8⃣
"Bentar lagi lah gue capek nih."
"Ih, gue bilang turun!"
"Kasur lo bikin gue betah aja. Sama kek orangnya."
"Gue itung satu sampe tiga kalo gak, kita batal pergi."
"Gue ngalah kalo lo udah ngancem gini."
"Gak sopan masuk kamar cewek!"
"Seperti kata nyokap lo tante seneng deh kamu bisa main ke sini terus. Anggep kayak rumah sendiri ya, nak Edo."
"Tapi bukan berarti lo bisa seenaknya masuk ke kamar gue. Kalo gue lagi ganti baju gimana?"
"Kalo gue masuk ke kamar mama lo baru lo bisa bilang gue gak sopan."
"Gue bilang ya ke mama kalo lo mau masuk!"
"Bercanda gue. Lagian lo lama, bosen gue jadinya. Abang lo lagi kuliah jadi gue masuk aja kesini."
"Oh karena abang gue gak ada di rumah, jadi lo bisa bebas gitu berbuat mesum di kamar gue."
"Gue bukan cowok kayak gitu kali."
Kerin berdesis. "Untung gue ganti bajunya di kamar mandi."
"Gue kebelet. Pinjam kamar mandi lo ya, Rin."
"Iya tapi sirem yang banyak!"
🎭🎭🎭
Kerin sekarang udah ada di atas motor kesayangan Edo.
Edo menarik tangan Kerin agar memeluknya.
"Supaya lo gak jatoh."
"Dasar modus."
"Dikit sih." Edo ketawa pelan. "Rin, lo masih dijahatin sama Dity?"
"Lo kenapa nanya gitu?"
"Gue bakal bertindak kalo sampai dia nyakitin lo kayak dulu."
"Ih perhatian banget sih," ujar Kerin lebay. Ia kemudian berdeham. "Dity gak nyakitin gue lagi kok, malah kemarin dia udah bantu gue."
Edo tidak bicara lagi. Tapi ia akan terus mengawasi pergerakan cewek itu.
"Jangan khawatir gue, Edo."
🎭🎭🎭
Ini udah kali ketiga mereka melewati lampu merah.
"Sebenernya lo mau bawa gue kemana sih?"
"Bentar lagi sampe kok. Kalem lah."
"Pegel punggung gue. Mana panas lagi."
"Gue 'kan udah bilang kalo capek sanderan aja di punggung gue. Gratis kok."
"Ogah."
"Diberi gratis nolak."
"Terserah gue."
🎭🎭🎭
"Rin lo manggil gue tadi?" teriak Edo di balik helm full facenya.
Kerin mengernyit bingung.
"Enggak."
"Gue kayak denger lo ngomong sesuatu gitu."
"Gue gak ngomong-ngomong apa-apa!"
"Oh berarti gue salah denger hehe."
"Btw gue mau nanya sesuatu sama lo, Do."
"Tanya aja."
"Kemarin lo ngapain di rumah sakit?"
"Lo lihat gue?"
"Jadi bener ya? Lo sakit?"
Edo menggeleng cepat. "Gue lagi nemenin temen gue."
Kerin hanya beroh ria. Edo bernafas lega karena Kerin tak bertanya lagi.
Akhirnya sampai juga mereka di sebuah mall besar.
"Buka helm aja gak bisa apalagi buka hati lo buat gue."
Kerin melihat wajah Edo dengan jelas. Pipinya menjadi merah.
"Gue tau gue ganteng. Biasa aja lihatnya."
"Apaan sih."
Kerin membuang muka dan berjalan duluan, ninggalin Edo yang masih memakirkan motornya.
"Rin, tungguin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangan Ba§tard
RomanceKerin dikelilingi oleh orang-orang toxic, hingga pergaulan itu membuat kehidupannya menjadi barbar. Ia tidak sepenuhnya menjadi anak nakal, karena ada Edo yang selalu bisa menjaganya. Pertemanan sejak kecil membuat keduanya semakin dekat bahkan bers...