Part 4

342 51 8
                                    

Somi menggigit bibir bawahnya. Setelah semalaman menangis, akhirnya ia pasrah. Somi menatap pantulan dirinya di cermin, wajahnya yang sembab dan lesu kini telah tertutup riasan dengan sempurna.

Rambutnya telah dihias dengan berbagai hiasan khas pernikahan. Wajahnya sungguh berubah, ia bahkan tidak menyangka bahwa pantulan di cermin itu adalah dirinya.

Orangtua dan saudara-saudara Somi menyempatkan diri menyapa dan memberinya wejangan di kamar pengantin itu. Wajah keluarganya tampak bahagia atas pernikahannya, ia adalah anak gadis satu-satunya dalam keluarga. Karena itu keluarganya sangat bahagia pada peristiwa besar ini.

Wonwoo sang kakak pertama berjalan menghampirinya setelah sebelumnya menunggu anggota keluarga yang lain keluar.

“Adek abang yang kecil ternyata sudah dewasa, sebentar lagi akan menjadi seorang istri” ucapnya tersenyum menatap wajah adiknya.

Somi yang mendengar perkataan kakaknya hanya diam, menunggu apa lagi yang akan dikatakan oleh kakaknya.

“Abang cuman mau kasih tau, sekarang kamu bukan anak kecil lagi. Kamu sekarang akan menjadi seorang istri. Taati perintah suami, karena saat seorang perempuan menikah surganya tidak lagi di telapak kaki ibu melainkan di telapak kaki suaminya. Abang bilang gini bukan berarti kamu gak akan taat sama mama lagi tapi kamu juga harus taat sama suami kamu” nasihat Wonwoo pada adiknya.

“Abang..” Somi bergumam dengan mata berkaca-kaca.

“Sttt. Udah jangan nangis, nanti make up kamu luntur. Abang tau kalau kata-kata abang tadi itu bijak tapi kamu gak usah terharu gitu, kamu jelek kalau nangis”

“Gue bukan terharu karena kata-kata lo bang, tapi gue sedih karena seharusnya lo dulu yang nikah baru gue. Lo udah tua bang”

“Kamu ya! Abang udah punya cewek dan sebentar lagi abang juga akan nikah kaya kamu” Wonwoo tersenyum lebar membayangkan hari pernikahannya nanti.

Somi melihat bagaimana bahagianya Wonwoo saat membayangkan pernikahannya. Baru di bayangkan saja sudah sebahagia itu, bagaimana jika sudah terlaksana. Sedang dia, membayangkannya saja rasanya tidak mau, dan sebentar lagi hal yang tidak dia inginkan itu akan benar-benar terjadi.

Orang lain mungkin akan bahagia di hari pernikahannya, Somi pun mungkin akan begitu jika saja pernikahan yang akan dia jalaninya nanti bukanlah hasil dari sebuah perjodohan.

Hari ini tepatnya pukul sembilan pagi, akan di gelar acara akad nikah dan setelahnya dilanjutkan dengan resepsi pernikahan Haechan dan Somi.

“Bang, ayo ajak adeknya keluar. Bentar lagi acara akadnya akan di mulai” perintah Wendy dari arah luar pintu.

“Iya ma”

Rasanya Somi tidak ingin beranjak dari duduknya, dia tidak ingin nenikah dengan lelaki yang tidak dia cintai.

“Ayo dek” Wonwoo mengulurkan tangannya pada Somi sebagai isyarat untuk di gandeng.

Setelah kedua keluarga mempelai berkumpul dan lengkap, ijab qobul pun dimulai.

“Bismillah, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Somi Mikayla Putri binti Chanyeol Raynan Artawijaya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar 100 juta rupiah di bayar tunai”

“Saya terima nikah dan kawinnya, Somi Mikayla Putri binti Chanyeol Raynan Artawijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai” ucap Haechan dengan lantang dan cepat.

“Bagaimana saksi, sah?” ucap penghulu menatap para saksi.

“Sah” jawab beberapa tamu undangan yang datang sebagai saksi.

Forced Marriage (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang