Part 7

358 27 0
                                    

"Ra!"

"Lorra!!"

"Lorra, ya ampun! Udah jam setengah tujuh kamu telat sekolah!"

Sesosok gadis yang meringkik didalam selimut itu menggeliat.

"Apa sih ka? Ngantuk tau!"Lorra kembali membalut tubuhnya dengan selimut.

"Setengah tujuh!! Hari ini kamu ulangan matematika kan?" Febby bersedekap sambil memandang Lorra jengkel.

"Astaga!! Ya ampun, gimana bisa aku lupa? Belum belajar lagih! Astaga" Lorra bangkit dari ranjangnya, dengan mata yang masih setengah terbuka. Ia nyaris menabrak meja belajar yang terletak di sebelah kiri ranjangnya. Febby hanya geleng-geleng kepala.

***

Lorra berjalan tergesa-gesa melewati lorong-lorong koridor.

"Jam tujuh pas!"batin Lorra. Lorra melangkahkan kakinya lebih cepat, masalahnya lorong-lorong koridor kini sudah sepi, pasti bel masuk sudah berbunyi. Dengan mata menunduk, Lorra semakin memacu kakinya agar lebih cepat, ia tidak memperhatikan jalan sampai pada..

"AWW" tubuh Lorra jatuh membentur seseorang.

"Aduh, gimana sih. Kalo jalan hati-hati dong!"desis Lorra. Matanya masih menunduk tidak menoleh kepada seseorang yang ditabraknya.

"Eemmm, maa.. Ma.. Ma.. Afin aku ya! Aku gak se..se..sengaja"Lorra menoleh kearah penabraknya bingung saat tau ada siswa sekolah disini yang berbicara gagap, dan betapa terkejutnya dia begitu mengetahui siapa yang ditabraknya.

"Lho? Kamu?"pekik Lorra, dalam hati ia bingung, heran sekaligus senang. Cowok itu adalah cowok culun yang ditemuinya dirumah Rizal.

Cowok dihadapan Lorra mengerutkan keningnya, lalu menatap Lorra bingung. Lorra berdiri sambil menatap cowok itu senang.

"Kita pernah ketemu kok!"kata Lorra.

"Hah? Ke..ke..ketemu? Tapi, di..di..mana?"tanya cowok itu bingung seraya membetulkan letak kaca matanya, ia terlihat begitu culun dengan pakaian dan dandanannya yang seperti tidak tau mode.

"Dirumah kak Rizal, kenalin namaku Lorra Alisia, panggil aja Lorra" Lorra mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Eh, na..na..namaku Dion" Cowok bernama Dion itu menyambut uluran tangan Lorra. Lorra mengangguk senang lalu tersenyum manis. Tapi senyumannya tiba-tiba hilang.

"Astaga! Aku ada ulangan!!" pekik Lorra lalu menepuk jidatnya keras. Dion jadi bingung sendiri melihat kelakuan gadis didepannya.

"Emm, Dion. Aku duluan yah! Kita temenan kan?"tanya Lorra. Dion mengangguk cepat dan tersenyum. Lorra balas tersenyum lalu berlari menuju kelasnya.

Saat Lorra sudah jauh, tiba-tiba senyuman Dion hilang lalu berubah menjadi raut kesal.

"Aduh! A..a..aku lupa ta..ta..tanyain dimana ke..kelas se..se..sebelas IPA du..dua lagih!!" Dion berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.

***

Lorra telat datang ke kelasnya, untung saja ulangan matematika itu belum dimulai, dan Lorra hanya mendapat teguran biasa dari bu Pipin, guru matematikanya.

"Oh, jadi cowok culun itu namanya Dion.. Kenapa tadi ada disini ya?"batin Lorra, lalu seketika matanya membola.

"Jangan-jangan dia.. Anak baru lagi!!"batin Lorra memekik senang.

"Tapi dikelas mana ya?"Lorra mengabaikan soal-soal ulangannya, lalu mengerinyit sambil memikirkan cowok bernama Dion tadi.

"Hey! Lorra. Kerjakan soal ulangan kamu"bisik ka Febby, Lorra terkekeh.

"Iya kak" jawab Lorra.

"Neta kemana ya? Kok dia gak masuk hari ini?"batin Lorra bertanya-tanya. Febby yang mendengar itu jadi geleng-geleng kepala.

"Lorra!"

"Eh, iya iya kak, hehe"

Satu jam kemudian, saat ulangan selesai.

Pak Yudi, guru biologi Lorra. Datang bersama seorang cowok, Lorra seperti mengenali siapa cowok itu. Dan, ketika cowok itu sudah benar-benar masuk ke kelasnya..

Lorra memekik tertahan.

"Dion"ucapnya. "Dia sekelas sama aku!"batin Lorra senang. Entah mengapa ia begitu senang saat melihat Dion, wajahnya pun tidak terlihat asing. Sebenarnya apa hubungan Dion dengan dirinya?

"Anak-anak, kalian akan mendapat teman baru"

"Silahkan, memperkenalkan diri nak"kata pak Yudi. Dion mengangguk.

"Te..te..teman-teman, kenalin na..na..nama aku. Di..di--"

"Alah! Lama bangat sih cuma nyebutin nama doang! Di---di siapa lagi"celetuk Ariel. Kontan seisi kelas pun tertawa.

"Gak kebayang man! Kalo dia pidato! bisa-bisa dari pagi sampe pagi lagi cuma dengerin dia ngomong"kata Dwi, seisi kelas pun semakin terbahak. Hanya Lorra yang sama sekali tidak tertawa, bullyan mereka sama sekali tidak lucu.

Pak Yudi yang mengetahui kelasnya menjadi ramai pun mengetuk-ngetuk papan tulis dengan penghapusnya.

"Hey! Diam! Atau kalian bapak jemur dilapangan sampai pelajaran selesai!"kata pak Yudi. Masih dengan sisa-sisa tawa para siswa, Dion menunduk malu.

Pak Yudi menepuk pelan bahunya.

"Silahkan dilanjutkan nak! Jangan hiraukan ucapan mereka"kata pak Yudi, memberi semangat. Dion mendapatkan semangatnya kembali, ia mendangak menatap seluruh orang yang berada dikelas itu.

"Na..na..namaku Dion Prasetya. A..a..aku pi..pi..pindahan dari Bandung. Se..se..senang bertemu de..de..dengan ka..ka..kalian"Usai mengucapkan itu, Dion mengangguk percaya diri.

"Kamu bisa duduk dengan Lorra, Dion. Karena cuma bangku dia yang sebelahnya kosong." Pak Yudi mempersilahkan Dion untuk duduk. Dwi, cowok yang terkenal sebagai biang rusuh tersenyum sinis.

"Si Aneh dan si Gagap! Formasi yang sempurna!" Dwi mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum mengejek, ucapan Dwi mengundang tawa teman-temannya.

Pak Yudi sudah hampir melayangkan penghapusnya ke arah Dwi, kontan Dwi menunduk.

"Tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu, Dwi!!"kata pak Yudi. Pak Yudi tidak tau ekspresi wajah Dwi. Sekarang ini, Dwi cengengesan sambil berusaha menahan gelak tawanya.

Bersambung.

Maaf baru bisa post sekarang. Sibuk sangat-__-

Sister Its Not VisibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang