Part 6

323 106 109
                                    

Revina.

"Hai, boleh masuk gak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, boleh masuk gak?"

Gue memiringkan dulu kepala gue ke samping sembari mengernyit, menatap cewek jangkung dengan mata yang menatap gue tersenyum. "Siapa lo?" tanya gue aneh.

"Lo gak inget gue?"

Siapa?

Gue menatap sekali lagi cewek yang sekarang menyilangkan tangannya di depan dada, ia juga sama-sama menatap gue.

"Syahla, gue Syahla, yang kemarin ke sini bareng Brama."

            Jawaban itu membuat gue tidak mengerutkan lagi kening tanda bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jawaban itu membuat gue tidak mengerutkan lagi kening tanda bingung. Karena sekarang gue baru inget. "Oh, elo ternyata," tiba-tiba gue mengeluarkan suara yang bukan maunya gue, ya seperti biasanya gue.

Tapi bentar... gue kok gak bisa lihat bayangan Syahla ini padahal waktu itu bisa ya?

"Boleh masuk gak?"

"Mau apa?"

"Aganya ada?"

"Gak ada," jawab gue langsung.

"Loh, tadi padahal dia minta gue buat ke sini deh?" Syahla-Syahla itu sekarang membawa sebuah ponsel ke telinganya, seolah sedang menelefon seseorang membuat gue meneliti dia yang sedang berbincang entah dengan siapa di sana.

"Aganya lagi bimbingan ya?" lanjutnya lagi.

Gue masih mencoba untuk berfikir dengan jernih karena sekarang gue gak bisa mendapat bayangan apa-apa tentang Syahla ini sampai dimana gue inget sesuatu.

Gue menjulurkan tangan gue ke arahnya, memandang Syahla dengan tersenyum kecil. "Kenalan mau gak?" tanya gue membuat Syahla mengernyit aneh.

"Harus jabat tangan banget?"

Harus. Wajib. Supaya gue bisa lihat bayangan lo Syahla.

"Iya."

Syahla sepertinya bukan orang yang suka bertele-tele, dia langsung menyambut tangan gue dengan tangannya yang dingin dan kurus.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang