Part 9

573 120 144
                                    

Revina.

Revina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ga..."

Satu kata yang keluar itu adalah ucapan yang keluar dengan tidak sengaja. Gue pikir... kali ini gue masih ada di alam berwarna putih dan entah itu apa.

Gue menggerakan kepala gue ini sangat pelan dan perlahan untuk bisa melihat wajah Shaga yang kaget. Cowok itu terdiam dengan pandangan takut luar biasa.

"Halo? Aga?!" entah itu suara berasal dari mana. Yang jelas saat ini gue dan Shaga hanya diam di tempat masing-masing dengan pandangan yang saling tertuju satu sama lain.

Perlahan. Shaga berjalan mendekat kembali. Mengikis jaraknya lagi dengan raut wajah yang masih seperti tadi. Ia tampak berjongkok untuk mengambil sesuatu dan yang gue tahu saat ini dia menyimpan benda itu di nakas sebelah gue berbaring ini.

Gue... ada dimana?

"Lo—" dia kini menatap gue dengan kedua matanya yang membulat, terdapat kilatan yang membuat gue menyadari kalau ini memang Shaga. Pandangannya tidak pernah berubah ketika dia menatap gue. Selalu tajam.

Gue mencoba untuk mengangkat tangan gue yang berat ini. Berat...banget, gak ketahan sampe-sampe membuat gue keringetan.

"Lo... keringetan?" tanya Shaga yang membuat gue menatapnya kembali.

Ingin sekali rasanya untuk menggapai tangannya yang menggantung begitu saja di antara tubuhnya. Ingin sekali rasanya untuk memegang tangannya itu untuk membuat gue tahu apa yang terjadi dengan diri gue kemarin-kemarin.

"Ga..." panggil gue pelan. Terlampau pelan. Ini... kenapa gue gak bisa ngeluarin kata-kata? Bibir gue rasanya kelu. Kayak gak bisa gue gerakin barang 1cm pun.

Di sana Shaga tidak bergeming. Dia hanya fokus menatap gue dengan pandangannya yang kini bisa gue lihat. Gue bahkan gak bisa menebak apa isi pikirannya saat lagi-lagi yang gue rasakan kalau gue gak bisa menggerakan badan gue satu sentimeter pun.

Gue kaku.

Gue gak bisa menggerakkan apapun organ tubuh gue walaupun bibir sekali pun.

"Halo? Lo dimana?" tanya Shaga memegang ponselnya. Gue melihat tangannya yang bergetar.

"Ini... temen gue... dia sadar."

***

"Sel-sel tubuhnya pernah mati karena gak dapet asupan oksigen dalam tubuh. Kalsium juga jadinya numpuk dalam otot di sekujur tubuh. Ini yang ngebuat tubuhnya sangat kaku dan gak bisa gerak. Dia butuh waktu Ga," ucap seorang lelaki dengan tubuh tinggi tegapnya memakai jubah putih. Dia berbicara berhadapan dengan Shaga di sofa sebrang tempat gue berbaring.

Gue memejamkan mata sebentar dan menatap lagi ke arah Shaga pelan. Lelaki itu juga menatap gue dengan pandangannya yang begitu. Iya. Tajam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang