7. Celah Waktu

1.7K 89 3
                                    

Josh hanya terdiam melihat sikap Dinar. Gadis itu tak berkedip sedikitpun membaca surat yang ia terima dari pemilik kost, pagi itu. Mulutnya menganga dan matanya asik mencerna setiap kata di dalamnya.

"Dinar...." Omongan Josh terhenti saat Dinar berteriak.

"Waaaaa!! Unbelievable. Josh kiss me now and wake me up!" Teriak Dinar kegirangan.

Josh segera menghampiri Dinar dan menciumnya tanpa arti. Jantung Dinar berdegup kencang, ia tak percaya bodohnya Josh mengikuti perumpamaan yang Dinar ucapkan. Tapi setidaknya kini Dinar mengerti, ini bukan mimpi.

Dinar menatapi Josh yang tersenyum bocah. Dinar menggigit bibir bawahnya menahan kekesalanya pada Josh. Tapi ia juga gemas dengan apa yang Josh lakukan. 

"Bodoh." Ucap Dinar dan membelototkan matanya.

"Setidaknya kau berhenti berteriak." Ucap Josh dengan wajah datar, seolah ciuman tadi itu tak berarti apa-apa baginya.

"Josh! Kita memenangkanya." Ucap Dinar yang baru teringat hal penting yang baru ia baca dari sepucuk surat itu.

"Memenangkannya?" Tanya Josh terheran. Memenangkan apa dirinya tak paham. Tapi ia tau hal itu sangat membuat Dinar girang.

"Perlombaan foto itu, 10 juta Josh dan uangnya sudah di transfer ke rekeningku!" Sambung Dinar mengerti kerutan pada kedua halis Josh itu.

"Apakah artinya aku bisa pulang?" Balas Josh kini merasakan euforia kemenangan itu. Ikut berteriak, berjingkrak-jingkrak memegang kedua tangan Dinar.

"Iya!!" Jawab Dinar bersemangat. 

"Kau bisa pulang." Sambungnya malah datar dengan beberapa jeda. Dinar baru mencerna apa yang Josh maksud. Dirinya baru menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.

Apa itu artinya aku sendiri lagi? Kembali menatap dunia tanpa pengoceh. Melalui hari-hari paling biasa sejagat raya.

Oh bahkan lebih parah saat Fero sudah tak lagi disini, dan juga Bela tentunya.

"Apa yang kau pikirkan?" Kesal Josh menyadari lawan bicaranya malah asik mengkhayal sendiri.

"Hah? Tidak." Balas Dinar menyadari bahwa ia sudah mengabaikan Josh.

"Yasudah tunggu apalagi." Josh lantas menarik tangan Dinar.

"Kemana?" Dinar melepaskan genggaman penuh semangat dari Josh.

"Mengurus kepulanganku." Ucap Josh kesal dengan kelakuan Dinar yang selalu mengabaikanya jika ia sedang mengkhayal.

"Apa? Jadi... serius?" Tanya Dinar.

***

Dinar keluar dari ATM dengan sumingrah. Dia mengangkan jempolnya mengartikan semua terlaksana.

"10 juta pas, gak lebih gak kurang." Ucap Dinar menghampiri Josh.

"Apakah cukup?" Tanya Josh khawatir.

"Lebih dari cukup, bahkan ini bisa membawaku juga kesana." Ucap Dinar.

"Jadi.. kau akan ikut?" Ada sedikit jeda disana, yang Dinar tak bisa mengartikannya. Apakah itu ajakan atau sebuah ketakutan?

"Ah tidak, aku lebih suka menghabiskanya untuk meminum bir bahkan menambah kekayaan di Casino." Ucap Dinar menolak.

"Jadi kau akan melakukanya setelah aku pergi?" Tanya Josh.

"Hanya jika 10 juta ku tak ku bagi dengan mu." Dinar mendelik seolah tak ikhlas.

Mereka menuju bandara, berniat mencari info tentang penerbangan ke Jerman. Sengaja mencari momen untuk berjalan-jalan. Mungkin waktu terakhir menghabiskan hari bersama.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang