Part 1

676 117 103
                                    

Shaga.

Shaga Putra Dinaksha, nama lengkap dari seseorang yang sekarang menggeram kesal karena mendengar suara nyaring dari ponsel yang ia simpan di nakas sebelah tempat tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shaga Putra Dinaksha, nama lengkap dari seseorang yang sekarang menggeram kesal karena mendengar suara nyaring dari ponsel yang ia simpan di nakas sebelah tempat tidurnya.

Aga, panggilan semua orang untuk sosok Shaga Putra Dinaksha sebagai makhluk yang dingin dan galak, katanya sih –gak tahu juga bener apa enggak.

Gue, iya... Shaga dan Aga –adalah nama gue yang sekarang menarik selimut sampai ke atas kepala untuk sekedar menutup seluruh tubuh dan berharap bahwa suara nyaring itu tidak terdengar lagi di telinga gue.

Ini jam berapa sih? Kacau banget yang nelefon.

Ini Minggu loh? Bukan hari Senin atau hari weekdays lainnya?

Lama sekali gue tidak memperdulikan suara nyaring telefon itu saat gue lagi-lagi menggulingkan badan gue ke kanan dan kiri untuk mencari posisi nyaman tidur supaya suara telefon itu tidak terdengar.

Anjing.

Gue kutuk semoga perjaka seumur hidup nih orang.

"Halo?"

Akhirnya gue kalah dengan suara telefon itu setelah gue memutuskan untuk meraba-raba nakas dan membawa ponsel gue ke bawah selimut... dan tebak? Ternyata sudah ada 20 notif missed call dari nomor yang sama.

"Anjing lo bener-bener?!" hardik seseorang di sebrang sana.

Gue diam dan membiarkan ponsel gue ini di load speaker karena gue tahu kalimat apa yang selanjutnya akan gue dengar.

"Lo yang bener dong Ga! Anjing sumpah lo ya malu-maluin gue bangsat!"

Kan... telinga gue aman sekarang. Gak kaget karena denger suara nyaring gitu di pagi buta begini.

Gue masih diam membiarkan suara di sebrang sana sedang nyerocos, lalu membalikkan arah tubuh gue ke arah berlawanan dari ponsel yang gue simpan tepat di bantal –posisinya sekarang ponsel gue ada di belakang kepala.

"Denger gak lo jing?!"

"Denger," balas gue pelan, padahal gue gak denger satu kata pun yang keluar dari suara Brama.

"Dimana lo?!"

Adalah sebuah pertanyaan yang sekarang nadanya gak nyaring-nyaring banget tapi tetep nyaring dari seorang makhluk bernama Brama. Nama yang keren untuk orang yang cukup berisik seperti dia.

"Apart," jawab gue pelan dengan suara yang masih serak.

"Yang bener dong lo?!" pekiknya kesal dari sebrang telefon sana.

Anjing nih orang emang bener-bener harus di doain supaya perjaka seumur idup.

Gue yang tidak peduli dengan suara Brama ini masih menutup mata gue yang enggan untuk terbuka. Gila.... Gue masih butuh tidur nyet.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang