eps 12

16 2 0
                                    

"Mas maaf, bukan saya bermaksud nyinggung atau apa ya, tapi..... Wudhu mencuci tangan hanya sampai pergelangan tangan itu gak sah. Batasannya sampai sikut mas bagusnya di lebihkan dari sikut". Orang itu terdiam. Hafidz takut jika ia marah.

" Mas nya keluaran dari pondok pesantren ya? ". Hafidz hanya tersenyum malu. Ia takut jika pertanyaan pria itu meledek nya.

" Salafi atau modern?".

"Salafi mas". Semula Hafidz beranggapan jika pria itu akan memarahinya. Tapi ternyata tidak, ia salah menilai. justru orang itu meminta pengetahuan tentang batasan-batasan anggota wudhu kepada nya selepas sholat.

Selesai sholat berjamaah, orang itu mengajak Hafidz untuk mengaji di area luar masjid dan Hafidz menyetujui. Ia tidak berniat mencari perhatian orang-orang. Tanpa diminta nya, Allah berikan taufik hidayah kepada orang-orang yang masih berada di masjid. Lalu jumlah yang mengaji kultum pada Hafidz semakin bertambah. Mau itu dari golongan perempuan ataupun lelaki.

"Kamu ini namanya siapa?". Tanya pria paruh baya yang dikenal sebagai sesepuh kampung.

"Hafidz, ustadz". Jawabnya ramah.

" Nama yang bagus. Saya sudah tua dan sudah sakit sakitan. Kepingin saya, saya hanya ingin selalu beristirahat di rumah atau sekedar menyaksikan. Kamu mau kan gantikan saya pengajian umum di masjid ini setiap hari minggu? ". Hafidz merasa seperti tertimpah durian runtuh. Ia senang tapi tidak enak pula kepada para sepuh.

" Tapi pak Ustadz, saya tadi bukan maksud mau cari perhatian ".

"Ya saya tau. Justru kamu bagus begitu, mengamalkan ilmu. Saya juga suka cara kamu menjelaskan. Sangat detail dan bahasa nya juga lembut jadi yang bisa mengerti bukan hanya santri semua yang mendengar kan pun akan faham pada apa yang di jelaskan".

اللهم ثبت حمدك.

" Kamu mau kan? ". Hafidz mengangguk.

______

Sesampainya di rumah, Hafidz langsung memberitahukan keberuntungan nya pada Faya. Faya bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepadanya.

" Bisa kan ceu saya titip anak saya ngaji disini? ". Faya dengan senang hati menerimanya.

" Iya bu InsyaAllah ".

" Kapan bisa mulai? ".

" Sore juga bisa bu, selepas ashar ya".

******

Sudah seminggu ini area kemaluannya masih saja terasa begitu sakit. Faya tak tahu harus apa kecuali datang ke dokter. Faya malu-malu untuk menceritakan yang di rasakan nya. Secara berbisik Faya menceritakan. Seketika sang dokter tertawa mendengar keluhannya. Faya mengangkat alisnya tak faham.

"Kenapa dokter ketawa? ".

" Ibu pengantin baru ya? ". Faya menyeringai.

"Itu hal biasa bu".

"Maksudnya?".

"Iya itu hal biasa di saat malam pertama". Pipi Faya merona merah. Ia menjadi salah tingkah di hadapan sang dokter.

"Oh gitu dok. Maaf ya saya gak tau".

"Gak apa apa, saya maklum. banyak juga ko yang konsultasi soal begitu". Hafidz yang menunggu di luar ruangan langsung menghampiri Faya saat melihat Faya keluar dari ruangan dokter dan memastikan jika sang istri tidak apa-apa.

"Apa kata dokter? Kamu sakit apa? ". Faya malu untuk menceritakannya. Ia berniat untuk tidak menceritakan kepada Hafidz. Tetapi Hafidz memaksa dan akhirnya Faya mengalah untuk menceritakannya.

Pernikahan Impian Yang Tak Di HarapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang