21

23 3 0
                                    

Seorang pria kini tengah berdiri tepat di depan ruangan khusus hakim yang tadi memimpin jalannya persidangan, pria itu langsung membukakan pintu untuk sang ketua hakim lalu masuk bersamaan.

"Mau apa kamu?" Tanya hakim itu to the point.

Pria itu hanya berdiri sambil menatap hakim itu tajam.

"Saya melakukan pekerjaan saya seperti apa yang saya mau, ini pekerjaan saya jadi jangan terlalu ikut campur,"

"Kau tidak bisa melakukan pekerjaan mu seperti apa yang kau mau, kau seharusnya mengungkapapkan apa yang kau tahu. Kenapa uang bisa merubah standar kejujuran?" Ucap pria itu menatap tajam ketua hakim.

Ketua hakim yang mendengar itu tertawa. "Kau tahu manusia tidak terlalu memerlukaan kejujuran, aku lebih memilih uang dari pada harus miskin kelaparan."

"Kenapa orang seperti mu bisa di panggil yang mulia?" Tanyanya lagi kali ini berjalan mendekati hakim.

"Sudahlah, anak seperti apa kau ini memenjarakan ibu sendiri," Hakim itu mengalihkan topik pembicaraan.

"Lalu manusia seperti apa wanita itu bermain dengan nyawa orang?"

"Kau lebih memilih wanita itu dari pada ibumu?" Ucap hakim dramatis.

"Ini bukan pilihan, ini kenyataan. Percayalah wanita itu akan dengan mudah menghilangkan nyawamu dan keluargamu, sekarang renungkan lah pilihanmu. Kau lebih memilih uang yang pada akhirnya membawa kematian untukmu dan orang terkasihmu." Pria itu langsung berjalan meninggalkan ruangan ketua hakim.

Pria itu berjanji pada dirinya ia akan melakukan apapun untuk menebus dosa wanita itu kepada Yolanda dan adiknya.

***

Yolanda masih saja melamunkan kejadian itu apa karna wanita itu mempunyai kekuasaan tinggi sehinga dengan gampangnya munutupi dosanya selama ini.

Yolanda sungguh prihatin dengan kondisinya sendiri, ia hanya orang biasa yang tidak memiliki kekuasaan dan uang, ia hanya satu dari ribuan orang bodoh didunia ini.

Ia tidak bisa menegakkan keadilan atas pembunuhan dan kematian ayahnya sendiri. Orang seperti apa dia melihat semua kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri tapi tidak bisa melakukan apapun.

Tidak, mulai hari ini ia akan berusaha sendiri menegakkan keadilan untuk kedua orangtuanya, jika orang lain tidak bisa melakukan hal itu maka dirinya sendirilah yang akan melakukan itu.

Yolanda pun sama berjanji pada dirinya sendiri belajar giat dan tekun menjadi pengacara agar bisa mendapatkan keadilan untuk ayah dan ibunya.

***

Hari ini hari pertama Yolanda masuk kembali kesekolah setelah kepergian orangtuanya, Yolanda memasuki gerbang sekolah sedikit ragu.

Tatapan para siswa kini terarah kepadanya mereka menatap iba kepada Yolanda, karna memang pihak sekolah mengumumkan kematian Ridwan dan Rianti dan meminta sumbangan kepada seluruh siswa di sekolah ini seperti biasa.

Yolanda menatap Citra lekat, Citra mengelus sedikit rambut Yolanda. "Nggak papa, oke?" Kata Citra meyakinkan Yolanda.

Yolanda mengangguk ragu, ia mulai memasuki kelasnya dan semua teman kelasnya yang sudah berada didalam kelas terdiam sesaat lalu mereka tersenyum tipis seperti ikut bersedih karna kepergian orangtua gadis itu.

Yolanda membalas senyum itu sekilas, lalu duduk di kursinya.

Bel berbunyi pak Anwar pun memasuki kelas karna ini hari senin jadi ada pembinaan dari wali kelas untuk para murid.

Be with me till the end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang