Ngaji jomblo 16 (END): Sekilas tentang pernikahan

112 5 0
                                    

Seorang muslim dalam memandang pernikahan harusnya berbeda dengan orang yang bukan muslim.

Misalnya saja menikah untuk bisa berhubungan, untuk bisa punya anak, dll karena orang muslim memandang hidup di dunia adalah cara untuk bisa kembali ke "kampung" mereka yang sebenarnya, yakni ke kehidupan yang lebih panjang, kehidupan yang membuat kita di dunia terasa seperti beberapa waktu saja, terasa seperti mimpi yang mana mimpi itu rasanya lama tapi ketika bangun, mimpi itu jadi berupa potongan-potongan saja.

Islam memandang sesuatu dengan cara yang berbeda, maka Islam memandang pernikahan hanyalah sebagai sebuah ibadah di antara ibadah-ibadah yang lain untuk mempersiapkan diri ketika berjumpa dengan Allah swt.

Jika seseorang memiliki pemikiran seperti itu, maka aktivitasnya, kualifikasinya, kriterianya, karakteristik dalam mencari istri/suami tentu berbeda dengan orang yang memandang pernikahan bukan sebagai ibadah.

Salah satu contohnya, dia tidak akan gambling untuk mencari istri yang nantinya akan menyesatkan dia (di suruh korupsi demi gaya hidupnya misalnya) ataupun untuk membuat ibadahnya tidak maksimal.
Ataupun seorang muslimah, dia tidak akan gambling juga untuk mencari laki-laki yang sudah bermaksiat sebelumnya, dan dia tau laki-laki itu orangnya bermaksiat, sholatnya jelek, gak baik pada agamanya, gak peduli pada Tuhannya, kata-katanya kasar, tapi dia tetap mau. (Karena cintahh)
Kalau dia ngerti pernikahan adalah ibadah, maka dia tidak akan melakukan ini.

Ketika kriteria sudah di tentukan oleh cara pandangnya, maka filter pilihan juga sudah di tentukan. Apa yang jadi kriteria Allah dan Rasul sampaikan akan lebih dia prioritaskan, dia juga akan menjalani prosesnya dengan baik, karena DIA LAGI DALAM PERJALANAN MAU BERIBADAH.

Sholat berjamaah ke masjid, dalam perjalanannya saja sudah di hitung ibadah, kalau nikah sudah di pandang sebagai bagian dari ibadahnya kepada Allah, maka dia akan merasa semua harus terikat pada Allah karena Allah yang menjadi tujuannya.

Maka aktifitas Khitbahnya, ta'arufnya, interaksinya di lakukan dengan baik, karena dia lagi beribadah. Jadi gak bakalan ada yang namanya khalwat, apalagi sayang-sayangan.
Dan ketika dia menikah pun di lakukan dengan cara yang Allah ridhoi, tidak bermewah-mewahan, tidak memberatkan dirinya, tidak sampai ngutang dll.

Qs. An Nisa:34

اَلرِّجَا لُ قَوَّا مُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ
"Laki-laki itu pelindung bagi perempuan..."

Laki-laki disini tidak terbatas, para ulama tafsir mengatakan qowwan ada kaitan dengan masalah penguasaan, pengurusan, kepemimpinan.

Qowwan di maknai dia yang mengurus, menjadi tempat sandaran, menjaga, terus menerus memberikan dukungan, memberikan penjagaan, pengayoman. Jadi itulah ibadah seorang laki-laki ketika telah menikah. Ibadah ketika dia melakukan proses penjagaan terhadap perempuan, proses support untuk perempuan, memimpin perempuan, mendidik perempuan, mengurusnya agar dia lebih baik, atau sama baiknya ketika dia di urus oleh bapaknya.
Maka ketika seorang laki-laki menyalami bapaknya perempuan, dan akad nikah berlangsung, saat itulah terjadi perpindahan tanggung jawab, dari bapaknya si perempuan yang menjadi qowwamnya dia sebelum menikah, berpindah ke laki-laki setelah menikahinya, bahkan laki-laki punya tugas-tugas tambahan. Karena perempuan tadi bukan hanya menjadi putri bapaknya, tapi sudah menjadi istri dari seorang suaminya, dan kelak akan menjadi ibu dari anak-anaknya, dan menjadi muslimah bagi masyarakat dan semua itu laki-laki yang menjadi qowwam, maka pastikan laki-laki itu memiliki kualitas menjadi seorang qowwan.
Andaikan seluruh dunia runtuh, dia tetap bisa menemukan suaminya kapanpun dia inginkan dan kapapun dia memiliki masalah.

بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ
عَلٰى بَعْضٍ
Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan)

Kajian pra nikah dan parentingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang