Ngaji jomblo Q&A

96 3 2
                                    

1. Pertanyaan yang sering muncul ketika khitbah ta'aruf

jawab: yang jelas pertanyaan yang sering muncul adalah pertanyaan yang berkaitan dengan konsekuensi setelah pernikahan "apakah dia mampu untuk melakukan tugasnya sebagai laki-laki?" (misalnya yang nanya perempuan)

Pertanyaan dari ortu misalnya, "apa pekerjaannya?" "Aktifitasnya apa?" Atau "ortunya gimana?" Intinya yang bersifat fisik.

Kalo ortu yang lebih advance, yang mereka akan tanyakan adalah tentang agamanya. Misalnya saja di minta jadi imam sholat, di tanya tentang pandangan-pandangan terhadap sebuah acara-acara islami, pandangannya pada ustadz-ustadz atau ulama tertentu dst yang akan memberikan mereka pengertian.

Sedangkan pertanyaan dari si perempuan biasanya adalah "apakah laki-laki ini bisa mengayomi dia?" Karena ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki awalnya lebih melihat ke fisik, perempuan lebih ke non fisik, yaitu kesabarannya, perhatian, pengayoman, kasar/tidak. (Termasuk tentang poligami, apakah nanti ada rencana untuk poligami)

Hal lain yang bisa di tanyakan adalah fisik, apakah ada penyakit bawaan, kondisi keluarga, juga hal-hal yang berkaitan dengan setelah pernikahan. Misalnya nanti mau tinggal dimana, tinggalnya sama ortu atau tidak,
jika suda menikah apakah suaminya kemungkinan akan ke luar kota, dan jika suaminya akan meninggalkannya ke luar kota bagaimana dengan istirnya dst

2. Cara menanyakan kepastian ke laki-laki, karena tidak mau lama-lama dalam komunikasi yang tidak jelas.

Jawab: sampaikan kalau kita ingin berusaha menjadi muslimah yang baik, kita ingin setiap hidup di ridhai oleh Allah, dan pengen banget dari awal menjalani proses ini dengan benar. Jadi kita harus jelasin hubungan kita ini apa? Kalau cuma komunikasi, chat-chatan gak jelas, lebih baik di sudahi. Tapi kalau memang mau jelas, khitbah biar jelas.

Jadi omongin secara langsung. Kalau tidak, kita termasuk melanggengkan kemaksiatan karena hubungan itu tidak ada kepentingannya. Kalau di katakan Khitbah ta'aruf, berarti gak boleh khalwat, tidak boleh chat-chatan gak jelas, dan sudah mengantongi izin orangtua perihal tanggal pernikahan hingga pendekatannya jelas.

3. Musim sekolah online, temen cowok banyak yg chat, takut ikhtilat, cara ngatasinnya?

Jawab: batasi saja saat kita tahu bagaiman seharusnya seorang muslimah berprilaku, jadi jangan terlibat dalam chat-chat tidak penting yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran

4. Menahan hati dari seseorang

Jawab: manusia hanya bisa ke trigger kalau ada triggernya.
Misalnya, namanya perasaan dia harus punya trigger, saat kita suka sama orang, ngeliat sandalnya saja udah deg-degan apalagi liat dia. Kalau trigger itu di hilangkan maka insyaAllah akan jadi lebih baik/perasaan kita tidak akan muncul.
Trigger ke 2 adalah dari memori/ingatan. Cara menghilangkannya dengan di tumpuk, cari aktifitas yang lain bersama dengan jamaah agar bisa menghilangkan apapun yang kita pikirkan yang tidak produktif. Aktifitas itu di ulang-ulang hingga jadi habits.
Kalau muncul, tampikkn saja jangan di turutin.

5. Bolehkan menikah dengan orang yang berbeda manhaj?

Jawab: manhaj itu adalah sebuah jalan, dan manhaj orang Islam adalah ahlusunah wal jama'ah, yang mana kriterianya adalah orang-orang yang senantiasa meningkuti Sunnah Rasulullah dan mereka senantiasa bersama al-jama'ah. Yang mana mereka mengikuti ulama-ulama zaman dulu sejak sahabat. Inilah yang di sebut jalan al jamaah.
Ada juga yang menyebut bahwa jalan Al jamaah adalah kesatuan kaum muslimin bila di pimpin oleh seorang pemimpin.

Ahlusunah wal jamaah adalah manhaj yang mengikuti Rasulullah, sahabat, tabi'in, tabi'ut dan generasi salaf. Dan kita sebetulnya adalah manhaj salaf. Tapi sayangnya ada orang-orang yang menganggap manhaj salaf hanya sekedar praktek-praktek tertentu. Misalnya salaf harus cingkrang, harus berjenggot, ataupun mempersempit hanya dalam pemahaman-pemahaman tertentu, tentang perbedaan-perbedaan tertentu. Ketika kita melihat perbedaan pendapat kita harus tau bahwa dalam Islam ada hal-hal yang boleh berbeda dan gak boleh beda.
Misalnya yang gak boleh beda, Allah itu satu. Dalam hal lain memang ada perbedaan pandangan dalam khazanah ilmu para ulama. Sehingga saat kita berbeda pendapat, bukan berarti kita buka ahlusunah wal jama'ah. Dan kalau mau nikah sama yang beda manhaj ya boleh saja. Asal jangan nikah sama Syiah. Bagaimana bisa seorang ahlusunah wal jama'ah menikah dengan orang-orang yang melaknat Abu bakar, Umar, Utsman dan bunda Aisyah?

Kajian pra nikah dan parentingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang