Part 7

390 46 24
                                    

Suara dering handphone yang menggema di seluruh ruangan itu mengganggu tidur Somi yang masih terlelap. Ia masih mengantuk dan ingin tidur, tapi semakin lama suara dering handphone semakin mengganggu tidurnya. Akhirnya ia dengan terpaksa membuka matanya yang masih terasa berat. Meraba nakas dan mengambil handphone yang masih terus berdering.

Ia melihat handphone yang ada di tangannya, itu bukan handphonenya dan nama yang tertera di layar panggilan itu juga asing untuknya. Lalu ini handphone milik siapa? Karena terlalu lama berfikir, dering handphone itu akhirnya berhenti.

“Kamu udah bangun?” tanya Haechan tiba-tiba

Haechan baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dipinggangnya, tangannya sibuk menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

“Iya. Gara-gara bunyi handphone lo yang ganggu!” kesal Somi tanpa mengalihkan tatapannya ke arah Haechan

“Maaf”

Somi menoleh dan terkejut mendapati Haechan yang bertenjang dada. Ia tertegun dan kemudian segera bangkit dari atas ranjang.

“Ah udah lah, ngeliat lo pagi-pagi begini bikin mood gue hancur tau!” seru Somi lalu melangkah melewati Haechan dan masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian Somi keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang menutupi dada sampai pahanya.

“Akkhhh” teriak Somi menggema. Iris mata kecoklatan miliknya menatap tajam Haechan. Ia pikir suaminya itu sudah keluar dari kamar.

Haechan yang duduk di tepi ranjang dan tengah sibuk dengan handphone terlonjak kaget. Ia bahkan hampir saja melepas benda pipih yang dipegangnya karena kaget mendengar teriakkan Somi yang memekakan telinga.

“Kamu kenapa?” panik Haechan setelah sadar dari keterkejutannya.

“Lo yang kenapa?! Kenapa masih ada disini?!!” wajah Somi memerah, antara marah dan menahan malu.

Tiba-tiba Somi merasa gugup karena Haechan masih memandangnya, dan lagi ia hanya memakai handuk. Tangan Somi dengan cepat mencengkeram lilitan handuk didadanya, ia takut jika handuk itu lepas dan merosot secara tiba-tiba.

“Saya nungguin kamu, mau pamit berangkat ke kantor”

“Barangkat mah berangkat aja, ngapain pamit-pamit segala ke gue”

“Saya takutnya kamu nyariin”

“Dih PD banget bakalan dicariin, ngapain gue repot-repot nyari lo. Emang lo siapa harus gue cariin?”

“Saya suami kamu kalo kamu lupa”

Uhuyy Haechan kalem ya disini

“Dan kalo lo lupa juga, biar gue ingetin. Gue terpaksa nikah sama lo” sinis Somi

“Kamu seh-”

“Udah deh, gak usah mau ceramahin gue pagi-pagi. Mending lo keluar, gue mau ganti baju” usir Somi memotong omongan Haechan.

Haechan melangkah keluar dari kamar dengan tas dan pakai rapi khas orang kantoran. Jika terus meladeni Somi pagi ini sepertinya akan membuang waktu, lebih baik ia langsung pergi.

Forced Marriage (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang