9

26 1 0
                                    

Yolanda sangat senang gadis itu pulang dengan terus tersenyum dan memancarkan aura kebahagian. Ia akan berjuang sampai titik darah penghabisan.

"Assalamualaikum, mamah." katanya mengucapkan salam dengan penuh semangat.

Rianti membukakan pintu "kenapa pake ngetok pintu segala sih. Biasa langsung masuk juga," katanya kesal karna anaknya ini.

"Hehe, pengen ngerasaain rasanya dibukain pintu."

Rianti hanya mengelengkan kepalanya, lalu berlalu menuju kamar mandi karna tengah menyuci baju.

"Mah," Yolanda mengikuti langkah kaki Rianti lalu duduk di lantai sambil melihat Rianti yang tengah memasukan pakain kotor kedalam mesin cuci.

Rianti hanya bergumam. "Hem,"

"Mah, kata pak Anwar tadi aku bisa balik lagi ke kelas dua belas," kaya Yolanda girang.

Rianti yang mendengar itu langsung menghentikan kegiatanya. "Kamu serius?" Tanya Rianti juga ikut tersenyum.

Yolanda mengangguk semangat. "Iya mah, aku harus perbaiki nilai terus ngerubah sifat aku, sebelum try out pertama." katanya lagi.

Rianti mendekati anaknya lalu memeluk Yolanda dengan hati yang bergemuruh ria. "Ya Allah, Kamu harus belajar sunguh-sunguh Yola," Katannya semangat sambil bergumam ucapan syukur beberapa kali.

Yolanda kembali mengangguk. "Aku bener-bener mau belajar kali ini," kata gadis itu penuh keyakinan.

"Papah kamu pasti seneng banget denger ini," kata Rianti yang teringat suaminya itu.

Yolanda semakin tersenyum mendengar ucapan sang ibu.

***

Saat ini ketiga anggota Yolanda tengah berada di meja makan, tadi Rianti dan Yolanda sudah mencertiakan tentang kesempan yang Yola dapatkan disekolah, sang ayah terlihat sangat bahagia putri satu-satunya itu akhirnya bisa memiliki kesemapatan.

Ridwan mengambilkan lauk pauk berserta nasi kedalam piring putrinya. Lalu membuatkan segelas susu agar sang anak semakin pintar katanya.

Ia begitu bersemangat. "La makan yang banyak ya nak, ini papah buatin susu. Ola suka susu strawberry kan?"

Yolanda mengangguk lalu meminum susu itu duluan. "Makasih pah" katanya dengan senyum lebar.

Ridwan mengangguk lalu mencium pelipis putrinya itu berkali-kali. "Sayangnya anak papah. Bentar lagi udah gedek. Cepat sekali kenapa nggak jadi bayi aja terus," Ucap Ridwan sambil terus mencium kepala Yolanda.

Yolanda hanya terkekeh tertawa. "Aku mau jadi pengacara pah," Kata Yolanda tiba-tiba.

Ridwan mengertkan keningnya binggung. "Pengecara?"

"Iya, pengacara." Jawab Yolanda.

Ridwan tersenyum,  baru kali ini ia mendengar impian dan cita-cita putrinya ini. "Emang kenapa mau jadi pengacara?" Tanya Ridwan penasaran.

"Karna nggak ada mtk nya," jawab Yolanda enteng.

Ridwan yang mendengar itu tertawa terbahak-bahak. "Astaga la, emang kamu pikir pengacara nggak ada unsur matematikanya gitu? Pasti ada nak walaupun emang nggak banyak," kata Ridwan mengelus rambut Yolanda.

"Iyakan dikit doang, jadi nggak papa," kata Yolanda lagi.

Ridwan mengangukan kepalanya sambil memperhatikan putri satu-satunya ini. "Jadi pengacara yang jujur ya nak, jadi penegak keadilan yang sejujur-jujurnya. Apapun yang terjadi ingat selalu papah sayang sama kamu."

Be with me till the end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang