7

362 57 12
                                    

Kini, Sunghoon sedang mengajak Heeseung untuk berkeliling rumahnya.

"Nah, di sini tempat pembuangan sampahnya, Kak."

"Iya, lagian ruangannya banyak banget, sih. Untung aku enggak kesasar."

"Tenang, Kak Heeseung punya aku," ucap Sunghoon bangga.

Heeseung terdiam sejenak.

"Apa iya?" Tanya Heeseung tak yakin.

"Iya, jadi Kakak tidak akan kesasar lagi di rumah aku."

"Oh gitu ...," nadanya terdengar kecewa, "emangnya Sunghoon enggak takut tinggal sendirian di rumah yang besar seperti ini?"

"Takut, sih, tapi ya mau gimana lagi? Dari pada aku tidur di luar. Nanti, digigitin nyamuk. Terus badan Sunghoon gatel-gatel" Suaranya diimut-imutin pas kalimat terakhir.

Heeseung gemas sendiri melihatnya. Centil banget, sih.

"Memangnya kenapa, Kak? Apa Kak Heeseung mau nemenin aku?"

Heeseung menatapnya terkejut, "eh?"

"Kak Heeseung mau tinggal di sini? Biar aku gak kesepian lagi," tawar Sunghoon pada Heeseung.

"O-oh ... tinggal?" Tanya Heeseung tidak yakin. Satu rumah dengan Sunghoon? Di rumah yang sebesar ini? Apa tidak apa-apa?

Sunghoon mengangguk, ia mencoba memohon karena Heeseung terlihat akan menolak tawarannya.

"Please, Kak Hee ...," Sunghoon memegang tangan Heeseung.

Heeseung meerasa tidak bisa menolak, "besok aku tinggal di sini."

Sunghoon merengek, "kenapa tidak hari ini sajaaa?"

"Aku tidak membawa baju ganti, Sunghoon."

"Kak Hee bisa memakai punyaku. Gimana?"

"Tidak," tolak Heeseung.

Sunghoon yang mendengarnya sedih. Tak lama, Heeseung mulai berbicara lagi.

"Aku akan mengambil pakaianku nanti siang."

"Jadi, Kak Heeseung akan tinggal mulai hari ini?" Tanya Sunghoon dengan mata berbinar.

Heeseung mengangguk.

Sunghoon mengubah wajah sedihnya menjadi ceria. Saking senangnya Sunghoon, ia sampai memeluk tubuh tinggi Heeseung. Heeseung yang terkejut tubuhnya tiba-tiba dipeluk Sunghoon, membalas dengan mengelus pucuk rambutnya.

"Jantungku ... mengapa berdebar sangat cepat?"

Beres-beres rumah Sunghoon sudah Heeseung kerjakan sebagian, tentunya dengan bantuan Sunghoon juga. Yang benar saja jika Heeseung mengerjakan semuanya sendirian, Heeseung bisa saja pingsan karena kelelahan.

Sekarang, Heeseung sedang memasak makan siang untuk Sunghoon. Setelah selesai, Heeseung menyajikannya di piring. Lalu, menaruhnya di sebuah meja makan.

"Makanlah, Sunghoon"

"Kak Hee gak makan?" Sunghoon melihat makanan yang ada di meja hanya ada satu porsi. Lalu, Heeseung? Apa dia tidak ikut makan?

"Aku tidak mau makan kalau Kak Heeseung tidak ikut makan," Sunghoon menjauhkan piringnya.

Heeseung terlihat diam.

"Kak Hee sini duduk di sampingku."

Heeseung menurut. Sunghoon mendekatkan piringnya lagi. Lalu, ia ambil sesendok nasi, menyodorkannya ke mulut Heeseung.

"Kak Heeseung harus makan, Kakak pasti capek abis beresin rumahku. Kakak harus mengisi tenaga kembali."

Heeseung yang melihatnya tersenyum. Sungguh, ia tidak pernah dipedulikan oleh seseorang seperti ini. Dengan cepat ia menggeleng.

"Tidak, Sunghoon. Aku hanya membuat sedikit. Aku tidak mau kamu kelaparan, jika makanan itu dibagi dua denganku."

"Kak Hee jangan seperti itu, ayo makan bersamaku. Buka mulutmu, Kak. Atau aku akan mogok makan selama seminggu?"

Gila, seminggu? Heeseung pasrah, sudah dipastikan ia tidak bisa menolak. Heeseung membuka mulutnya, dengan senang hati Sunghoon menyuapi Heeseung makan.

"Kawmu juwga mwakan," Heeseung berbicara dengan mulutnya yang penuh makanan.

Sunghoon mengangguk. Ia mengambil sesendok nasi lalu memasukkan ke dalam mulutnya.

Udah, mah, sepiring berdua.
Sesendok berdua pula.



































to be continue

Something Unforgettable [heehoon] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang