13

25 4 0
                                    

Yolanda terlihat masih memikirkan kejadian semalam, Bima pria itu pun terlihat seperti menghindarinya.

Ya memang mereka tidak terlalu akrab namun disekolah mereka sesekali bertemu ntah itu di kantin, koridor atau lapangan. Namun hari ini Yolanda sama sekali tidak melihat pria itu.

Yolanda tetap belajar seperti biasanya, waktu yang ia punya tinggal satu bulan saja. Dan dalam beberapa bulan ini guru mengatakan ada sedikit kemajuan dari dirinya itu.

Yolanda memang bersunguh-sunguh kali ini. Wanita itu menghabiskan setiap harinya dengan belajar. Kadang sampai tidak ingat waktu.

Ia juga tidak pernah membayangkan ia bisa berubah seperti ini, setiap kali melihat wajah ayah atau ibunya Yola akan semakin bersemangat. Kedua orangtuanya itulah alasan dirinya berubah.

Yolanda menghelakan nafas panjang ia ingin menemui Bima, gadis itu sama sekali tidak keberatan dengan apa yang terjadi dengan keluarga pria itu.

Ia sangat ingin berteman dan berhubungan baik dengan Bima, tapi masalahnya pria itu terlihat sekali tidak mau berhungan dengan dirinya.

Selepas pulang sekolah Yolanda sengaja menunggu Bima tepat didepan pintu kelas Bima.

Ia menunggu Bima muncul dihadapannya. Dan ternyata dapat Bima keluar dengan membawa banyak buku di tanganya.

"Bima!" Panggil Yolanda.

Bima buru-buru melangkahkan kakinya menghindari Yolanda. Yolanda tetap saja mengejarnya.

Sampai di danau tempat kemarin Bima membuang-buang uang. Yolanda dengan cepat menghadang Bima dengan melebarkan kedua tangan wanita itu di depan tubuh Bima.

"Bima gue mau ngomong," ucap Yolanda sambil mengatur nafasnya pelan.

Bima hanya memandang Yolanda.

"Kenapa?" ucap Yolanda lagi kepada Bima.

Bima mengerutkan keningnya binggung. "Ha?"

"Kenapa lo ngejahuin gue?" Tanya Yola sambil menatap mata pria itu.

Bima mengalihkan pandangannya lalu kembali ingin berjalan, namun dengan cepat ditahan oleh Yolanda. "Itu bukan lo, bukan lo yang ngelakuin itu. Jangan berfikir menutup kehidupan lo cuma karna kesalahan yang bukan lo perbuat,"

Bima mengeleng. "Saya anak wanita itu." balas Bima cepat.

Yolanda maju satu langkah, lalu mengengam tangan besar pria itu. "Wanita itu wanita itu, lo ya elo!" Yolanda menatap Bima mencoba menyadarkan laki-laki itu.

Di pandanginya Bima dengan seksama, pria ini hidup tidak sesuai keiinginannya, kehidupanya selalu di bayang-bayangi dengan perlakuan keji ibu kandungnya sendiri. Kenapa harus laki-laki didepannya ini yang menangung dosa dan perbuatan ibunya?

Yolanda menatap wajah itu lekat. "Lo orang baik, harus jadi orang baik, oke? Ini kehidupan lo nggak ada sangkut pautnya dengan wanita itu," ucap Yolanda lagi dengan menatap Bima.

Bima memerhatikan Yolanda dengan seksama wanita didepannya ini memberitahu nya, menyadarkannya, mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu semua kesalahan ibunya bukan dirinya.

"Hm?" ucap Yolanda sekali lagi meyakinkan Bima.

Sedangkan Bima kini mengganguk meyakinkan dirinnya sendiri, mencoba mempercayai ucapan Yolanda. Namun tidak bisa perasaan itu masih ada.

Selama ini tidak ada orang yang berkata seperti itu. Bahkan ayah nya sakalipun, ayahnya dan semua orang yang tahu kejadian itu memandangnya seakan ialah pembunuhnya. 

Be with me till the end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang