Treize

453 71 9
                                    

Mulmed: The World is Not Enough

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mulmed: The World is Not Enough

(A JaeYong Story)
___


TANGAN kekar itu membuka pintu dengan tidak sabaran, menimbulkan suara gebrakan yang cukup mengagetkan si penghuni kamar.

Brak!

"Lee Taeyong mana?" tanya Jaehyun begitu ia membuka pintu kamar yang ditempati Taeyong dan Ten.

Ten yang tengah tiduran di ranjangnya sampai kaget, ia menoleh pada Jaehyun yang tampak terengah-engah dan begitu buru-buru.

"Bukankah tadi kalian ke ruangan Ssaem bersama?" Ten balik bertanya.

"Jadi dia tidak di sini?" tanya Jaehyun dengan wajah panik.

Ten menggeleng, "Dia belum pulang, ada apa hyung?"

Tak menghiraukan pertanyaan Ten, Jaehyun kembali berlari meninggalkan kamar itu. Langkahnya lebar dan tergesa. Sementara pikirannya kacau.

Kau kemana, Taeyong? Batinnya cemas.

Bagaimana tidak cemas, setelah mengantarkan berkas ke kantor direksi ia segera kembali ke ruangan sang pelatih. Namun ia tak menjumpai Taeyong di sana, yang ia temukan hanyalah Lou yang tengah terduduk di lantai memegangi lehernya sambil terbatuk dengan wajah memerah.

Sesuatu yang buruk pasti telah terjadi. Kemana dia? Tak hentinya Jaehyun memohon dalam hati agar segera dipertemukan dengan sosok kurus yang memenuhi kepalanya. Ia sangat takut sesuatu yang buruk menimpa pemuda bermata indah itu.

---

Taeyong tak mampu lagi berlari, kedua kakinya terasa begitu lemah dan bergetar hebat. Bayang-bayang wajah Lou yang penuh dengan nafsu memenuhi kepalanya. Ia terisak pelan, langkahnya terhenti di sebuah taman bermain yang kondisinya sudah sepi. Sekarang mungkin sudah hampir pukul sepuluh malam. Taeyong duduk memeluk lututnya di sudut area bermain dimana di dekatnya ada sebuah perosotan. Sebuah celah di sana memungkinkannya untuk sembunyi.

Ia masih terisak, diusapnya beberapa kali kedua matanya—namun air matanya tak kunjung berhenti mengalir. Sementara bibir bawahnya terasa perih dan berdarah karena gigitan pria sialan itu.

Cantik? Mau ya, cantik?

Kalimat itu terus terngiang di telinganya. Ia benci! Benci sampai lebih baik mati saja, daripada mendengarnya lagi.

Taeyong menutup kedua telinganya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengenyahkan suara-suara yang ia benci. Ia dilecehkan kembali. Napasnya tersengal, karena tangis yang kunjung reda. Dadanya terasa sakit, kepalanya pusing dan sekujur tubuhnya gemetar. Apa yang baru saja menimpanya mengingatkannya pada peristiwa kelam waktu itu.

The World is Not Enough | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang