20

24 3 0
                                    

Jangan mengharapkan keadilan jika kau tidak punya uang, keadilan hanya untuk mereka yang memiliki banyak rekan dan uang yang mengudang.

***

Yolanda hari ini berniat mengunjugi salah satu pengendara yang waktu itu berada di tempat kejadian ia akan mencoba membujuk agar bersedia bersaksi di pengadilan lusa.

Yolanda sudah menghubungi orang itu dan berjanji untuk bertemu di salah satu tempat makan.

Yolanda datang terlebih dahulu, gadis itu tengah duduk gugup di salah satu kursi cafe, ia sangat berharap orang itu mau membantunya.

Tidak lama ada seorang wanita yang berjalan ke arahnya dan dapat Yolanda simpulkan bahwa wanita itulah orangnya.

Yolanda menyapanya dengan senyum lalu menarik satu kursi tepat di depannya dan mempersilahkan wanita sekitaran tigapuluh tahunan itu duduk.

Wanita itupun duduk sambil membalas senyuman Yolanda.

Yolanda menyakan apa wanita itu ingin memesan sesuatu namun wanita itu menggeleng. "Langsung saja mbak," ucapnya to the point.

Yolanda menggangukan kepalanya. "Saya Yolanda mbak, anak dari korban yang ditabrak kemarin, mbak masih ingat kan?" Kata Yolanda memulai percakapan.

Wanita itu terlihat berfikir sebentar lalu kemudian mengangguk. "Oh iya," katanya.

"Jadi ada apa?" Tanya wanita itu kepada Yolanda.

"Begini mbak saya ingin meminta tolong agar mbak mau menjadi saksi di persidangan kasus kecelakan Alm. Ayah dan ibu saya," Ucap Yolanda sopan.

Wanita itu terlihat berfikir lalu menjawab. "Maaf mbak sebelumnya tapi saya tidak mau terlibat apapun dengan kasus orang," Katanya menjawab permintaan Yolanda.

Yolanda langsung mengenggam tangan wanita itu. "Saya minta tolong mbak, tolong bantu saya. Wanita itu tidak mau mengakui kesalahannya. Saya ingin melakukan hal terkahir saya untuk Alm. Ayah dan ibu saya,"

Wanita itu menatap Yolanda lekat sebenarnya ia juga tidak tega kepada gadis di hadapannya ini, tapi ia tidak mau berusan apapun sama polisi. "S-saya tidak bisa mbak maaf," kata nya lalu berdiri berniat pergi.

Tapi Yolanda segera menarik wanita itu dan berlutut di hadapannya. "Saya mohon mbak bantu saya," kata Yolanda sambil menatap wanita itu dari bawah.

Wanita itu segera menarik tanggan Yolanda untuk bangkit. "Bangun mbak," katanya.

Yolanda mengelengkan kepalanya. "Saya nggak akan bangun sebelum mbak bersedia jadi saksi di persidangan nanti."

Wanita tadi menghela nafas panjang. "Ya-yasudah saya bersedia." Ucapnya mengambil keputusan.

Yolanda memeluk kaki wanita itu sambil mengucapkan beberapa kali ucapan terimakasih.

Sementara dari kejahuan ada sesosok yang meperhatikan kegiatan itu tanpa ekspresi apapun ia tak mengerkan badanya sedikitpun, pria itu hanya berdiri melihat dari kejahuan.

Yolanda kembali pulang kerumahnya ingin segera menyiapkan diri dan bukti lainnya untuk persidangan nanti.

Gadis itu kini sedang di dalam taxi online menuju rumah untuk pulang, ia melihat keluar jendela memandang beberapa kendaraan berlalu lalang, namun matanya tak sengaja melihat hakim yang kemarin memimpin persidangan di dalam sebuah cafe.

"I-itu pak hakim kan?" Ucapnya bertanya di dalam hati.

Tapi merasa itu bukanlah urusannya Yolanda mengabaikannya mungkin ketua hakim itu sedang makan siang disana karna terlihat dia seorang diri.

Be with me till the end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang