Part 17

59 4 1
                                    

⚠HOMOPHOBIC⚠
----------------

Fero absen sehari, untuk melaksanakan pemakaman ayahnya.

Setelah selesai, dia langsung balik saat sudah pamit sama ibu dan kakaknya juga orang-orang disana.

Esoknya Fero berangkat kesekolah seorang diri, dia lebih cepat kesekolah dari biasanya, jam saja baru menunjukkan pukul 05:51. Orang-orang belum berdatangan, hanya ada petugas kebersihan, satpam dan beberapa guru.

"Fero? kenapa kau sudah datang dijam segini?" tanya guru matematika itu. Marsel.

"Tidak apa-apa, aku hanya akan merasa bosan jika berada dirumah"

"Oia, saya dengar ayah kamu tiada. Saya turut berduka cita"

Fero tidak menjawab, mengingat hal itu dia juga akan mengingat perkataan kakaknya yang membuatnya merasakan sakit hati.

"Maaf, tapi aku harus pergi pak. Permisi" Fero beranjak berlari kekelasnya dilantai tiga.

Fero sampai dikelasnya, dia kembali merasakan sakit, dia menangis lagi. Dalam diam.

Tak berselang lama, para siswa-siswi mulai berdatangan satu persatu.

"Gue turut berduka cita Fer" ucap Fio nunduk.

"Hm ya" cuman itu respon yang dia dapat, dia sadar kalau Fero kecewa sama dia.

Tak lama datang Tino, Reno dan Deo. Ketiga temannya itu sempat dikirim oleh pihak sekolah untuk mengikuti olimpiade antar sekolah.

"Huwwaaa Fero, Fio kita kangen banget sama kalian!" teriak mereka bertiga.

Bangku Fero dan Fio hanya bersebrangan saja, enggak jauh-jauh.

Cowok seme didalam kelas cuman cukup ngusap dada aja liat kelakuan uke lebay.

"Fero, lo sama Fio..." ucap Reno menggantung.

"Hm" jawab Fero.

"Kok bisa? bertengkar soal apa?" tanya Deo kepo.

"Lupain, gue malas bahas" jawab Fero.

"Btw Fer, lo habis nangis?" tanya Tino.

"Enggak"

"Hubungan lo sama Re--"

"Diam anjing!" umpat Fero muak mendengar ocehan teman-temannya yang selalu bertanya.

"Hah... maaf kebawa emosi" ucap Fero beranjak.

"Hidup gue susah banget, ditinggalin papa, dibenci kak Rey, dikecewain duo Van, pulang sekolah kudu balik kekantor ngurusin pekerjaan. Hidup gue njir ya ampun, gini amat. Kacau kacau" Fero geleng-geleng kepala sendiri diatas roftoop menikmati terpaan angin pagi dikulitnya.

Fero ngambil ponselnya, dan juga ngambil surat yang ayahnya berikan.

Menyalin nomor itu keponselnya.

Lalu menyentuh tombol panggil diHPnya.

"Maaf, siapa?"

"Alfero Bryn Fernands"

"Maaf Tuan, saya tidak tau jika ini nomor anda"

"Enggak apa-apa, nanti saya kekantor buat ngambil berkas yang dititip almarhum ke kamu"

"Iya Tuan, saya akan menunggu anda sepulang sekolah"

"Ya"

Tut tut tut

"Untung almarhum ngelajarin gue tentang pekerjaan kantor saat kelas 9, kalau kagak otw bangkrut dah" ocehnya lagi.

TIME [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang