eps 4

6 0 0
                                    

"Aa males rapih kalau bukan hanya untuk sholat. Aa malu kalau Aa bergaya rapih padahal diri belum bener. Walaupun di pandang anak Kiayi, toh yang Kiayi Abun bukan Aa. Kalau Aa udah jadi Kiayi baru Aa bergaya rapih namun tetap sederhana biar sama santri Aa juga keturutan". Mendengar perkataan yang di lontarkan oleh Zaya, semua menjadi takjub bahkan malu. Ternyata di balik itu Zaya adalah orang yang benar-benar memiliki ketawadhuan.

Pernah pula saat haulan kakek nenek. Dalam artian orang tua Aisyah, Zaya tidak berada di rumah nya ataupun menyambut tamu tamu seperti yang lain. Ia hanya menjadi tukang coffee keliling untuk tamu tamu santri temannya atau pun teman kakak/adiknya. Dan ada seorang pria paruh baya menanyakan tentang nya. Tetapi Zaya tidak menunjukkan jika itu dirinya.

"Kang mau tanya. Kalau anak K. H Zaki yang namanya Zainal Anbiya yang mana ya? ".

"Oh ada pak di depan tanya aja". Zaya tidak mengaku jika dirinya yang di cari. Sedikit memang orang yang mengenal nya sebagai Putra dari Zaki. Karena ya memang dari penampilan nya acak-acak an.
______

"A Ceceu mau cerita. Menurut Aa gimana?".

"Gimana apanya cerita juga belum".

"Aa ini serius, yaiyalah Ceceu belum cerita". Tatapan Faya menatap kosong arah langit.

"Kan Ceceu mau nikah sama anak guru Ceceu......". Faya menceritakan seluruhnya mulai dari kisah juga yang di rasa. Tanpa ada yang di tutup tutupi dan di kurangi.
"Jadi menurut aa gimana? ". Faya kesal saat melihat Zaya malah tertidur.

Zzzzzzzz......

"Aa apa apaan si. Orang cape cape cerita". Zaya tersadar kan.

"Oh udahan dongeng nya? ". Faya memajukan bibirnya kesal dengan kakaknya itu. Memang Zaya jail.

"Ih tuh bibir monyong amat". Zaya menjawil bibir Faya.

"Apaan si aa ih jorok, mana bau lagi tangannya".

"Iya kan bekas kobet kobet". Zaya menaik turunkan alisnya. Faya bangkit dari duduknya hendak masuk kedalam rumahnya. Tetapi Zaya menahan.

"Katanya butuh pendapat. Gimana sehh".

"Ya lagian dari tadi orang serius cerita aa malah tidur 😴💤".

"Yee bercanda kali, aa cuma merem aja sambil mimpi".

"Tuhkan udahlah males badmood jadinya".
Zaya menarik pergelangan tangan Faya saat dirinya hendak kembali pergi.

"Menurut Aa ya, yaudah Terima nasib dan takdir. namanya keinginan orang tua ya dia bisa apa? Masa gak mau bikin orang tuanya bahagia? Balas jasa kan kita gak akan pernah bisa sekalipun dibayar mahal sampe triliunan gak akan bisa. Seenggaknya bikin orang tuanya bahagia dengan Terima takdir jadi suami kamu melalui orang tuanya. Ya kan dia ngaji, pasti dia tahu gimana kewajiban setelah menjadi seorang suami kepada istri. Gak akan mungkin di biarin jadi gelandang an. Kan dia juga udah beli kamu dengan cara memberikan mahar. Dalam artian kamu udah di beli sama dia. Kalau untuk sekarang udah Kamu sabar aja dulu. Setelah sah, Aa yakin dia juga pasti akan perduli sama kamu dan coba buka hati buat kamu". Faya meresapi perkataan demi perkataan yang Zaya lontarkan sungguh menyentuh kedalam lubuk hati nya. Dan sekarang ia makin yakin untuk mempersiapkan segalanya. Pernikahannya sudah tak berjarak kurang dari jangka waktu 4 hari lagi.

"Makasih ya a, atas saran sarannya. Ceceu sekarang mau ke kamar Aang dulu". Faya mencubit pipi Zaya kencang Alhasil membuat Zaya meringis kesakitan dan berteriak kencang.

*****

Tok...tok...tok...

"Masuk". Mendengar  perintah dari suara bariton, Faya langsung memutarkan gagang pintu kamar para lelaki. Ya, memang Aisyah dan Zaki sengaja membuat kan rumah hanya berisi 3 kamar dengan jumlah anak yang begitu banyak. Agar semua para anak Aisyah dan Zaki bisa akur, dan menyatu. Kamar satu khusus Aisyah dan Zaki yang terdapat kamar mandi di dalamnya. Jika kamar satunya khusus para girls dan satunya khusus para boys. Kelak jika mereka menikah Zaki sudah memasrahkan jika ada yang di bawa oleh suami atau beli tanah lalu buat rumah sendiri. Mungkin rumah dan pesantren nya akan di wariskan untuk si bungsu Defa. Atau kembaran nya Zainal Arifin/aka.

Pernikahan Impian Yang Tak Di HarapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang