5

32 2 0
                                    

Setelah uji tes percobaan try out kemaren pak Anwar akan mengumumkan hasil nya hari ini. Pria berpakain rapih itu memasuki ruangan kelas dua belas ips. Ia memanggil satu-persatu nama muridnya dan memberi tahu saran supaya tidak melalukan kesalahan lagi saat try out atau ujian nasional nanti.

Dan nama terkahir yang di panggil pak Anwar adalah Yolanda, sengaja karna gadis itu melakukan banyak sekali kesalahan dalam kertas uji coba try out nya.

"Yolanda agilia, sini."

Yola maju kedepan. Ia tak merasa aneh karna ia di panggil sama seperti teman-teman nya tadi.

"Kamu ini kelas berapa sebenarnya? Kenapa ini kertas hancur sekali?" Pak anwar menunjukan kertas hasil uji coba milik Yolanda tepat dihadapan wajah gadis itu.

Yola melihat kertas itu dan merasa tidak ada yang salah dengan kertasnya uji coba miliknya.

Pak Anwar menarik nafas panjang. "Yolanda ini kertas kamu sama sekali tidak bisa di scan di komputer. Semua hitaman kolom nya berantakan dan robek,"

setelah bapak periksa kertas kamu ini semua jawabannya salah! Tidak ada satupun jawaban kamu yang benar!"

Yolanda hanya mendudukkan kepalanya, ia tak tau harus berbuat apa.

"Bapak sudah tidak tau harus melakukan apa lagi, kamu kenapa bisa naik ke SMA sih?" Pak Anwar kembali membuka suara bertanya kepada gadis dihadapanya, namun gadis itu seperti enggan menjawab.

"Besok panggil orangtua kamu kesekolah!" Yolanda hanya mengangukan kepalanya lalu duduk kembali ke mejanya. Teman-teman seisi kelas hanya memperhatikan gadis itu sambil mengelengkan kepala.

***

Hari ini Rianti mendatangi sekolah sang anak, Yolanda.
Gadis itu sudah mengatakan dengan jujur tentang kesalahan kertas uji coba try out nya. Ini bukan panggilan pertama kedua atau ketiga melainkan penggilan ke tujuh belas kalinya semenjak gadis itu memasuki sekolah ini.

Rianti bahkan sudah dikenal hampir seluruh guru disekolah sang anak, wanita paruh baya itu hanya pasrah apa yang akan kali ini ia dengar karna kelakuan putrinya.

Mengetuk beberapa kali pintu kantor guru dihadapanya sambil mengucapkan salam, lalu mebukanya. di dalam sudah ada pak Anwar yang menunggu sambil tersenyum di meja miliknya. "Mari bu duduk dulu, saya telfon sebentar kepala sekolahnya," ucap pak Anwar sopan.

Rianti balas tersenyum ramah ia sudah beberapa kali bertemu dengan kepala sekolah karna kelakuan putrinya itu.

Tak lama terdengar suara pintu yang terbuka, pak Anwar serta bu Rianti serempak berdiri tersenyum dan mendudukan kepala sebentar tanda menyapa, sang kepala sekolah juga melakukan hal yang sama.

"Kita ngobrol di sofa guru aja ya bu, pak, agar lebih nyaman." ucap kepala sekolah.

Bu Rianti dan pak anwar menganguk mengiyakan.

"Begini bu, seperti yang kita ketahui ini bukan pertama kalinya kita betermu untuk membahas permasalahan ananda Yolanda agilia. Kalau tidak salah saya sendiri sudah tiga atau empat kali bertemu dengan wali nak Yolanda entah itu ayah Yolanda atau ibu sendiri,"

Rianti mengangukan kepala mengiyakan perkataan bapak kepala sekolah.

"Saya langsung saja ke inti nya ya bu, Saya sangat menyayangkan karna tidak adanya perubahan sikap serta kenanikan angka pada pelajaran ananda Yolanda bu. Bayangkan saja dari tujuh belas mata pelajaran di sekolah ini tidak ada satupun yang tuntas. Bahkan nilai ulangan hariannya saja tidak sampe ke angka empat

Ananda hanya tidur dikelas, tidak mengerjakan pr, tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan apapun dan Yolanda juga tidak mengerti sedikitpun semua materi pelajaran yang guru terangkan.

Be with me till the end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang