Pussy(?)cat

7.6K 260 9
                                    

Derasnya hujan di sore hari berhasil mengurungkan niat Seulgi untuk pergi keluyuran. Gemuruh petir saling bersahutan. Ia mengintip ke luar jendela melihat halaman rumahnya yang dipenuhi rumput berubah menjadi genangan air.

"Duar!!" teriak seseorang sambil menepuk pundaknya.

"..."

"Ih.. kok ga kaget sih?" wanita itu mengerucutkan bibirnya karena gagal mengejutkan sang kakak.

"Pantulan bayangan kamu keliatan dari sini ji" Seulgi menunjuk ke kaca jendela.

"Ehe.. iya juga ya" Yeji menggaruk kepalanya sambil tersenyum saat menyadarinya.

"Lagi liat apa sih kak?" Yeji ikut menyelinap diantara tubuh Seulgi untuk melihat keluar.

"Ini hujannya deres banget. Padahal tadinya kakak mau keluar bareng Wendy"

"Bagus dong, kakak jadi ga keluyuran. Mending temenin Yeji dirumah" Yeji tersenyum memamerkan gigi-gigi putihnya.

"Itu mah maunya kamu" Seulgi mengacak-acak rambut Yeji gemas.

"Eh? Itu apa kak?" tanya Yeji sambil menunjuk hewan yang kedinginan di balik rerumputan.

"Bentar kakak liat dulu" Seulgi mengambil payungnya lalu pergi keluar.

Yeji ikut pergi keluar dan menunggu Seulgi dari teras.

"ANAK KUCING JI!!" teriak Seulgi sambil menggendongnya.

"BAWA SINI KAK!!" suruh Yeji sambil melambai-lambaikan tangannya.

Seulgi mengangguk lalu membawanya masuk kedalam rumah. Si kucing terlihat menggigil ketika berada di pelukan Seulgi.

"Ih kasian.. sekalian mandiin aja kak, tanggung basah. Nanti cepet-cepet keringin"

"Ya udah, tolong kamu simpen ini terus lap lantai yang basah itu" Seulgi menunjuk lantai di dekap pintu lalu memberikan payung pada Yeji.

Seulgi pergi ke kamar mandi untuk memandikan si kucing.

"Pus..pus.. dingin ya?" tanya Seulgi pada kucing itu.

"Meow.." si kucing menjawabnya dengan mengeong.

"Maaf ya, aku jadi mandiin kamu, soalnya kamu kotor kena lumpur. Kamu jantan atau betina sih?" ucap Seulgi lalu tertawa menyadari pertanyaan konyolnya.

"Meow.. wwwrrr.." si kucing sedikit menghindar saat Seulgi akan menggosok tubuhnya.

"Oh? Kamu betina rupanya. Ga papa kok, kita kan sama-sama betina" Seulgi kembali berbicara agar si kucing tidak menghindar lagi.

"Kak, jangan lama-lama mandiinnya. Kasian" Yeji menghampiri Seulgi sambil membawa handuk kecil bekas ia saat kecil.

"Iya, ini juga udah kok. Sini handuknya"

 Sini handuknya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seulrene tujuhbelas plusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang