Mimpi?

6 5 0
                                    

1⃣4⃣

Di hari dan waktu yang sama. Tengah malam Archell, sepupu jauh dari papa, menghubungi Edo.

Edo mengangkat telepon itu di luar. Sementara Kerin sudah tertidur dengan pulas di atas sofa.

“Tumben belum tidur, kenapa Ar?” Edo menjawab panggilan disana.

Edo merasa aneh dengan suara sepupunya yang terdengar sangat lemah, seperti berbisik.

“Halo? Lo bisa denger gue, 'kan?”

Edo...”

“Lo kenapa kayak gitu anjir. Ada apa?” tanya Edo sedikit panik.

“Aku dibacok orang.”

Edo membelalakan matanya. Ia setengah bingung. “Hah??”

“Ar?? Lo bisa ngomong yang jelas? Apa yang terjadi?”

Tolongin aku....”

Edo masuk untuk mengambil kunci motornya. Ia ragu untuk meninggalkan Kerin. Tapi, di sisi lain ia tidak bisa mengabaikan sepupunya itu.

Tiba-tiba saja Kerin terbangun. Ia menyipitkan matanya.

“Do?”

“Eh, sorry, gue bikin lo bangun.”

“Gue gak bisa tidur. Lo mau kemana?” tanya Kerin dengan serak.

“Kerin gak papa kalo gue pergi sebentar aja?”

“Lo mau pulang? Tapi ini udah malam loh...”

“Bukan. Tapi sepupu gue di bacok orang.”

Kerin menyemburkan air ke depan. "Hah?? di ba-bacok?”

“Gue harus selamatin sepupu gue dulu. Tapi, lo gapapa sendirian disini?”

“Gapapa. Mending lo buruan pergi, sebelum terjadi sesuatu sama sepupu lo.”

“Gue janji bakalan balik secepetnya. Pokoknya lo hubungin gue kalo ada apa-apa.”

“Iya.”

Sebelum pergi, Kerin meraih tangannya. “Lo juga harus hati-hati. Kabarin gue ya...”

“Iya gak usah khawatirin gue, ok.” Ia menepuk kepala Kerin pelan, sebelum pergi.

Semoga mereka gak kenapa-napa...

🎭🎭🎭

Edo membelah jalan kota dengan kecepatan yang tinggi.

Mengapa orang-orang terdekatnya mengalami musibah secara bersamaan? Apa ini kebetulan? atau disengaja? Pertama, tante Dahlia. Kedua, Archell.

Edo meracau tidak jelas.

Apa ini semua ada hubungannya?

Ia masuk ke area pemukiman, tempat tinggal kontrakan Archell. Beberapa perabotan rumah berserakan di depan teras rumah, kaca jendela pecah dan berhamburan. Edo masuk dengan panik.

“Archell??”

Do, aku di sini...”

Edo menutup mulutnya dengan kedua tangan. Darah di sekujur kepala, bahu, tangan mengotori lantai. Bau darah menyengat ke penciuman Edo. Edo takut sekaligus jijik. Badannya gemetar melihat badan sepupunya dipenuhi darah.

“Ar! Lo kenapa bisa kayak gini??” lirih Edo tak kuasa.

“Aku gak bisa nahan lagi, tolong...”

Bayangan Ba§tard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang