Part 8

475 55 10
                                    

Somi pulang ke apartemen saat menjelang malam. Ia senang sekali, hari ini ia menghabiskan waktunya bersama sang kekasih yang akhir-akhir ini terlalu sibuk sampai lupa untuk mengabarinya.

Ia menekan pin dan melangkah masuk ke apartemen masih dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

“Kamu dari mana aja? Kenapa baru pulang?”

Senyuman Somi seketika menghilang. Ia terlalu senang, sampai melupakan bahwa ia tidak lagi menjadi seorang gadis yang bisa bebas. Ia sudah memiliki suami, dan sialnya lagi tidak ia sukai.

“Ngampus”

“Ngampus sampai malam gini? Saya liat jadwal kamu cuman sampai siang”

“Gue mau pulang jam berapa pun itu urusan gue, bukan urusan lo!”

“Saya itu suami kamu. Jadi berhenti mengatakan itu bukan urusan saya, kamu itu tanggungjawab saya sekarang”

“Asal lo inget aja, gue nikah sama lo itu terpaksa bukan karena cinta. Dari awal seharusnya lo udah tau itu, jadi tolong jangan usik kehidupan pribadi gue lebih jauh”

“Sampai kapan kamu mau begini terus. Disini bukan cuman kamu saja yang terpaksa, saya juga begitu. Apa dengan kamu bersikap begitu semuanya akan kembali seperti semula? Tidak kan?”

“Udah lah, gue males debat sama lo!” seru Somi melangkah ke kamarnya tanpa mendengar ocehan Haechan.

Haechan menghela nafas lelah, mendudukkan diri di sofa dan mengusap wajahnya gusar. Ia benar-benar harus menekan emosinya kuat-kuat agar tidak sampai berkata atau bersikap kasar pada istrinya.

Ia beranjak dari sofa dan berniat memanggil Somi untuk makan malam. Kebetulan hari ini saat pulang dari kantor ia mampir ke restoran sebelum pulang ke apartemen.

Tapi langkahnya seketika terhenti saat mendengarkan suara tangisan dari dalam kamarnya. Dan sepertinya Somi sedang berbicara dengan seseorang.

“Ma!! Aku mau pulang, aku gak bisa hidup sama dia”

Haechan menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan sikap istrinya yang terlalu kekanak-kanakkan.

“Mama selalu aja ngebela dia, aku itu yang anak mama bukan dia”

“Terserah mama aja”

Sementara di dalam kamar, Somi menghela nafas kesal. Kenapa orangtua selalu berpihak pada orang lain, kenapa orangtuanya tidak pernah memikirkan perasaannya sedikit saja.

Somi beranjak dari kasur, ia berniat keluar kamar untuk mengisi perut sebelum tidur. Ia tidak bisa tidur dengan keadaan perut yang kosong.

Haechan terperanjak kaget, saat tiba-tiba pintu yang ada di depannya terbuka dan menampakkan Somi dengan muka sembabnya

“Ngapain lo berdiri disini? Lo nguping ya?”

“Hah? Nggak, saya gak nguping”

Somi memutar bola matanya malas, “Terus kalo gak nguping, ngapain lo berdiri disitu? Mau jadi patung?”

“Saya tadi mau manggil kamu buat makan malam”

“Alasan. Minggir, gue mau lewat” ucap Somi mendorong pelan bahu Haechan dan melangkah ke arah pintu keluar.

“Kamu mau kemana?” tanya Haechan

Langkah Somi yang hampir mencapai pintu terhenti, ia sedikit melirik ke arah Haechan yang masih menunggu jawaban dari pertanyaannya.

“Mau cari makan” jawab Somi ketus

Haechan berjalan mendeket ke arah Somi,“Nggak perlu, saya sudah membeli makanan. Kamu tinggal makan, ayo kita makan” ajak Haechan menarik tangan Somi

“Gak perlu narik tangan gue segala, gue bisa jalan sendiri” ucap Somi seraya menepis tangan Haechan.

Mereka melangkah menuju ke meja makan dengan Haechan yang mengekor dibelakang dan setelahnya mereka mengambil duduk berhadapan.

“Saya gak tau kamu suka makan apa, jadi saya beliin kamu makanan yang sering saya beli” jelas Haechan saat Somi hanya memandang makanan yang ada di meja

“Gue suka semua makanan, kalo lo bisa dimakan udah gue makan juga!” ketus Somi dan segera mengambil makannya.

Haechan yang mendapatkan respon ketus dari Somi hanya tersenyum simpul menatap Somi yang makan dengan lahap.

“Gue tau gue cantik, tapi gak usah natap gue segitunya” ucap Somi yang sadar sedang ditatap oleh orang didepannya.

“Saya natap kamu bukan karena kamu cantik, tapi saya natap kamu karena kamu makannya kaya orang yang gak makan berhari-hari” jawab Haechan

“Dih bisa aja ya lo alasannya. Bilang aja si gue cantik, gak usah malu gitu” ucap Somi dengan pedenya.

“Percuma cantik kalo gak punya sopan santun, cantik itu nomor sekian buat dijadiin penilaian untuk saya. Yang penting itu sopan santun, cantiknya kamu gak ada gunanya kalo kamu gak punya sopan santun”

“Lo gak usah sok tau deh!! Gue gini cuman sama lo, ini bentuk rasa benci gue sama lo yang dengan mudahnya nerima perjodohan konyol gak jelas yang dibuat orangtua kita. Seharusnya lo mikir cara batalin perjodohan ini!! Tapi apa!! Lo bahkan gak ada usaha sama sekali buat batalin” ucap Somi emosi lalu meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan makanannya.

Haechan yang baru sadar atas ucapannya yang sedikit keterlaluan merutuki dirinya sendiri yang sudah kelepasan berbicara, salahkan sikap Somi yang memancing emosi Haechan.

Ia mengusak rambutnya kasar seraya menghela nafas gusar “Haechan bodoh! Harusnya lo gak ngomong gitu, lo tau Somi orangnya gimana tapi masih aja diladenin” monolog Haechan pada dirinya sendiri.

Lain halnya dengan Somi yang berada di kamar, gadis itu sedang berteleponan dengan seseorang sembari menangis.

“Please lah! jemput gue didepan apartemen, gue mau nginap di rumah lo. Gue gak bisa disini, dan ngeliat muka tuh om-om”

“Ayo lah Yeon. Malam ini aja, gue butuh nenangin diri gue” mohon Somi

“Oke! Gue tunggu didepan ya, jangan lama”

Somi segera bersiap-siap dan keluar dari kamar tanpa menghiraukan Haechan yang menatapnya dari meja makan.

“Kamu mau kemana malam-malam gini?” tanya Haechan saat melihat Somi melangkah ke arah pintu keluar

“Bukan urusan lo!” jawab Somi dan segera membuka pintu.

“Saya belum ngizinin kamu pergi Somi!” tegas Haechan

“Gue gak minta izin lo buat pergi dari sini. Urus aja diri lo sendiri, gak usah ngurusin hidup gue” ucap Somi dan melangkah keluar

Haechan mengepalkan tangannya menahan emosi, lalu setelahnya segera keluar menyusul Somi.

Ia mempercepat langkahnya saat melihat Somi yang sudah hampir mencapai depan lift.

“Somi” ucap Haechan setelah berhasil meraih pergelangan tangannya.

Somi yang merasa kesal segera menepis tangan Haechan “Lepasin tangan gue!”

“Nggak akan saya lepas sebelum kamu balik ke apartemen sekarang, kamu gak bisa bersikap seenaknya kaya gini. Kamu mau pergi harus dengan izin saya” ucap Haechan menarik Somi ke arah apartemen mereka

“Gue bilang lepasin gue!!” berontak Somi dengan menahan dirinya.

Namun tenaga Haechan cukup kuat untuk menarik Somi tanpa menghiraukan berontakan dari gadis itu.

“Saya diem bukan berarti kamu bisa ngelunjak sama saya” ucap Haechan menarik Somi masuk ke dalam apartemen.

..._________________...


Aku minta maaf karena baru bisa update sekarang, padahal janjinya minggu kemarin. Bukan niat mau php, tapi ini hp aku eror dan gak bisa buka apk apapun kalo dibuka layarnya hitam dan gak bisa di apa²in jadi harus nunggu batrainya habis dulu baru nyalain ulang. Sekali lagi aku minta maaf buat yang udah nunggu ceritanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forced Marriage (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang