3. Sebuah Nama

2.2K 100 3
                                    


Sang fajar menyinari mata Dinar dan memaksanya untuk terbangun di pagi hari. Padahal Dinar sudah mulai libur kuliah dan berencana akan menghabiskan waktunya untuk bermalas malasan di kostanya.

Tapi tanggal di hpnya menyadarkan Ia akan sesuatu hal. Film yang akan dia tonton beberapa waktu silam akan berakhir di bioskop. Dan hari ini adalah hari terakhir pemutaran film itu di bioskop. Jika ia melewatkanya, Ia harus menunggu dvd keluar atau menunggu film itu tampil di tv. Dan Dinar tak bisa menunggu lagi untuk itu.

Dinar menelpon Fero berulang ulang kali tapi tidak ada balasan. Dinar memutuskan akan menonton sendiri saja sampai teriakan pria-bermata-biru yang memaksa Dinar untuk mengajaknya itu membuat Dinar risih dan akhirnya menyetujuinya.

"Baiklah tapi kau harus berhenti menyebalkan dan semua keputusam ada di tanganku" ucap Dinar menyetujuinya.

Dinar mulai membeci pria ini. Dia membuat Dinar menjadi pusat perhatian orang-orang di Mall. Dinar yakin orang orang itu sebenarnya memperhatikan pria kaukasoid yang ada di sampingnya itu. Tak sedikit orang juga yang membicarakan tentang mereka dan itu benar benar membuat Dinar tidak nyaman.

Dinar berhasil melewati orang-orang itu setelah memasuki ruang bioskop, Dinar langsung duduk ditempat yang tertera ditiket yang Ia bawa. Tak lupa juga pria-bermata-biru menemani Dinar dan duduk di sampingnya.

"Ah sayang sekali tak ada William dan Ellizabetnya" ucap Dinar. "Padahal aku penasaran bagaimana kehidupan mereka setelah William menjadi kapten flyng dutchman" Sambungnya yang tetap tidak dapat balasan dari pria di sampingnya itu.

Kekesalan Dinar memuncak saat Ia lihat pria itu sedang tertidur di kursi sebelahnya. "Kurang ajar, aku membayar mahal untukmu dan kau hanya tertidur tanpa menikmati filmnya. Lebih baik kau dirumah saja." Ucap Dinar dengan nada pelan tak mau mengganggu keasikan nonton orang lain yang di sekitarnya.

Film selesai dan Dinar tidak punya rencana apa-apa lagi. Sementara hari masih siang Dinar mengurungkan niatnya untuk langsung pulang kerumah.

"Lapar" ucap pria di sebelah Dinar itu memelas dengan tujuan agar Dinar mengubah jalan jalan mereka yang tak jelas itu menuju sebuah rumah makan yang ada di depan mereka.

"So?" Balas Dinar seolah tak mengerti.

Pria itu menarik tangan Dinar menuju pintu rumah makan itu. Pria itu melihat ke kanan dan ke kiri memastikan ada meja kosong untuk dirinya dan Dinar.

Sementara Dinar sudah berlari menuju meja dimana terdapat seorang pria dan wanita sedang duduk dan berbicara akrab.

"Fero!" Sahut Dinar semangat.

"Bella? Hay! Kalian disini ko tidak memberitahuku?" Sambung Dinar yang melihat bahwa wanita yang sedang bersama Fero adalah sahabatnya SMA Dinar yaitu Bella, tapi mereka beda kampus. Tentu saja Dinar yang mengenalkan Bella pada Fero dan membuat mereka menjadi akrab.

Bella melirik ke belakang Dinar "Siapa yang berasamamu Dinar? Tanyanya. Serontak Dinar mengalihkan pandanganya ke belakang, begitu juga dengan Fero.

"Oh dia...aku hampir lupa" ucap Dinar tak bersemangat. Dia mulai risih dengan keberadaan pria-bermata-biru itu.

"Bella" ucap Bella menyodorkan tanganya untuk berkenalan. Seketika keheningan melanda mereka berempat sampai Dinar berteriak

"Josh! Ya namanya Josh" ucap Dinar melirikt sinis kearah Pria itu untuk menyetujuinya. Anggukan laun Pria itu menghilangkan keadaan mencegangkan bagi Dinar dan pria-bermata-biru atau kita sebut Josh.

"Boleh aku dan Josh bergabung?" Ucap Dinar.

"Oh ya tentu. Lagi pula kita perlu tau tentang teman asing yang belum pernah kau ceritakan sebelumnya itu." Balas Fero.

Dinar tertegun, Ia belum siap menceritakanya. Apa yang akan Bella dan Fero pikirkan tentang Dinar saat mereka tau kalau Josh itu orang asing dan sudah bermalam bersama Dinar di kostanya. Belum lagi Ia belum siap menjawab pertanyaan pertanyaan bertubi-tubi dari mereka. Padahal Dinar sama sekali tak tau tentang Josh.

Ia harus membuat sebuah sandiwara. Sandiwara yang takkan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan membunuhnya. Yang jelas Ia tak bisa bersandiwara kalau Josh adalah sepupunya. Ini sangat sulit membohongi kedua sahabat terbaiknya. Fero dan Bella tau semua tentang Dinar.

"Jadi, siapa tepatnya Josh ini?" Lontaran serangan bagai peluru menancap hati Dinar ini berasal dari mulut Bella.

Keheningan terjadi diantara mereka berempat. Dinar tak tau harus bagaimana. Dinar terus menatap Josh mewaspadai jika Josh berkata yang sesungguhnya. Sial aku belum briefing dengan Josh. Oh Josh stop jangan berkata apa apa!

Dinar menahan napas saat sadar Josh akan berkata sesuatu. "I was her boyfriend" ucapnya dengan senyum ia lemparkan kepada Bella.

Dinar kini dapat bernafas lega. Tapi ia tetap tidak percaya. Josh membuat masalah baru untuknya.

"Wow! Kamu belum pernah cerita?" Ucap Fero.

"Aku belum siap Fero" balas Dinar mengeles.

"Tapi aku sudah berniat menceritakanya padamu, kau sulit dihubungi. Hari ini saja aku sudah menelpon mu berkali-kali dan tak ada jawaban." Ucap Dinar membela diri dan meminta penjelasan dari Fero tentang dirinya yang tidak mengangkat telepon dari Dinar.

"Sudahlah, bukankah yang terpenting kini sahabat kita sudah menbukakan hatinya untuk pria lain?" Ucap bella yang duduk diantara Fero dan Dinar sembari merangkul kedua sahabatnya itu. Dinar tersenyum terpaksa karena hatinya sadar Bella sedang menyinggung Vikri.

"Dimana kalian bertemu? Mulai sejak kapan kalian pacaran? Dimana Josh tinggal? Kuliah? Dan dari mana asalnya? Aku rasa dia pria bule" pertanyaan bertubi tubi dilontarkan sahabat Dinar yang sangat cerewet ini.

"Sebenernya aku sudah lama di jodohkan denganya oleh orang tua kami, dia sedang berlibur dan menyempatkan menemuiku. Ini kali pertama kita bertemu padahal aku dan dia sudah berpacaran dari lama." Khayal Dina yang sudah Dinar pikirkan sedari tadi untuk sandiwara yang akan Ia mainkan.

"Jadi mengapa kalian bisa ada disini?" Balik Dinar menanyakan Bella dan Fero.

"Kemarin kemarin Fero memintaku menemaninya membeli kado untuk ibunya. Dan Fero berjanji untuk membayarnya dengan mengajaku makan." Jawab Bella.

Dinar tertegun. Jadi ini alasannya.

Mengapa menjauh,
Apa sulit untuk berteduh dibawah rintik hujan airmataku?
Apa sulit menjelaskannya untuk manusia bodoh ini?

Dinar menggigit bibirnya. Posisinya sidah digantikan, bukan dia yang menjadi teman dihari ulang tahun Ibunya lagi.

Dinar memang menaruh hati pada Fero. Bukan Bandung yang membuatnya lupa akan Vikri tapi Fero. Perhatian Fero membuat Dinar jatuh terlalu dalam. Tapi Dinar juga tak berani cerita pada siapa siapa termasuk Bella. Dia tak mau Fero tau dan membuat Fero berubah terhadapnya. Dia terlalu nyaman dengan apa yang ia dan Fero jalani sekarang.

"Kau ingin pergi dari sini?" Bisik pria-bermata-biru pada Dinar. Dia menyadari ada hati yang teriris, ada isak yang terpenjarakan didalam diri Dinar. Itu seharusnya dapat terlihat oleh Fero dan Bella.

"Tidak Josh."

"Josh?"

"Aku sudah punya nama untukmu."

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang