Part 3

401 112 129
                                    

Shaga.

"Ngapain lo bukain pintu hah?!" ucap Brama saat gue membuka pintu apart gue ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain lo bukain pintu hah?!" ucap Brama saat gue membuka pintu apart gue ini. Cowok itu tampak melihat ke arah gue dengan wajahnya yang kesal bukan main.

"Ya udah gue tutup lagi." Jawab gue pelan namun tersirat perasaan yang campur aduk ini, lalu saat gue hampir menutup pintu lagi Brama akan berteriak,

"Et-et-et! Sabar atuh Ga sabar...."

Gue diam. Gue benar-benar diam dengan pandangan gue yang menatap Brama kaget.

Ini... dejavu. Ini... yang ada di mimpi gue kemarin.

Dan sekarang, gue tidak kaget. Gue tidak kaget melihat Brama yang menarik lengan si cewek bernama Syahla itu untuk masuk ke dalam, ke apart gue dengan melewati tubuh gue yang masih tercengang.

"Lo..."

Karena gue sudah tahu arah pembicaraan yang akan Brama utarakan itu apa, jadinya gue sekarang sedang sibuk ke pantry dan membuat kopi untuk diri gue.

"Lo serius ya jing.... Gak ada hati lo," ucapnya di belakang sana.

"Lo kalau mau nolak tuh kasih aba-aba... ini lagi keadaan hectic gitu lo... nolak si Syahla?" lanjutnya saat gue sekarang sudah duduk di sebelah dia... dan Syahla.

Gue menatap ke arah Syahla yang bermata bengkak itu. Dia juga menatap gue, dengan pandangannya yang sedih bukan main.

"Nyebat lo pagi gini?"

"Nyebat lo pagi gini?"

Ucapan gue, dan Brama dalam kalimat pertanyaan yang sama –juga dalam waktu yang sama. Padahal gue nebak. Gue hanya menebak dari yang gue ingat kemarin di mimpi.

Sekarang, gue dan Brama saling menatap dengan kaget.

            Kaget kan lo? Apalagi gue jing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaget kan lo? Apalagi gue jing...

Gue sekarang menyalakan rokok gue di pagi ini, menghembuskannya ke udara sampai-sampai membuat ruang tengah apart gue ini jadi bau rokok.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang