4

377 59 5
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi. Sunghoon masih ada di kelas, ia sedang membereskan buku-bukunya. Tak lama teman dekatnya datang ke kelas, menghampirinya.

"Sunghoon, kamu mau aku belikan apa hari ini?" Tanya Jay.

Rasanya Sunghoon seperti memiliki babu di sekolah, kadang heran sama Jay itu. Kok, mau aja, sih, disuruh-suruh sama dia?

"Enggak, Jay. Kali ini, aku akan ikut ke kantin bersamamu."

"Beneran? Wah, ada apa ini? tumben sekali. Kamu sehat, kan, Sunghoon? Abis kesambet apa semalem?" Tanya Jay heboh.

"Kesambetnya bukan semalem, sih. Baru tadi pagi," gumam Sunghoon.

"Hah? Kamu ngomong apa, Hoon?"

"Eng-engga, ayo kita ke kantin."

"Ayo."

Mereka berdua berjalan untuk pergi ke kantin. Setelah sampai, Sunghoon merasa tubuhnya terdesak ke sana ke mari. Kantin sedang dalam keadaan ramai. Untung saja ada Jay yang setia memegang tubuh Sunghoon agar tidak jatuh.

"Kita duduk di situ, yuk, Hoon. Ada Seungmin, Hyunjin, sama teman-temannya Jay. Nanti aku kenalin, deh."

"Mereka jahat gak?" Sunghoon menatap Jay takut.

"Enggak, mereka baik, kok. Kita duduk di sana, ya?"

Sunghoon mengangguk perlahan.

Sunghoon dan Jay akhirnya menghampiri teman-temannya itu.

"Hai, bro."

"Hai, Jay."

"Wih, bawa siapa, tuh?" Tanya salah satu teman Jay, Felix.

"Lho, Sunghoon. Tumben kamu ke kantin," ucap Seungmin.

"Oh, namanya Sunghoon? Hai, Sunghoon, aku Felix."

Sunghoon tersenyum kikuk, "hai, Felix."

"Nah, yang itu namanya Christopher, panggil aja Chris," Jay nunjuk Chris yang berada di samping Felix.

"Kalau yang itu namanya Changbin," tunjuk Jay pada Changbin yang berada di sebelah Chris.

Sunghoon mengangguk, "hai, senang bertemu dengan kalian." Sunghoon sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Imut banget, sih, kamu, anaknya siapa?" Tanya Hyunjin pada Sunghoon.

"Hyunjin kayak yang baru kenal sama Sunghoon aja," jawab Jay.

Sunghoon majuin bibirnya gitu.

Pada gemes, kan, yang lihat.

"Mau mati aja aku," Seungmin berucap asal.

"Jangan, dong. Nanti, aku sama siapa?" Balas Chris.

"Hadeh, bucin," pasrah Felix. Sudah biasa melihat temannya uwu-uwuan gak tahu tempat.

"Iri bilang, bos."

"Aku masih sabar, lho."

"Gak nanya."

Kasihan piliks.

"Kalian belom pesan makanan, lho," Changbin mengingatkan.

"Ah, iya juga kata Changbin. Sunghoon mau nunggu di sini apa mau ikut aku mesen?"

"Aku mau ikut sama kamu."

"Yaudah, aku sama Sunghoon ke sana dulu, ya?" Pamit Jay pada teman-temannya.

"Yaa," jawab mereka serempak.

Sunghoon sama Jay langsung pergi mesen makanan. Sunghoon lagi nyari seseorang, tapi kayaknya dia lagi ga ada di sini.

Sunghoon lagi nyari Heeseung, siapa lagi? Matanya udah ke sana ke mari, lirik sana lirik sini, tetap saja tidak ada tanda-tanda keberadaan Heeseung.

"Sunghoon, kamu mau makan apa?"

"Aku mau makan itu aja, Jay" Sunghoon menunjuk salah satu menu yang tertera di sana.

"Minumnya apa?"

"Terserah."

Jay merinding.

Sebuah kata keramat.

Terserah. Jay gak mau mikir, Jay bingung.

"Pesan ini dua, minumannya dua, yang satu jus jeruk yang satunya lagi terserah."

Akhirnya, Jay lempar ke bibinya aja. Biar bibinya yang pusing mikirin.

"Heeseung, bikinin ini dua, sama minumannya, ya. Yang satu es jeruk, yang satunya lagi terserah."

Mantap ga, tuh? Dilempar lagi sama bibinya. Ternyata, bibinya gak mau mikir juga sama kayak
Jay.

Heeseung muncul dari bawah. Dari tadi, Heeseung tuh lagi beresin beling yang berserakan. Gak sengaja ada yang jatuhin, yaudah Heeseung bersihin.

Pas Heeseung muncul, Sunghoon hampir jantungan. Tiba-tiba aja Heeseung muncul di depannya. Sunghoon tuh gam denger kalau bibinya nyebut nama Heeseung, orang dia lagi ngelamun.

"Oh, hai, Sunghoon. Kirain ga bakal ke sini. Sebentar, ya? Aku bikinin dulu pesanannya."

Lalu, Heeseung mulai memasak.
Jay sama Sunghoon nungguin, lumayan liat cogan lagi masak.

Pantesan Jay mau disuruh-suruh Sunghoon ke kantin. Sunghoon masih belum sadar apa yang Jay incar. Masih polos dia. Gak tahu apa-apa.

Setelah selesai membuat makanannya, sekarang Heeseung lagi bikin jus jeruk.

"Kata bibi yang satunya lagi terserah, tapi apa, ya?"

"Yang mesen terserah siapa?" Tanya Heeseung.

Sunghoon gak dengar, ngelamun lagi dia. Gak jelas ngelamunin apa. Gak jelas.

Karena Sunghoon melamun. Akhirnya, Jay yang jawab.

"Sunghoon yang pesan, Kak."

Heeseung mengangguk.

Gampang kalau Sunghoon yang minta, mah. Dia kasih aja susu.

Sunghoon, kan, bayi.

"Nih, dihabiskan, ya."

Jay mengangguk. Sunghoon masih dengan acara melamunnya. Heeseung yang sedikit kesal mencoba membuyarkan lamunan Sunghoon.

"Hei, Sunghoon sadar," Heeseung menepuk pundak Sunghoon dua kali.

Sunghoon sadar seketika.

"Ah, ya, apa Kak? Kok, cepet banget? Kak Heeseung hebat," Sunghoon mengacungkan jempol kanannya pada Heeseung. Lalu, ia pergi ke tempat duduk sambil membawa makanan dan minuman pesanannya.

Heran Heeseung, tuh. Sunghoon kenapa, sih?

"Yaudah, Kak, aku nyusul Sunghoon, ya?" Setelah mengucapkan itu, Jay berjalan menjauh dari Heeseung.

Heeseung mengangguk.

Heeseung bukan orang yang sangat berkecukupan. Dia sangat sederhana, dibalik kesederhanaannya, dia selalu merawat kucing jalanan. Memberi makan, bahkan Heeseung sampai mandiin itu kucing. Heeseung berhenti sekolah karena kesederhanaannya itu. Lebih tepatnya gak punya uang. Dia yatim piatu. Dan juga, dia kesepian.



















to be continue

ki masi butuh dukungan lewat vote

Something Unforgettable [heehoon] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang