6

29 2 0
                                    

Happy reading!

Jam istirahat satu sekolah dibuat geger akibat penurunan kelas Yolanda. Semua membicarakan tentang kejadian itu sekarang. Dan juga teman kelas Yolanda yang akhirnya tahu bahwa Yolanda tadi di panggil karna akan pindah kelas akibat penurunan kelas gadis itu.

Citra terlihat muak sekali mendengar cibiran dan ocehan orang-orang disekolah nya ini. Seperti yang pintar saja, kenapa mengurusi kehidupan orang lain?

Citra berjalan menuju kelas sebelas yang saat ini Yolanda tempati. Tapi saat sampai disana gadis itu tak terlihat, kemana perginya dia.

Citra bertanya ke beberapa adek kelasnya mereka menjawab bahwa Yola baru saja keluar tidak tahu kemana.

***

Sementara di kantin, yolanda gadis itu masih tampak santai berjalan menyelusuri kantin. Orang-orang disekitarnya menatap penasaran kearahnya.

Gadis itu duduk di kursi kosong sendiri. tak mempedulikan gumaman disekitarnya. Memang tak terdengar jelas tapi terlihat sekali dari tatapan mata mereka bahwa sedang membicarakan dirinya.

Yolanda memakan makanannya dengan tenang.
Tak lama datang pria berpenampilan urakan, tampak tidak beretika, tidak punya sopan santun dan bisa dijamin isi otak nya tidak ada alias bodoh. lelaki ini yang sering kali ia dengar di kalangan wanita mereka menyebutnya badboy atau apalah itu Yolanda tidak tahu banyak dan tak terlalu mengerti tentang bahasa jamet juga.

Pria itu duduk tepat dihadapanya menyodorkan sebotol air ke arah gadis itu. Yolanda hanya menatapnya lalu beralih menetap pria dihadapanya ini, memperhatikan betapa malang dan berantakan nya nasib dan masa depan pria ini.

Memang ia sendiri juga menyadari otaknya pas-pasan. Tapi setidaknya ia mempunyai sopan-santun yang cukup.

Jika ia tidak bisa menjadi orang yang pintar setidaknya ia bisa menjadi orang yang beretika.

Gadis itu heran kenapa kaum wanita sering kali medambakan pria yang terlihat sekali tidak ada masa depannya ini, pria nakal yang tak tau sopan santun nilai etikanya nol, berkelahi sana sini, berlagak kaya raya padahal uang orangtua. Emang pria tidak guna seperti ini sedang trend sekarang?

Orang buruk kok di agung-agungkan. Bener kan? Bad artinya buruk?

"Minum," katanya sok cool.

Yolanda tak meladeninya wanita itu tetap melakukan kegiatan makannya mengabaikan pria di hadapanya ini.

Merasa tak di ladeni dan terhina pria itu membuka mulutnya bertanya. "Lo yang tinggal kelas itukan?"

Yola dengan tenang menjawab "iya."

Pria itu tampak tertawa meremehkan. "Sebodoh apa sih emang?" Katanya agak keras.

Yolanda hanya diam, ia merasa tidak ada urusan dengan pria bergelar badboy ini.

Jengah melihat Yolanda yang tak meladeninya lelaki itu berpindah tempat duduk ke tempat duduk yang ada sederet wanita yang kini tengah mengumpul.

Pria itu duduk tepat disamping gadis yang menggunakan rok yang memang lebih pendek dari rok biasa disekolahnya. Lelaki itu dengan santai berbicara "rok lo bagus, tapi lebih bagus kalau nggak di pake sekalin," katanya.

Wanita yang tampak tak terima di perlakukan seperti itu berbicara cukup kencang, awalnya wanita itu terlihat antusias karna mejanya nya di datangi pria yang katanya most wanted itu. Tapi setelah mendengar ucapan yang di lontarkan pria itu wanita itu merasa di lecehkan. "Maksud lo rok gue gimana?"

"Ya, pake daleman nya doang." sahut pria itu santai.

"Mulut lo kurang ajar ya!" Kata wanita itu terlihat amarah menguasai dirinya.

"Gue kurang ajar? Salah gue apa? Kalau nggak mau di godaain ya berpakain yang sopan, lo pake ginian sama aja mancing buat di godain," katanya sambil sedikit tertawa.

"Gu—" belum sempat wanita itu berbicara Yolanda memotong ucapannya gadis itu berdiri mendekati meja kantin wanita dan pria itu.

"Nggak usah ngelak, lo yang salah," kata Yolanda menghadap wanita itu.

Pria itu terlihat tertawa cukup kencang "lo dengar sendi—" yolanda kembali memotong ucapan mereka kali ini ucapan laki-laki itu.

"Di sini emang gini kan? Mau pake baju sesopan apapun tetap aja di mata mereka kita ini telanjang, laki-laki kaya gini selalu nyalahin cara berpakain kita padahal emang otak mereka aja yang kotor." Yola berbicara sembari menunjuk ke arah laki-laki di hadapannya.

Seluruh penghuni kantin mengangukan kepala mengiyakan ucapan Yolanda terutama kaum wanita.

Laki-laki yang kini tampak malu itu melayangkan tangan ingin memukul Yolanda, tapi tangan itu segera di tangkis oleh gadis itu. Yolanda terkekeh sinis. "Udah cabul, pemukul pula. Nggak ada guna nya hidup lo." kata yolanda mengakhiri pertikain panas ini lalu berlalu meninggalkan kantin.

***

Pulang sekolah Yolanda seperti tidak mau melihat kedua orangtuanya. Ia merasa malu dan juga kecewa pada dirinya sendiri terhadap apa yang ia alami sekarang. Orangtua nya pasti akan malu.

Gadis itu berencana akan menuliskan surat saja, ia akan tidur dirumah Citra ia tak mau menelfon kedua orangtuanya karna masih merasa malu untuk mengelurakan suara dihadapan kedua orangtuanya.

Ia sudah selesai menulis surat di depan pintu miliknya ditemani oleh Citra ia menyelipkan selembar kertas di bawah sela pintunya. Belum sempat surat itu masuk sepenuhnya tiba-tiba pintu terbuka lebar menampilkan kedua orangtuanya yang kini tengah menatap mereka.

"Pada ngapain sih?" Tanya Rianti penasaran ikut berjongkok.

"Ha? Apa i-itu ini surat buat mama," kata Yola cepat dan langsung berlari keluar pagar.

Citra yang belum sadar Yola meninggalkannya seketika canggung tidak tau harus berkata apa kepada ayah dan juga ibunya Yolanda. "Ehm itu t-tan surat nya Yola katanya mau kabur bentar kerumah Citra dia malu ketemu tante sama om,"

"Ha? Surat kabur maksudnya?" Tanya ayah Yolanda penasaran.

"Iya tante, kalau gitu saya permisi dulu tante assalamulaikum." ucap Citra sambil menyalimi Rianti dan Ridwan.

Ridwan dan Rianti menjawab salam Citra sambil mengembuskan nafas. Mereka memang kecewa tapi tidak untuk memarahi anaknya seperti itu, terutama Ridwan. Laki-laki itu berniat memberi anaknya semangat setelah mendengar dari istri nya apa yang terjadi dengan anak gadisnya itu. Tapi mungkin Yola juga butuh waktu sendiri.

Sedangkan di dalam taxi online Yola tampak memandangi jalan dari balik kaca. Ia tidak mau begini terus, ia mau berubah, mau memulai semua dari nol. Dia tak akan mungkin hidup seperti ini terus. Ia harus mempunyai mimpi, tujuan dan semangat hidup yang lebih baik.

"Udah jangan di pikirin terus," Citra yang sedari tadi memandangi Yola yang tampak memiliki banyak pikiran.

Yolanda menoleh. "Lo kenapa ngebolehin gue nginep dirumah lo? kenapa selalu deketin gue? ngangep gue temen padahal selalu gue cuekin?"

"Karna lo bodoh mungkin?" Jawab Citra santai.

"Orang bodoh kok di temenin." sahut Yolanda dengan suara kecil.

Citra tertawa mendengar itu. "Hahaha, kenapa gue mau berteman sama lo?" Citra menjeda ucapan nya meletakan jari telunjuknya ke area kepala, pura-pura berfikir. "Karna kita itu satu visi la, gue udah capek dan nggak mau berteman sama orang yang palsu. Banyak orang yang berteman hanya untuk memenuhi standar kehidupannya aja, berteman dengan banyak orang agar terlihat bahagia di kelilingi banyak orang.

Padahal dari banyak orang itu nggak ada satupun dari mereka yang mengerti tentang dirinya. Gue cuma mau berteman dengan satu orang tapi paling mengerti segalanya tentang gue, gue nggak butuh orang banyak tapi nggak guna di kehidupan gue."

Yolanda terdiam mendengar itu. "Gue nggak sebaik yang lo kira," kata Yola mencoba tidak memberi harapan untuk selalu menjadi teman yang baik.

"Citra tersenyum "diri lo nggak seburuk yang lo kira."

***

Be with me till the end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang