Part 1

614 51 0
                                    

Somi Mikayla Putri tidak pernah menyangka bahwa kini saat umurnya masih menginjak 20 tahun dirinya akan segera sah menyandang gelar sebagai seorang istri.

Nikah muda yang tidak pernah terbayangkan olehnya sama sekali, harus terjadi hanya karena sebuah perjodohan konyol orangtuanya.

Semua ini berawal dari orangtuanya yang mengetahui bahwa dirinya memiliki kekasih dan takut anaknya akan melakukan hal yang tidak di inginkan dan bisa menyebabkan nama baik keluarga rusak.

Tidak ada satu orangtua pun di dunia ini yang mau anaknya terjerumus ke dalam hal yang tidak baik, begitu pun orangtua Somi. Mereka menjodohkan anaknya bukan tanpa alasan yang jelas, melainkan karena mereka tau bahwa kekasih dari anaknya bukan orang baik dan membawa pengaruh buruk untuk anaknya. Maka sebelum hal lebih buruk terjadi, mereka menjauh kan anaknya bersama kekasihnya dengan menjodohkannya dengan orang yang lebih baik.

“Ayah sudah menjodohkan mu dengan anak teman ayah” Somi terlonjak kaget mendengar pernyataan ayahnya.

“Kok main jodoh-jodohin si yah. Terus kuliah ku gimana?”

“Kamu kira ayah tidak tau bahwa kamu tidak serius kuliah, kamu menjadikan kuliah sebagai alasan untuk bertemu pacarmu”

Somi terdiam, jadi selama ini ayahnya tau bahwa dia sudah memiliki kekasih. Dan karena itu ayahnya akan menjodohkannya dengan orang yang bahkan dirinya tak tau bagaimana rupanya, bahkan namanya pun dia tak tau.

“Besok malam keluarga teman ayah dan anaknya akan datang ke rumah” ucap ayahnya dengan wajah serius

“Ngapain yah?”

“Untuk membahas tanggal pernikahanmu dan anaknya”

“Aku kan belum setuju buat di jodohin yah”

“Ayah tidak perlu persetujuan dari siapa pun untuk menikahkan anak ayah sendiri” ujar ayah tegas

“Ayah jahat!!!”

“Kamu hanya belum mengerti, ayah melakukan ini demi kebaikan kamu nak”

“Kebaikan apa yah? Ayah gak pernah mikirin kebahagiaan aku” jawab Somi dengan air mata yang mulai membasahi pipinya

“Ayah melakukan perjodohan ini karena ayah ingin mempererat kerja sama perusahan kan? jangan pernah mengatakan ini demi kebaikan aku yah, aku tau semuanya” lanjutnya

“Somi jaga ucapan kamu, ayah tidak pernah melibatkan keluarga dalam masalah perusahan” jawab ayah menahan emosinya agar tidak berkata kasar.

“Lalu apa yah? Ini namanya apa kalo bukan melibatkan” tantang Somi menatap tajam ayahnya

“Sudah ayah bilang, ini demi kebaikan kamu. Ayah hanya tidak mau anak gadis ayah satu-satunya terjerumus kedalam hal yang akan merusak masa depannya” ucap ayahnya lembut sembari mendekat ke arah Somi untuk mengelus rambutnya.

Somi menepis pelan tangan ayahnya yang mengelus rambutnya. Dengan muka yang sudah sembab karena menangis, dia mendongak menatap ayahnya yang berdiri di depannya.

“Aku gak mau dijodohin yah, aku mohon” ucapnya sembari menyatukan tangannya.

“Percaya sama ayahmu sayang, pilihan orangtua itu adalah yang terbaik untuk anaknya” dari arah pintu ibunya menjawab masih dengan menenteng jas dokternya.

“Tapi aku gak mau dijodohin ma”

“Kenapa? apa alasan kamu tidak mau dijodohkan?”

“Aku punya pilihanku sendiri ma, aku tau yang terbaik buat aku. Dan aku punya hak nentuin masa depanku”

“Dengan berpacaran dengan laki-laki yang hanya membawa dampak buruk buat kamu, itu yang kamu maksud dengan bisa menentukan yang terbaik buat kamu?”

“Ayah dan mama sama aja, gak ada yang bisa ngertiin perasaan aku. Pokoknya aku gak mau dijodohin” katanya lalu berlari ke kamarnya.

Brakk

Somi membanting pintu kamarnya dengan keras lalu menguncinya. Dia harap dengan cara mengurung diri di kamar orangtuanya akan berubah pikiran.

Dia tidak mau dijodohkan dengan orang yang tidak dia cinta, dan lagi dia sudah berpacaran dengan Guanlin selama 2 tahun. Mana mungkin dia memutuskannya begitu saja dengan alasan bahwa dia dijodohkan, dia terlalu mencintai kekasihnya.

Sudah dari semalam Somi tidak keluar dari kamarnya, dia bahkan tidak makan sama sekali. Hal itu membuat sang ibu khawatir, namun ayahnya hanya bersikap biasa saja.

“Yah gak bahaya emang Somi di kamar terus?” tanya mama

“Gak akan ma, tenang aja. Nanti juga kalo laper dia keluar” jawab Jungkook santai sambil memakan rotinya.

Somi itu tipe orang yang gak tahan kalau kelaparan. Jadi kakak-kakaknya yakin kalo dia pasti akan keluar nanti siang untuk makan.

“Benar kata Jungkook ma, Somi gak tahan kalo laper. Jadi mama tenang aja” jawab Wonwoo sang kakak pertama.

“Kalau dia pingsan di kamarnya gimana? Dari semalam dia belum makan loh” ujar mama.

“Tenang ma, dia gak akan pingsan. Punya stok cemilan dia di kamarnya” jawab Wonwoo

“Tapi mama khawatir” cemas mama

“Biarin, dia sudah besar. Sudah saatnya untuk dia bersikap lebih dewasa” ucap ayah tenang tanpa mengalihkan tatapannya dari koran yang sadang dibaca.

Jam menunjukkan pukul duabelas siang. Somi bangun dari tidurnya, dan menatap pintu kamar. Menimang-nimang apakah dia harus keluar atau tidak, tapi perutnya sangat lapar dan semua stok cemilannya sudah habis dia makan semalam. Dengan berat hati, dia akhirnya keluar.

“Akhirnya yang ngambek keluar juga” sindir Wonwoo

“Pasti laper tuh makanya keluar” ujar Jungkook

“Bacot!!”

Somi tidak memperdulikan omongan kakak-kakaknya dan berlalu begitu saja menuju dapur. Perutnya lebih penting dari pada rasa gengsinya, gengsi mah bisa nanti urusan perut lebih utama.

..._________________...

Tunggu part selanjutnya ya!

Maafkan kalo ceritanya kurang seru dan membosankan, soalnya aku masih belajar

Jangan lupa vote dan commentnya teman-teman

Forced Marriage (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang