eps 5

7 0 0
                                    

"Ceceu gak bisa gini terus. Ceceu harus ngomong sama dia, kemana tugas dia sebagai seorang suami? Kalau gitu kenapa gak dari waktu itu aja Ceceu batalin tunangan nya. Kan Ceceu juga gak akan jadi galau gini. Aa gak mau liat Ceceu yang kehidupan nya jadi merana begini karena suami yang tidak perdulikan istri nya sendiri. Aa gak tega liat Ceceu, Aa juga gak mau liat Ceceu yang terus terusan berbohong cuma nutupin keburukan dia".

"A, semua ini udah terjadi. Mau gimana pun juga ya harus terima dengan ikhlas. Mau gak mau Terima takdir yang udah jadi kenyataan".

"Tapi Ceu....".

"Ceceu di panggil Abun tuh di kamar". Lapor Defa.

"Yaudah Ceceu ke kamar Ummah dulu ya". Zaya kesal pada Faya yang terlalu sabar menghadapi Hafidz. Sejak dulu Faya memang orang yang penyabar. Zaya menyukai kakaknya yang satu itu. Ingin rasanya jika dirinya bisa seperti Faya yang penyabar.

******

"Faya apa sikap Hafidz ke kamu masih dingin? ". Pertanyaan Aisyah membuat Faya terdiam tak bisa menjawab. Jika dirinya menjawab ia, pasti pun Zaki dan Aisyah akan marah pada Hafidz. Faya tidak ingin itu terjadi.

"Enggak Ummah. Sekarang a Hafidz udah gak terlalu dingin". Lagi lagi dirinya berbohong untuk menutupi keburukan Hafidz kepada Aisyah.

"Apa kamu jujur? ". Zaki memastikan bahwa sang putri benar-benar bahagia dengan pernikahan nya.

"Yaudah kalau gitu, Ummah percaya. Tapi buktiin tiap sarapan pagi dan sore dia hadir atau pun lagi kumpulan keluarga ia harus ada". Faya mengangguk. Pada kenyataan nya ia tak tahu harus apa. Sekalipun bertanya pada Hafidz, ia tak yakin sang suami akan menerima perintah Aisyah.

Faya mendekati Hafidz yang selalu duduk termenung menghadap jendela menatap cerahnya langit. Faya tak mengahadap Hafidz sekaligus. Ia sedikit bersembunyi di balik tembok. Dengan wajah yang tertunduk. Menyembunyikan rasa malu dan takut jika Hafidz akan menolak permintaan nya dan juga tetap menjaga ta'dzim kepada putra pun guru.

"A Hafidz". Yang di panggil tak mengalihkan pandangan sepenuhnya hanya sampai bahu saja. Faya jadi merasa takut salah ucap.

"Kalau setiap sarapan dan kumpul keluarga Aa mau gak ikut hadir? ". Hanya segitu yang Faya berani ucapkan. Hafidz terdiam. Faya sudah tahu jawaban nya dan itu artinya siap siap ia harus berbohong kembali. Untuk keberkian kalinya.

"Gak apa apa, kalau Aa gak mau. Faya bisa maklum". Baru saja gadis yang baru melepas masa lajang nya beberapa hari ini memutar balikkan tubuh nya. Hafidz membuka mulut dan memberikan jawaban bahwa ia menuruti keinginan nya untuk berkumpul bersama keluarga. Menyadari dirinya bukanlah dirumah pribadi ia pun mengiyakan ajakan Faya. Formalitas sekedar menjaga nama baiknya, sebagai seorang suami, juga sebagai keluarga. Faya menarik bibir nya membentuk senyuman.

"Terima kasih a".

*****

"Aang, aa, kakak, aka cepet bangun ayo piket". Teriak Defa sambil terus mengetuk ngetuk pintu kamar para lelaki. Setiap harinya jika sedang ada di rumah, semua anak Aisyah harus piket. Meski pun memiliki banyak santri, tapi ia tidak mengandalkan santri yang membersihkan rumah melainkan anak anaknya sendiri. Sengaja seperti itu. Agar di didik rajin, dan bisa bekerja. Ia tidak mau anak anaknya terbiasa dalam hidup enak hingga tidak mau menggerakkan anggota tubuhnya. Ada yang menyapu, mengepel, mencuci pakaian, menjemur, lalu mengangkat pakaian nya sore hari, juga memasak. Semua di kerjakan secara bergiliran setiap hari nya. Maka tak heran jika semua Putra Putri Aisyah dan Zaki bisa bekerja juga memasak.

"Apa si Defa? ". Zafin membuka pintu kamar.

"Aka ayo cepat piket ini udah siang".

"Iya sebentar lagi". Zafin ingin menutup pintu kamar nya kembali tetapi dengan cepat Defa menarik tangan nya agar Keluar kamar lalu membangunkan para kakak yang lainnya. Hampir setiap hari pula Defa yang membangunkan kakak kakaknya. Jika Faya, Faza dan Fallah selalu mengerjakan pekerjaan nya Terlebih dahulu tanpa membangunkan yang lain. Tapi tidak dengan Defa. Si bungsu tidak betah jika pagi piket para kakak belum juga bangun. Maka ia tak segan-segan membangunkan nya dengan cara paksa. Seperti saat ini ia sedang membangunkan Zaqin, Zaya dan Zadin dengan menarik kaki nya menggusur hingga ke pintu jika tidak mau bangun juga, mengepretkan sedikit air di wajahnya, membuka kelopak matanya agar terbuka.

Pernikahan Impian Yang Tak Di HarapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang