Eps 8

4 0 0
                                    

Tidak ada yang salah dalam diri seseorang saat orang itu mengungkapkan apa yang dirinya rasakan. Namun orang luar  lah yang menganggap ungkapan itu sebagai hinaan, kesakitan, ataupun hal yang paling membahagiakan.

Meskipun hampir delapan puluh persen perkataan yang keluar dari mulut Leya berisi hinaan, namun hal itu tidak membuat Risya berpaling darinya. Risya malah senang karena disaat Leya sedang berbicara, semuanya adalah kejujuran.

"Nih, buat ganti roti tadi." Leya menyodorkan uang dua puluh ribuan pada Risya.

"Nggak usah Le. Cuma roti doang."

"Gue nggak suka berhutang budi sama siapa pun."

"Oke, gue ambil."

Leya pergi meninggalkan Risya sendirian setelah urusan hutang budinya selesai. Risya hanya bisa mengamati teman sebangkunya yang mulai hilang dari pandangan.

"Gue pengen temenan sama lo rasanya kaya gue lagi ngejar doi, Le. Susah." gumam gadis itu.

***

Seperti biasa, Leya selalu bersepeda saat sore hari. Selain karena dirinya merasa bebas, dia juga sedang memburu awan senja.

Siapa yang tidak menyukai senja? Meskipun senja itu mewakilkan cerita fana, namun banyak kenangan yang tersimpan di dalamnya.

Gadis itu memberhentikan sepedanya di sebuah minimart. Dia ingin membeli makanan kesukaannya. Untuk nanti bekal saat dia menikmati senja.

Setelah memasuki minimart itu dia segera menuju ke tempat dimana para es krim berada. Matanya memindai dimana letak makanan kesukaannya itu.

"Gue kira elo nggak suka es krim."

Leya menoleh ke samping. Di sampingnya terdapat laki-laki yang tadi berada di UKS bersamanya.

"Selagi bisa di makan, gue suka."

"Tapi dua teman gue nggak pernah bilang lo suka es krim."

Leya hanya berdecak mendengar penuturan Gerald. Pasti kedua laki-laki itu pernah memata-matainya.

"Memangnya mereka ngomong apa aja?"

"Leya itu suka baca buku dan naik sepeda. Gitu doang."

"Kali ini, lo disuruh buat ngikutin gue? Sama mereka."

"Enggak. Gue disuruh Mama buat beli sesuatu."

"Sesuatu?"

"Iya, sesuatu. Hm, apa ya tadi...," Gerald berusaha mengingat sesuatu yang disuruh Mamanya untuk dibeli.

"Makanya dicacat biar nggak lupa."

Leya pergi sambil membawa sekotak mochi ke arah kasir. Melihat lawan bicaranya berlalu Gerald segera menahan gadis itu.

"Eh, bentar-bentar."

Leya hanya menatap Gerald datar.

"Boleh minta tolong nggak?"

"Apa?"

Laki-laki itu mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu. Setelah selesai mengetik dia menunjukkannya pada Leya.

Ingin sekali Leya tertawa namun yang keluar hanya sebuah senyum tipis. Gerald yang melihat reaksi gadis itu mengedipkan kedua matanya berkali-kali. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Leya tersenyum meskipun senyum yang tipis.

Yang Kurasa [I'm in Love]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang