"Sunghoon, kamu mau pergi ke mana?" Tanya satu temannya--Park Jongseong atau biasa dipanggil Jay, pada Sunghoon yang melewatinya begitu saja.
Sunghoon tetap berjalan, "aku ingin sendirian."
"Tunggu aku."
Jay berlari untuk menyusul Sunghoon.
"Jangan ikuti aku!"
Langkah Jay seketika berhenti dan tidak mengikuti Sunghoon lagi.
"Apa yang terjadi denganmu, Sunghoon?" Jay berucap pelan, jadi hanya ia sendiri yang bisa mendengarnya.
Sedangkan Sunghoon ingin pergi dari kelas yang membuatnya sangat marah itu, bagaimana tidak? Ia selalu saja diganggu teman-teman sekelasnya karena memiliki wajah yang menyeramkan.
Sekarang, Sunghoon berada di belakang sekolah. Tempat yang jarang orang lewati. Sunghoon menangis di sana.
"Apa wajahku seseram itu?
"Aku tidak pernah meminta wajahku seperti ini, tapi mengapa kalian selalu mengejek yang tidak aku minta!"
Nada tinggi yang ke luar dari mulut Sunghoon terdengar oleh salah satu koki kantin, dia adalah salah satu yang bertugas memasak untuk siswa-siswi di sekolah. Laki-laki itu sedang membuang sampah dekat Sunghoon berteriak tadi.
Dia mengintip Sunghoon sebentar di balik tembok. Melihat wajah Sunghoon yang berantakan. Rambut acak-acakan, air mata yang membasahi pipi, dan bajunya terdapat noda seperti tumpahan kopi.
"Aku bukan monster ...."
Lututnya ia tekuk, Sunghoon menenggelamkan wajahnya di sana, sehingga laki-laki tersebut tidak dapat melihat wajah Sunghoon lagi.
"Korban bully ternyata." Dia berbicara pelan. Namun, masih terdengar oleh Sunghoon.
"S-siapa itu?" Tanya Sunghoon sesenggukan.
Tidak ada jawaban sama sekali.
"A-aku mende-dengarnya, siapa i-itu?" Tanya Sunghoon sekali lagi.
Karena tak kunjung mendapat jawaban, ia berdiri dari duduknya untuk mencari asal suara tadi, "menyebalkan"
Baru saja ia berjalan melewati tembok, ia terkejut karena seseorang ada di hadapannya. Sunghoon sudah siap untuk berteriak. Namun, mulutnya langsung ditutup oleh lengan seseorang yang ada di depan.
"Kamu sangat berisik."
Lalu, seseorang tersebut menarik kembali lengannya.
Sunghoon hanya terdiam tidak membalas perkataan seseorang itu. Sebenarnya, Sunghoon takjub dengan wajah seseorang yang ada dihadapannya sekarang.
"Kenapa kamu ada di sini? Kamu harus kembali ke kelas, sebentar lagi bel masuk berbunyi."
Sunghoon menggeleng, "aku tidak mau kembali ke kelas."
Seseorang itu menatap Sunghoon malas.
"Kalau begitu, ikut aku, " dia menggenggam tangan Sunghoon lalu menariknya.
"Kamu mau membawaku ke mana?"
Dia masih berjalan, tapi tidak mengalihkan pandangannya ke Sunghoon, "bajumu kotor, kamu harus menggantinya."
"Percuma."
Sunghoon melepaskan genggaman tangan seseorang itu dengan paksa.
"Nanti, bakal kotor lagi."
"Kamu jangan membuatnya kotor lagi."
"Bukan aku yang melakukannya! Tapi, murid di kelasku."
"Kamu harus melawan, jangan diam dan merengek di sini seperti pecundang."
Sunghoon terdiam beberapa saat, ia menunduk, "a-aku tidak bisa."
"Mereka bilang kamu monster. Lalu, jadilah monster. Kamu akan menjadi monster untuk mereka yang jahat padamu, dan kamu akan menjadi orang baik untuk teman yang selalu mendukungmu. Bukankah itu lebih baik?"
Sunghoon mendengarkan, ia mengangguk paham.
"Sekarang, ayo ganti pakaianmu. Kamu bawa baju ganti?"
"Aku bawa baju olahraga di dalam tas."
"Pakai itu, daripada memakai baju kotor ini."
Sunghoon mengangguk.
Kepala Sunghoon mendongak untuk menatapnya, "kamu siapa? Aku belum pernah melihatmu di sini."
"Kamu saja yang jarang memperhatikanku. Aku selalu berada di kantin, aku yang memasak untuk kalian."
"Ah ... begitu?"
"Ya, aku juga jarang melihatmu."
"Aku jarang pergi ke kantin. Biasanya,
Jay yang pergi ke sana untuk membelikanku sesuatu atau aku yang nitip ke dia."Laki-laki itu mengangguk.
"Namamu?"
"Namaku Heeseung, tapi kamu bisa memanggilku Kak karena aku lebih tua darimu."
Sunghoon tersenyum, "baik, Kak Heeseung."
Melihat Sunghoon tersenyum membuat Heeseung juga ikut mengembangkan senyuman, "dan, namamu?"
"Sunghoon."
"Lain kali kamu harus pergi ke kantin sendiri, ya, Sunghoon?"
Sunghoon mengangguk, "siap, Kak Heeseung."
"Bagus, kalau begitu aku pergi dulu."
"Hati-hati, Kak Hee."
"Ya."
Begitulah awal pertemuan Sunghoon dan Heeseung yang sangat tidak disangka oleh mereka. Baik itu dari sisi Heeseung maupun Sunghoon.
"Oh, ya, aku harus mengganti pakaianku."
Sunghoon berjalan ke kelas. Setelah sampai, ia langsung mengambil pakaian olahraganya dan berniat untuk ganti di toilet.
"Heh, monster napa balik lagi ke kelas, sih? Ganggu pemandangan aja."
"Bacot lo, babi."
Setelah mengucapkan itu, Sunghoon pergi begitu saja dari kelasnya. Mungkin, kalian ada yang bertanya, mengapa teman Sunghoon tidak ada yang membantu saat ia sedang dibully?
Jawabannya, karena Jay--satu-satunya teman Sunghoon, berbeda kelas dengannya. Di kelas, Sunghoon tidak ada satupun yang bisa dijadikan teman. Hanya ada segerombolan orang cacat mental senantiasa membully orang yang tidak diketahui apa salahnya.
Sebenarnya, Sunghoon ingin pindah kelas. Tapi, tanggung, cuman satu semester lagi dia akan lulus. Mau tidak mau Sunghoon harus bertahan di kelas yang isinya berupa orang cacat mental.
Jika Sunghoon mengadu pada guru, Sunghoon mendapat masalah lebih parah dari murid di kelas. Ia tidak hanya akan mendapati noda kopi di baju, tapi ia juga akan mendapat noda darah di sana. Sunghoon tentu saja tidak ingin itu terjadi, ia sangat menyayangi dirinya sendiri.
Love myself, cintai diri sendiri.
Itu yang Sunghoon tanamkan pada dirinya.
Sunghoon bersyukur, Jay mau mendengarkan curhatannya, walaupun ia membantu semampu Jay saja. Tapi, itu lebih dari cukup.
to be continue
ini cerita yg ki up pas 2021
ki revisi, terus ganti char jd mem enhypen
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Unforgettable [heehoon]
FanfictionSunghoon memiliki kutukan yang membuat ia tenggelam dalam kesepian. Seseorang harus rela berkorban agar Sunghoon bisa menjadi manusia seutuhnya. Seseorang itu harus mencintainya dengan sepenuh hati, tapi apakah Sunghoon rela? ! bxb bahasa baku sedik...