Dafa memberhentikan motor kesayangannya di depan rumah Rena. Seperti biasa, ia menyempatkan diri untuk menebar senyum pada ibu-ibu yang sengaja lewat di depan rumah sahabatnya itu, takut di-cap tidak sopan.
"Pagi, Bunda. Pagi, Ayah," sapa Dafa saat melihat Alia dan Alfi di meja makan. Alia dan Alfi tersenyum hangat, menyambut Dafa.
"Pagi. Duduk, Daf," ucap Alfi. Dafa mengangguk, menarik salah satu kursi meja makan. Tak lama, Rena muncul dari tangga.
"Selamat pagi dunia!" serunya kencang, hingga ditegur Alia.
"Rena! Cewek kok teriak-teriak!" Rena nyengir kuda.
"Bunda, ih. Nggak tau apa, anaknya lagi hepi!" belanya.
"Eh, ada Dafa kesayangan Rena," ucap Rena, bercanda. Meskipun Dafa berharapnya Rena serius.
"Eh, ada Rena kesayangan Dafa," balas Dafa, membuat Rena terkekeh. Gadis itu duduk di seberang Dafa.
Saat mereka hendak mulai makan, suara bel terdengar.
"Bukain gih, Ren," pinta Alia. Rena mengangguk, segera berjalan menuju pintu utama. Saat ia membuka pintu, ia langsung mendapati sosok Gabriel.
"Pagi, Sayang," sapa Gabriel sambil tersenyum hangat, membuat pipi Rena ikut hangat.
"P-pagi," balas Rena malu-malu, sampai gagap.
"Boleh aku masuk?" tanya Gabriel. Rena mengangguk, lalu menggeser sedikit tubuhnya, membiarkan Gabriel masuk.
"Siapa, Re— oh, Gabriel, toh. Sini duduk, kita sarapan bersama," ucap Alia ramah. Sedangkan Alfi— ia memilih diam dengan memasang wajah datar, mengamati Gabriel dengan pandangan menilai. Alfi sedang memainkan peran sebagai bapak-bapak galak.
"Pagi Tante, pagi Om," sapa Gabriel ramah. Sejenak, Gabriel berpandangan dengan Dafa, sebelum akhirnya Dafa mengalihkan pandangannya.
"Ayo Kak, duduk," ucap Rena. Gabriel mengangguk, lalu duduk di sebelah Rena.
Selama mereka sarapan, tak ada obrolan yang terjadi. Alfi memang melarang keras makan sambil mengobrol.
Selesai sarapan, Rena, Gabriel, dan Dafa pamit berangkat sekolah.
"Bunda, Ayah, Dafa pamit dulu," pamit Dafa. Alia dan Alfi mengangguk.
"Rena juga, Bun, Yah," timpal Rena. Gadis itu mencium pipi kedua orang tuanya.
"Saya juga Om, Tante," kali ini, giliran Gabriel.
"Hati-hati. Jangan ngebut Dafa, Gabriel," balas Alia. Dafa dan Gabriel mengangguk. Lalu, ketiga remaja itu berjalan keluar rumah.
"Daf, gue berangkat bareng Yayang, ya," bisik Rena. Dafa mengangguk.
"Hati-hati, Na," ucap Dafa, mengacak rambut Rena. Hal itu tak luput dari pandangan Gabriel, yang menatap mereka tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAFA'S PRIORITY ✓
Короткий рассказ[SHORT STORY] Tentang Dafa yang selalu memprioritaskan Rena dalam hidupnya, bahkan melebihi dirinya sendiri.