janu yang langsung membuyarkan pikiran Garin.

"Kok ngusir sih?"

"Dih, nggak Gariiiiin," tuh, bahkan Janu kalau gemes atau kesel sama Garin, paling cuma manjangin nada doang. Nggak pernah menyentak apalagi naikin suara. Bikin Garin merasa secure, literally nggak apa-apa kalau sama Janu.

"Tapi nanti keretanya keburu berangkat" tambah Janu tapi Garin justru mencebik seraya menoleh ke belakang. Ke pintu masuk yang mulai diulari orang-orang.

"Nu, ayo bikin janji dulu"

"Janji apalagi? Perasaan kemarin udah bikin banyak banget"

"Ih beda. Yang ini perjanjian selama kamu KKN"

"Hah?" Janu menaikkan alis. "Apaan lagi tuh?"

"Pertama, kamu minimal sehari sekali harus kabarin aku. Apa aja, terserah. Yang penting kamu kabarin aku. Terus, kalo kamu nggak ada sinyal internet, please sms, oke? Makanya beli pulsa Januuu! Terus nanti kalo ada jadwal ke kota, please aku dikasih tau juga. Jadi aku bisa manage kapan harus hubungin kamu. Terus, ih!" Garin mengerutkan alis begitu Janu justru mengulum tawa denger penjelasannya. "Kok ketawa sih?"

"Nggak, nggak apa-apa but you're too needy, Rin"

"I-ih, ng-nggak. Siapa yang needy sih? Aku tu cuma me-manage biar kita tetep terhubung"

"Biar apa emang tetap terhubung tuh?" Janu dan mode tengilnya yang selalu bikin Garin kesel yet, salah tingkah.

"Y-ya, b-biar tetep, biar tetep ngg...." Garin kelabakan seraya matanya kemana-mana. Kemanapun asal bukan ke Janu.

"Iya, ngerti. Nggak usah dijelasin" pula, tiba-tiba, Janu memotong kebingungan Garin seraya mengusak rambutnya. "Udah sana, nanti telat" tambahnya sambil menyungging senyum sabit. Lighten Garin a bit sebelum mengangguk lalu berbalik memunggungi Janu.

"Eh satu lagi!" Garin seketika berbalik lagi padahal baru dua langkah berjalan. Pun Janu, yang ternyata masih ngeliatin Garin, cuma mengangkat alis seakan menyuarakan apa?.

"Jangan pake saya-sayaan lagi. Aku kayak ngomong sama dosen tau nggak" seloroh Garin tapi Janu ketawa.

"Terus manggilnya apa?"

"Ya terserah kamu. Pokoknya nggak boleh saya!"

"Mmm..." Janu lantas mendongakkan sedikit kepala seiring demand Garin.

Dat boi litereli cute batin Garin seraya melihat Janu.

"Then, aku (?) Is it good?" tawar Janu setelahnya.

"Perfect" jawab Garin, mengangkat jempol lantas menyungging senyum yang tak kalah menyenangkannya dari senyum Janu.

Garin herself is  indeed adorable maka Janu pun berlama-lama melihat senyum perempuan itu. Merekam sebanyak yang dia bisa karena bahkan Garin belum kemana-mana tapi Janu sudah kangen. Low-key, Janu itu juga needy ke Garin.









[益]



end.

nah, ini udah end hehe.
makasih ya buat yg udah mau ngikutin bahkan ngevote dan komen juga. apresiasi kalian made my day really ㅠㅠ

oiya, karena ada prolognya berarti juga ada epilognya yg bakal dipost besok.
pokoknya sekali lagi makasih dan sehat selalu ya. y'all are loved ❤️

way back home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang