chapter 9

51 6 0
                                    

.
.
.

"Hahhh.... " seseorang menghela nafas untuk kesekian kalinya.
Pikiran orang ini berkeliaran entah kemana, dia hanya bisa menghela nafas seperti itu terus.

Teringat kejadian sebelum datang ke cafe langganannya.

"Dean, kau di suruh mama main ke rumah. Mama kangen katanya." Kata jian.
"Eh.. iya, katakan sama tante. Aku kangen juga." Dean

Mereka berdua lagi ngobrol di mall, tidak jauh dari tempat dean bekerja.

"Ok, eh nanti sore ada waktu tidak? Temenin aku cari beli oleh-oleh buat keponakan kecilku" Tanya jian.
"Eh... "
"Trus lanjut ke toko perhiasan ya. Bantuin pilih cincin buat anna."
" ... (anna lagi? Menyebalkan.) Maaf jian, sepertinya nggak bisa. Ini tadi ingat kalau mau ada survei tempat untuk pemotretan. Aku pergi dulu ya. Salamin buat tante, kapan-kapan aku mampir ke rumah." Dean buru-buru pergi dari hadapan jian.
"Eh...dean...dean..."
Melihat dean yang tak mendengar panggilannya. Jian terdiam di tempat sesaat, lalu berbalik pergi berkeliling mall.

Dean pasti sibuk tadi, pikir jian.

Jian.... ahhg... kenapa harus anna? Pikir dean kesal.

Cincin? Beli saja sendiri, kenapa minta bantuan... sial... masih terus menggerutu dalam pikiran dean.

"Ehm..."
"...."
"Sepertinya cafe ini bagus untuk bersantai."
"Eh....ka..kau..." dean terkejut dengan suara yang tiba-tiba di depannya.
"Hai, tempat ini rekomen banget ya."
"Eh...iya. sejak kapan disini?"
"Sejak lima belas menit yang lalu."
"Apa?" Kenapa aku tidak sadar.
"Kau sedari tadi melamun, dan aku sudah duduk disini sedari lama. Apa yang pikirkan dean?"
"Ah...ti...tidak ada." Huh? Dean? Bukankah waktu itu dia panggil aku zhan? Jadi mungkin itu aku salah dengar kan? Pikir dean.
"Benarkah? Tapi sepertinya kau sedari tadi pikiran mu berkeliaran."
"Tidak alex, aku hanya terpikir tentang pekerjaan saja."

Ya, orang itu alex, yang sudah duduk di depan dean selama lima belas menit.tanpa dean sadari karna melamun sedari tadi.

"Karna pemotretan yang aku lakukan sudah selesai, kenapa kau tidak mengajak aku makan. Sebagai traktir untuk membantu kau pemotretan." Kata alex
"Hmm... aku belum meliki waktu kosong saat ini. Bagaimana kalau minggu depan? Aku akan mengabari nanti."

Pemotretan dengan alex sebagai modelnya sudah selesai sehari kemarin. Pekerjaan itu membuat alex meluangkan waktu seminggu untuk pemotretan.

"Tapi aku ingin nanti, bisakah?"
"Aku tidak bisa, sebentar lagi aku ada rapat."
"Huh? Kau ada rapat, tapi kau telah duduk disini sedari tadi."
"Eh...hehehe...aku...aku hanya ingin beristirahat sebentar." Bohong... ini semua karna jian aku jadi duduk disini dan aku juga akan pulang sebentar lagi, pikir dean.
"...baiklah, kabari aku nanti. Kalau begitu aku pergi dulu." Alex berdiri dan akan melangkah pergi.
"Oh..kau akan pergi?"
"Huh?" Langkah alex terhenti sesaat.
"Ah..tidak,hati-hati di jalan alex."
"Ok,...zhan." alex benar-benar pegi.
"Ah? ....di...a.." dean kali ini tidak salah dengar.

Alex memang memanggil namanya...."zhan".

Setelah alex pergi, tak lama kemudian. Dean juga pergi, langsung pulang ke apartemennya. Tidak ke arah kantor, sebab itu hanya alasan untuk alex tadi.

Dean langsung tertidur di kamar begitu pulang tadi, entah berapa lama dean tertidur.

Saat bangun, dean merasa tubuhnya tidak nyaman karna belum mandi dan berganti pakaian, serta perutnya juga terasa lapar.

Melihat jam di atas nakas samping tempt tidur, sudah menunjuk kan waktu jam sembilan malam.

Segera dean bangkit dari tempat tidur, lalu mengambil baju ganti dan mandi.

Dean memasak mie instan untuk makan malamnya dan dumplings, serta menggoreng beberapa ayam.

__

Keesokan nya di kantor.

"Ehm..."
"..."
"Ehmmm...."
"Kenapa njel? Kau sakit tenggorokan? Sana minum obat, cepat."
"Enak saja, dasar kau ini. Ehm..."
"Nah kan, kau pasti sedang sakit tenggorokan.."
"Apa-apaan itu... tidak. Kau... jadi benar, kau akan berkencan dengan alex dean.."
"Hah? Ehh.... dari mana kau tau? Eh, bukan, tidak kok. Kata siapa aku berkencan?" Dengan kesal, dean menatap angela yang duduk di depan meja kerjanya.
"Hahaha.... tentu aku tau, hahaha... pasti seru sekali nanti, kalau kau jadi berkencan dengannya."
"Kenapa kau berpikir begitu? Aku hanya mentraktir nya makan malam saja, untuk ucapan terimakasih. Karna sudah membantu kita untuk pemotretan."
"Hmm... benar begitu?"
"Tentu saja, apa lagi?"
"Huh, tidak seru. Ku pikir kalian akan benar berkencan, alex cukup tampan. Tidak, malah dia sangat tampan sekali hehehe..."
"Kalau kau suka dengan dia, kau bisa berkencan dengannya."
"Eh, tidak bisa dong. Kenapa jadi aku? Harusnya kau dean, biar kau punya kekasih secepatnya."
"...aku masih menunggunya... "
"....Baiklah, lakukan sesukamu. Aku hanya tidak ingin kau semakin sakit dean, kau paham itu, sebastian juga mengkhawatirkan mu. Kau tau kan.."
"......"
"Dean. zhan. Kau .harus. bisa. Melupakannya."
"Angela..."
"Ok,ok, baiklah. Lanjutkan pekerjaan mu, aku kembali." Angela keluar dari ruangan dean tanpa berkata apa-apa lagi.

"Angela... maaf..." kata dean dengan suara yang pelan, melihat angela yang pergi seperti itu.

Hah... berapa lama sekarang? Sepuluh tahun kah? Haruskah aku... dean, terdiam sesaat karna pikirannya yang kacau lagi.

Tak berapa lama kemudian, dean melanjutkan pekerjaan seperti biasanya.

Paruh waktu kerja, dean dan angela masih terdiam.

Dean keluar dari ruangannya,yang akan pulang.

"Angela..."
"...ada apa?" Angela masih menata barangnya ke dalam tas.
"Biarkan aku mengantar mu pulang."
"... de..."
"Ayo, cepat jalan njel.." dean melangkah beberapa langkah menjauh dari meja angela.
"Hah....Baiklah.."
"Angela, kau masih marah? Maafkan aku.."
"Bodoh, bagaimana aku bisa marah terlalu lama dengan mu."
"Hehehe... kau baik njel."
"Kau baru tau aku baik? Kemana saja selama ini dean?"
"Hehehe... tentu saja di dekatmu njel."
"Dasar kau ini...Hahaha... dean, dean."
"Hahaha....baiklah, ayo aku akan mentraktir mu."
"Benar? Aku pilih banyak loh.."
"Tak apa njel, pilih saja sesukanya."
"Okay, bagaimana kalau ajak sebastian juga?"
"Baiklah, telpon dia dimana sekarang."
"Ok." Dengan segera angela mengeluarkan telpon genggam nya dan menelpon sebastian.

Panggilan berlangsung tak lama, sebastian menyetujui segera, dan akan bersiap ke tempat biasanya.

"Ok, sekarang beres. Ayo ke tempat biasanya dean.."
"Ok.."

Berkendara selama lima belas menit, akhirnya dean dan angela sampai di restoran tempat biasanya mereka makan.

Sampai disana, sebastian ternyata sudah sampai disana lebih dulu.

"Dean..." kata sebastian sambil melambaikan tangannya.
"Ya bas.. " dean melambaikan tangan juga.

Dean dan angela berjalan mendekat.

"Eh... alex?" Kata angela.
"Kau disini?" Kata dean.
"Hai.."
"Aku mengajaknya kemari, karna aku tadi bersamanya tadi di kantor,tidak apa kan dean?"
"Ah, tentu saja bas. Kau bisa mengajak nya juga,jadi.. apa kau sudah pesan bas?"
"Belum.. ayo kita pesan sekarang."
"Baiklah.." saat dean akan duduk di sebelah sebastian, angela mendahului nya.
"....?.." dean akhirnya duduk di sebelah alex.

Pelayan menghampiri meja tempat mereka, mereka berempat segera memesan hidangan hotpot dan yang makanan lainnya.

Selama makan, angela dan sebastian saling berebut mengambil makanan, sesekali dean ikutan juga. Alex hanya makan diam-diam sambil melihat mereka ribut.

"Huuuaaa... kenyang sekali..." kata angela sambil mengelur perutnya yang penuh makanan.
"Kau makan banyak sekali seperti biasanya njel, awas nanti beratnya jadi banyak." Kata sebastian.
"Biarin, dean sebastian nih..."
"Kalian ribut kayak anak kecil, aku ke toilet sebentar ya." Kata dean.
"Aku ke akan toilet juga." Kata alex.
"...ok." kata sebastian.

Dean dan alex berjalan bersama menuju ke toilet.

"Bas, kau setuju tidak bila mereka bersama?"
"Dean sama alex maksudmu?"
"Hmm..."
"...bagus juga, biar dean nggak sedih terus. Kita jodohin gimana?"
"Hehehe.... siap."
"Ok..."

.

Happy reading guys.....

110121
Xiè xiè ni

still be with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang