Part 6

316 44 3
                                    

Sesuai yang dikatakan Somi pagi tadi, siang ini Haechan dan Somi akan pindah ke apartemen yang sudah di siapkan oleh orangtua mereka. Somi berpamitan dengan kedua orangtuanya, sedangkan Haechan mengangkut beberapa barang-barang Somi ke dalam mobil.

“Mama” rengek Somi sambil memeluk erat tubuh mamanya.

“Nanti gak akan ada lagi yang bakalan marahin aku kalo telat bangun”

“Makanya kamu harus biasain bangun pagi mulai sekarang” kata Wendy dengan tersenyum

“Inget, kamu gak boleh manja lagi. Kamu sekarang sudah menjadi istri, jadi gak boleh manja lagi. Harus rajin, kamu sekarang punya tanggung jawab untuk mengurus suami kamu. Dan satu lagi, taati perintah suamimu” kata Chanyeol mengusap lembut rambut putri semata wayangnya.

“Rumah bakalan sepi tanpa lo nak setan, tapi gak apa-apa. Demi sebuah keponakan yang lucu, gue ikhlas” ucap Jungkook menepuk pelan pundak adiknya.

Somi menatap Jungkook kesal dengan wajah sembabnya, lalu setelahnya menendang tulang kering Jungkook dengan kencang.

“LAH KOK NGAMOK?!!” seru Jungkook meringis sakit.

“Sumpah, lo ngeselin banget sih bang. Di antara semua makhluk bumi kenapa harus lo coba yang jadi abang gue!” serunya terisak lalu menghambur kepelukan kakaknya.

“Karena di antara semua makhluk bumi, cuman gue dan bang Wonwoo yang betah jadi abang loh. Jadi gak usah protes, bersyukur kek punya abang ganteng kaya gue”

“Heh! Sekarang giliran gue. Udahan pelukannya” protes Wonwoo

“Bang. Gue sebenarnya gak mau bilang gini, tapi jujur lebih baik kan? Gue sedih bakalan pisah sama abang, gak akan ada lagi yang sering ngasih gue uang jajan banyak dan belanjain gue”

Wonwoo menjitak pelan dahi Somi, namun kemudian menarik adiknya ke dalam pelukannya.

“Lo itu adek gue yang paling manja dan suka morotin uang gue. Tapi gimanapun sifat lo, gue sayang banget sama lo. Gue pasti bakalan kangen, baik-baik sama Haechan, jangan porotin dia”

Setelah berpamitan keduanya memasuki mobil lalu pergi meninggalkan rumah Somi. Di sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, Somi memilih memandang pohon di samping jalan dan Haechan yang fokus pada jalanan.

“Kita mampir ke restoran dulu ya”

Somi yang tadi sibuk memandang pepohonan segera berbalik menatap orang di sampingnya yang sedang fokus menyetir dengan pandangan bingung.

Haechan yang mengerti tatapan bingung Somi pun akhirnya menjelaskan maksud omongannya.

“Kita makan siang”

“Ini udah sore, bukan siang lagi. Selain jelek lo juga bodoh ya?”

“Iya saya tau. Tapi tadi kita gak sempat makan siang, kamu memangnya gak lapar?” jawab Haechan tanpa tersinggung terhadap perkataan istrinya.

"Gue gak laper" jawab Somi datar.

Tapi memang pada dasarnya mulut tidak bisa membohongi perut, tiba-tiba perutnya berbunyi sesaat setelah ia dengan percaya dirinya berkata bahwa ia tidak lapar.

Haechan yang mendengar suara perut istrinya hanya tersenyum tipis dan setelahnya membelokkan setir mobilnya masuk menuju parkiran restoran.

“Ayo turun”

“Udah gue bilang gue gak laper!!” ucap Somi kesal

“Tapi perut kamu laper” jawab Haechan cuek

Somi masih kekeh tidak mau turun, ia duduk dengan tangan bersedekap di dada dan wajah kesal yang mendominasi.

“Apa salahnya si kamu turun dan makan, jangan suka nyiksa diri. Kalo kamu sakit, yang ngerasain sakitnya kamu. Mending bisa di bagi” ucap Haechan, ia harus ekstra sabar menghadapi Somi yang masih kekanak-kanakkan.

Namun, Somi akhirnya menurut juga. Setelah makan yang penuh drama karena Somi yang awalnya menolak dan mengatakan tidak mau malah meminta makanan yang tidak ada di menu, mereka sampai di apartemen baru mereka.

Somi begitu kagum melihat apartemen yang elegan dengan gaya modern itu. Tidak besar, tapi suasananya begitu nyaman. Ia bisa melihat pemandangan kota yang indah, benar-benar apartemen impian. Pilihan orangtua mereka tidak bisa diragukan ternyata.

“Apartemen sebagus ini, cuman punya satu kamar doang?!” seru Somi kaget, firasatnya semalam benar saat Haechan mengatakan bahwa orangtua mereka sudah menyiapkan apartemen.

Ia memicingkan matanya menatap Haechan yang hanya diam saja.

“Lo kan yang ngasih ide kaya gitu sama orangtua kita?!” tuduh Somi

“Enggak. Saya gak tau”

“Jangan bohong lo. Pokoknya gue gak mau satu kamar sama lo”

“Saya gak bohong”

“Terserah! Lo tidur di sofa, dan gue di ranjang. Gak terima protesan”

Somi berlalu masuk ke kamar, di ikuti oleh Haechan yang berada dibelakangnya. Ia mengemasi bajunya lalu menggantungnya rapi di lemari pakaian. Sedangkan Haechan duduk di sofa dan mengamati setiap pergerakan istrinya.

“Ngapain lo enakkan duduk? Mandi sana” ucap Somi tanpa memalingkan wajahnya.

“Iya”

Haechan beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju koper yang sedang dibereskan Somi dan mengambil baju serta peralatan mandinya, setelah itu ia memasuki kamar mandi.

“Nurut banget, enak nih dibabuin” gumam Somi.

Haechan melihat Somi yang sudah duduk di ranjang dengan handphone yang ada ditangannya. Somi memalingkan tatapannya dari handphone dan melihat Haechan dengan tatapan heran. Ia yang mendapat tatap begitu dari istrinya pun merasa bingung.

“Kenapa?” tanya Haechan

Somi kembali memalingkan wajahnya ke arah handphone genggamnya.

“Waktu mandi lo cepat banget, pasti asal-asalan mandinya” ucap Somi

Haechan mendekatkan badannya kearah Somi. “Kamu bisa cek, udah bersih dan wangi belum?”

Somi mengangkat wajahnya dan mendapati Haechan yang berdiri di hadapannya. Ia terkejut dan kemudian segera mendorong Haechan dari hadapannya.

“Apaan si lo! Jauh-jauh dari gue” ucap Somi dan berdiri dari duduknya.

Ia segera masuk ke kamar mandi tanpa memperdulikan Haechan yang masih terkejut atas perlakuannya.

“INGET. LO TIDURNYA DI SOFA, JANGAN DI RANJANG!!” teriak Somi dari dalam kamar mandi.

“Iya” jawabnya pelan.

Somi keluar dari kamar mandi, saat sudah merasa cukup untuk membersihkan diri. Matanya menoleh ke arah sofa, di sana Haechan sudah tertidur meringkuk tanpa selimut dan bantal.

Ada perasaan tak enak karena melihat orang yang berstatus suaminya itu tertidur di sofa yang sempit bahkan tanpa bantal dan selimut. Tapi dengan cepat ia mengenyahkan pikirannya itu.

“Ah bukan urusan gue juga, kenapa gue harus perduli” ucap Somi cuek dan berlalu menuju lemari.

Setelah memakai piyama dan menyisir rambut. Ia membaringkan tubuhnya dan menarik selimut menutupi sebagian tubuh, sepuluh menit kemudian akhirnya ia terlelap dalam tidurnya.


..._________________...


APENI APENIH!!!
Benar-benar memalukan, aku benar-benar malu.

Aku ngetik apa itu?! Pas aku baca ulang malu banget. Maaf kalo ceritanya ngebosenin.

Jangan lupa tinggalin jejak, komen juga ya!!

Forced Marriage (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang