Heeseung sedang mencuci piring bekas makannya dengan Sunghoon. Sedangkan Sunghoon sedang duduk anteng sambil melihat Heeseung mencuci piring. Selesai dengan pekerjaannya, Heeseung duduk di depan Sunghoon.
"Sunghoon, kamu masih belum bercerita padaku."
Sunghoon menatap mata Heeseung. Mungkin, tidak apa-apa, ini bukan area sekolah. Lagi pula, Sunghoon percaya dengan orang yang ada di hadapannya sekarang ini.
"Aku terkena kutukan, Kak Heeseung."
Heeseung mengernyitkan dahinya, "kutukan? Kutukan apa?"
"Setiap malam pada jam tertentu aku selalu berubah menjadi kucing. Saat menjadi kucing, aku tidak ingat apa-apa. Aku tidak tahu dari mana kutukan ini berasal. Tapi, yang aku tahu kutukan ini akan menghilang jika ...."
Sunghoon menggantung kalimatnya.
"Jika apa?" Tanya Heeseung penasaran.
"Jika ada yang mencintaiku."
"Jadi, kamu akan selalu berubah menjadi kucing sampai ada orang yang mencintaimu?"
Sunghoon mengangguk.
"Jangan beritahu orang-orang ya, Kak? Aku takut mereka akan mengejekku lagi."
"Tenang saja, rahasiamu aman bersamaku."
"Oh, iya, apa Kak Heeseung tinggal disini?"
"Ya, seperti yang kamu lihat. Kenapa?"
"Tapi, rumah ini kecil sekali, apa Kak Heeseung nyaman tinggal di sini?"
"Mau gimana lagi? Aku sudah terbiasa tinggal di tempat seperti ini. Nyaman-nyaman saja, cuman kalau hujan pasti ada aja yang bocor."
Sunghoon mengangguk menanggapi.
"Selain bekerja di kantin sekolah, Kak Heeseung punya pekerjaan lain enggak?"
"Dua hari yang lalu ada, tapi aku dipecat karena membuat kesalahan. Aku akan mencari pekerjaan lain nanti."
Sunghoon mengangguk lagi.
"Bagaimana kalau Kak Heeseung bekerja di rumahku?" Tawar Sunghoon.
"Sebagai apa?"
"Kak Heeseung hanya perlu menjagaku dan membersihkan rumah, kalau Kakak mau, nanti, aku bilang ke papa sama mama."
"Emang orang tua kamu kemana, Sunghoon?"
"Mereka sibuk, bilangnya soal pekerjaan. Aku di rumah sendirian, aku ... kesepian." Sunghoon menunduk saat mengucapkan kalimat terakhir.
Heeseung tampak menimang-nimang tawaran dari Sunghoon, "aku mau. Tidak masalah, aku akan merawat seekor anak kucing," ucap Heeseung sambil mengacak-acak rambut Sunghoon.
"Kak Heeseung beneran mau?! Yeay!" Sunghoon terlihat senang.
"Iya, Sunghoon. Tapi, kamu harus izin dulu sama mama papa, eh, maksudnya kedua orang tua kamu."
"Tapi, Kak Heeseung, ngasih tahu mereka harus lewat telepon rumah. Kak Heeseung mau mengantarku pulang?"
"Boleh, kalau kesasar, kan, gak lucu nanti," ucap Heeseung diakhiri kekehan.
Sunghoon mendengus kesal, "Kak, aku bukan anak kecil."
"Gak percaya. Ayo berangkat."
Sunghoon dan Heeseung beranjak dan ke luar dari rumah Heeseung. Tidak lupa Heeseung mengunci pintu rumahnya.
"Rumah kamu di mana, Sunghoon?"
"Di atas tanah."
Heeseung menatap wajah Sunghoon kesal.
"Kita naik taksi ya, Kak."
"A-apa?"
Naik taksi, kan, mahal. Uangnya mending ditabung kalau Heeseung, mah.
"Tenang, Kak. Aku yang bayar. Taksi!"
Untung saja jam segini ada taksi yang lewat. Kalau bis, jadwalnya agak siangan, Sunghoon males nunggu.
Waktu perjalanan ke rumah Sunghoon membutuhkan waktu sekitar setengah jam lebih. Selama di perjalanan mereka mengobrol bersama. Tampaknya, mereka sudah mulai akrab.
Saat sampai di rumah Sunghoon, Sunghoon pergi masuk ke dalam rumah bersama Heeseung. Heeseung menunggu di ruang tamu, sedangkan Sunghoon pergi ke kamar untuk mengambil uang membayar ongkos taksi.
Setelah membayar, Sunghoon segera menghubungi kedua orang tuanya yang berada di luar negeri.
"Kak Heeseung, mereka mengizinkanmu bekerja."
Heeseung melirik ke arah Sunghoon, "yang benar?"
Sunghoon mengangguk. Ia berjalan dan duduk di samping Heeseung.
"Kapan aku mulai bekerja?"
"Kalau Kak Heeseung mau, hari juga boleh."
Heeseung mengangguk, "boleh. Aku akan membersihkan dari mana terlebih dahulu, ya?" Heeseung berpikir.
"Dari kamarku saja, Kak Heeseung. Kamarku sedikit berantakan. Kak Heeseung juga bisa mencuci baju-bajuku sesudahnya."
Heeseung mengangguk.
"Di mana kamarmu, Sunghoon?"
"Ayo, aku antar."
Sunghoon berjalan di depan, sedangkan Heeseung menyusul Sunghoon dari belakang.
"Ini kamarku, Kak."
Heeseung menganga. Bukan sedikit berantakan lagi, ini sangat berantakan. Apalagi kamar Sunghoon sangat luas, bakal bikin Heeseung banjir keringat pagi-pagi.
"Ini berantakan sekali, Sunghoon."
Heeseung menepuk jidatnya sendiri.
Sunghoon nyengir, "saat malam hari, aku selalu mengacak-acak barang yang ada di kamar. Aku lelah membereskannya sendiri karena pasti akan berantakan lagi. Makanya, aku biarkan seperti ini. Tapi, sekarang ada Kak Heeseung, jadi aku tidak terlalu lelah membereskannya sendiri."
Heeseung menghela napasnya.
"Aku akan membersihkannya."
"Aku bantuin, ya, Kak?"
Heeseung tersenyum pada Sunghoon, "iya."
Lalu, mereka berdua membersihkan kamar bersama-sama.
to be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Unforgettable [heehoon]
FanfictionSunghoon memiliki kutukan yang membuat ia tenggelam dalam kesepian. Seseorang harus rela berkorban agar Sunghoon bisa menjadi manusia seutuhnya. Seseorang itu harus mencintainya dengan sepenuh hati, tapi apakah Sunghoon rela? ! bxb bahasa baku sedik...