DAFA | 10 -END

5.5K 329 125
                                    

Rena tersenyum puas melihat hasil karyanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rena tersenyum puas melihat hasil karyanya.

Sejak tiga jam yang lalu, ia sibuk membuat kue ulang tahun bersama Alia. Butuh waktu lama, karena Rena ingin membuatnya sendiri, padahal kemampuannya nol.

Hari ini adalah ulang tahun Dafa. Rena ingin membuatkan sesuatu yang spesial. Dengan arahan Alia, kue buatan Rena akhirnya jadi.

"Yeay! Selesai, Bunda!" jerit Rena senang. Tak hanya Rena, Alia pun senang. Meskipun dapurnya harus jadi seperti habis diterpa banjir bandang.

"Rena mandi dulu, Bun. Bye bye!" Rena berlari menuju kamarnya, bersiap-siap.

Tiga puluh menit kemudian, Rena sudah selesai bersiap. Ia kembali turun, memasukkan kue buatannya ke dalam kotak.

"Rena berangkat dulu, Bun," pamit Rena. Ia mencium kedua pipi Alia.

"Grab-nya udah dateng?" tanya Alia. Rena mengangguk.

"Hati-hati. Suruh Dafa ke rumah besok, Bunda mau masakin dia makanan kesukaan dia. Khusus!" tukas Alia. Rena mengacungkan jempolnya, sebelum menghilang dari balik pintu.

"Mbak Renata?" tanya pengemudi. Rena mengangguk, lalu duduk di jok tengah.

"Ke apartemen Grand Walace ya, Pak."

"Siap, Neng!"

***

Dafa baru saja pulang dari futsal. Laki-laki itu mampir ke restorannya sebentar, untuk mengambil laporan. Ia ingin memeriksanya di apartemen saja, sekalian mandi. Badannya lengket karena keringat.

Kegelapan menyambut Dafa saat masuk ke dalam unit apartemennya. Seperti biasa, setiap keluar rumah, Dafa selalu mematikan semua lampu. Biar hemat, tidak boros listrik. Lebih baik uangnya ditabung untuk membahagiakan anak istrinya nanti.

Dafa menyalakan lampu ruang tamu. Ia hampir melompat saat melihat seorang gadis tertidur pulas di sana.

"Rena?" panggilnya. Ia mendekat, memastikan apakah itu benar Rena atau bukan.

Dafa berjongkok, menatap wajah cantik Rena yang sedang tertidur pulas. Sudah lama sekali rasanya ia tidak sedekat ini dengan Rena. Ia mengamati setiap jengkal wajah gadis itu. Semakin lama, jantung Dafa bertalu semakin cepat.

Setelah puas, baru Dafa menepuk pipi Rena pelan.

"Na, bangun," panggilnya lembut. Setelah beberapa kali percobaan, baru mata Rena terbuka.

"Daf?" panggilnya. Gadis itu mengucek mata sambil duduk. "Yah, ketiduran."

"Lo ngapain ke sini?" tanya Dafa.

"Mau surprise-in lo," kata Rena. "Tapi lo-nya lama banget nggak pulang-pulang. Dari mana, sih?!"

"Habis futsal sama ke resto tadi ngambil laporan. Dalam rangka apa? Tumben," balas Dafa.

DAFA'S PRIORITY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang