eps 9

11 1 0
                                    

Faya melipat mukena nya masih dengan air matanya yang mengalir.

"Udah tepat 1 minggu aku pergi dari rumah. Gimana kabar a Hafidz ya? Apa a Hafidz udah makan atau belum, kamar a Hafidz juga pasti gak ada yang beresin. Karena kebiasaan a Hafidz baju sehabis pakainya selau di taruh asal di kasurnya. A Hafidz inget aku gak ya? ". Faya menghapus air matanya.

"Kalau untuk merasa kehilangan, aku rasa gak. Karena... Kan ada Farhah yang a Hafidz cintai. Tentunya gak kaya aku. Yang kita menikah cuma diatas kertas dan di hadapan keluarga aja. Tapi sesungguhnya kita gak ada hubungan apa-apa".

*****

Hafidz sudah hampir menyerah untuk mencari keberadaan Faya. Ia ingin menyerah tapi ia sadar sejak saat pria itu mengucapkan ijab qabul 4 bulan lalu sejak saat itu pula ia bertanggungjawab atas Faya. Namun nyatanya dirinya selama ini tidak pernah perdulikan Faya. Dirinya hanya mementingkan Farhah. Waktunya hanya di pakai untuk jalan bersama Farhah, membahagiakan Farhah. Tanpa berfikir istrinya di rumah merenung sedih atas sikapnya.
"Astaghfirullahal'adzim". Hafidz mengusap wajahnya kasar kembali. Rasanya Hafidz ingin sekali menangis.
"Eh ko saya nangis si? Apa-apaan". Hafidz menghapus air matanya kasar. Saat Hafidz menghapus air mata, ia teringat pada Faya yang juga menangis terakhir kali ia lihat sebelum pergi.

Ya Allah beri saya petunjuk. Kemana lagi saya harus cari Faya. Eh iya saya lupa, saya belum cari ke rumah Ummah Aisyah. Tapi kalo cari kesana apa alasannya?. Seketika Hafidz segera mengambil langkah seribu saat mendapatkan ide cemerlang dalam otaknya.

******

"Assalamu'alaikum". Hafidz mengetuk pintu rumah Aisyah. Dengan membawakan buah-buahan untuk basa basi, ia berharap rencananya berjalan dengan sempurna sesuai harapan nya dan Zaki tidak mencurigai nya. Jika Zaki ataupun Aisyah menanyakan Faya, itu arti nya Faya tidak pulang ke rumah ini. Zaki membukanya.

"Wa'alaikumsalam eh menantu. Ada apa? ".

Siapa bun? Teriak Aisyah.

"Ini ada Hafidz ". Mendengar nama Hafidz, Aisyah langsung menghampiri.

"Ko Hafidz doang? Mana Ceceu?". Hati Hafidz menciut mendengar Aisyah menanyakan Faya. Cukup jelas jika Faya tidak pulang ke rumah.

"Mmmm... Faya lagi kurang sehat. Jadi gak bisa ikut. Insya Allah kalo udah sembuh Hafidz balik lagi kesini sama Faya".

"Astaghfirullah, Ceceu sakit apa? ". Aisyah mulai khawatir.

"Cuma sakit biasa ko Ummah, flu batuk aja".

"Yaudah salam ya buat dia, makasih juga buah-buahan nya". Aisyah merasakan ada yang janggal. Ia takut terjadi apa-apa dalam rumah tangga anaknya. Untuk memastikan bahwa Faya benar-benar hanya sedang sakit ia menelepon Faya.

_____

Aduhhh Ummah nelpon gimana ini?. Melihat Aisyah yang ternyata menelpon membuat Faya sangat was-was. Namun ia berusaha se biasa mungkin agar tidak ketawan.

"Assalamu'alaikum Ummah".

"Ceceu, Hafidz bilang kamu sakit. Apa bener?".

Lho aku sakit apa ini. Aku kan gak tau.
"Iya Ummah, tapi ini sakit biasa aja ko. Jadi gak usah khawatir". Sebisa mungkin Faya menambalkan kebohongan yang Hafidz buat.

" Oh syukur deh. Ummah takut kalian kenapa-napa. Pas tau tadi Hafidz dateng kesini sendiri aja".

"Ya Ummah tadinya Ceceu mau ikut. Tapi karena gak enak badan. Yaudah jadi nya nanti aja".

"Oh yaudah deh. Baik-baik kamu ya disana. Assalamu'alaikum".

"Iya Ummah. Wa'alaikumsalam".

Faya berseri-seri setelah mengetahui Hafidz ternyata ke rumah Aisyah. Tapi untuk apa? Mencari dirinya bukan? Sepertinya iya. Dengan berpura-pura datang seorang diri mengatakan jika Faya sedang sakit yang padahal ia sendiri tak tahu dimana keberadaan Faya.

Pernikahan Impian Yang Tak Di HarapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang