Part 12

356 37 5
                                    

"Duh, ibu, badan aku kok sakit semua." Lorra meraba-raba bagian punggung, lengan dan pinggulnya. Tubuhnya seperti habis dipukulin saja.

Ibu menghela nafas. "Ibu juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi sama kamu."

Kening Lorra mengerut. "Memangnya apa?"

Ibu terdiam, tangannya masih sibuk mengolesi selai pada roti untuk Lorra.

"Cepat habiskan rotimu. Lalu berangkat sekolah, nanti sekolahmu telat"

Lorra hanya mengangkat kedua bahunya lalu meneruskan memakan sarapannya.

Lorra asyik dengan sarapannya, ibu sedang berada di dapur, sepupu nya juga sudah berangkat pagi-pagi buta. Suasana menjadi hening.
Sampai bell rumah Lorra berbunyi, lalu terdengar langkah kaki seseorang.

"Dor!!"

Lorra nyaris tersedak rotinya sendiri. Karin dengan kekehan kecilnya berdiri tak jauh dari hadapannya, Lorra melotot kesal.

"Awas ya kamu!" desis Lorra. Karin hanya mengangkat kedua bahunya lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Lorra. Tangannya bersiap mengambil sebuah roti dari meja makan itu yang kemudian dengan cepat ditepis Lorra.

"Enak aja mau makan! Udah ngagetin. Sekarang enak-enak kan mau makan gratis."

Karin cemberut. "Yah kakak, aku belum sarapan."

Lorra mendelik. "Siapa suruh ga sarapan."

"Aku tadi buru-buru kesini. Boleh ya kak?"

Tanpa menunggu jawaban Lorra, Karin kembali mengambil sebuah roti, tapi lagi-lagi ditepis oleh tangan Lorra, Karin mencoba mengambil lagi, tangan Lorra pun siap siaga menepis tangan Karin, Lorra terkekeh saat Karin tidak bisa menjamah satu roti pun di hadapannya, tapi Karin tidak menyerah, mereka terus seperti itu, bersilat tangan, sampai bunyi bell rumah Lorra menghentikan aksi mereka.

"Siapa sih yang dateng lagi?"batin Lorra. Saat dia menoleh ke arah Karin, ternyata Karin sedang lahap memakan sebuah roti. Lorra mendengus kesal yang di balas kekehan tawa Karin.

"Ha..halo, Lo..Lo..rra"

Lorra menoleh kaget ke arah asal suara tersebut.

"Dion?"

Sejenak Lorra melongo melihat kedatangan Dion. Tapi cepat-cepat tersadar. Senyum Lorra mengembang seketika.

"Lho Dion, kamu kok gak bilang-bilang aku kalo dateng kesini? Mau berangkat bareng?"

Dion tidak menjawab. Sedari tadi matanya tertancap lurus-lurus ke arah Karin, Karin pun begitu, entah apa yang ada di fikiran mereka. Lorra mengira bahwa mungkin saja Dion sudah mengenal Karin. Tetapi hening, Lorra menatap Dion heran, semakin lama tatapan Dion ke arah Karin semakin tajam. Lorra bergidik ngeri melihat keduanya.

"Emmm, Dion? Karin?"

Lagi-lagi tidak digubris.

"Ekhem!" Kali ini nada suara Lorra menaik. Keduanya tersadar.

"Kak ayo berangkat sekarang!" Karin bangkit dari duduknya, tanpa menoleh ke arah Dion lagi, Karin segera berlalu keluar rumah. Sementara Dion hanya terpaku ditempatnya.

"Dion? Kamu naik apa kesini? Bawa mobil?" tanya Lorra. Dion menatap Lorra.

"A..aku ja..jalan kaki. Ta..ta..tadinya a..aku mau be..berangkat bareng ka..kamu." jawab Dion sambil tersenyum. Lorra menghela nafas lega saat melihat senyum Dion.

"Hari ini aku ga bawa mobil, aku dijemput Karin. Dia bawa mobil, kamu ikut aku ya dimobil Karin."

Kening Dion mengerut. Tapi kemudian normal kembali sambil mengangguk patuh. Lorra tersenyum senang.

***

Sebenarnya ada apa sih antara Karin dan Dion? Pas di meja makan tatap tatapan, tajem lagi tatapannya. Sumpah, Dion yang di liatnya tadi dimeja makan, seperti bukan Dion, begitu pun Karin. Dua-duanya kaya orang saling punya dendam. Pas di mobil Karin juga tingkah mereka berdua aneh, kaku. Mata Dion ga pernah berhenti ngejelajahin mobil Karin, seperti sedang mencari sesuatu aja. Mata Karin juga sedikit-sedikit melirik Dion. Ada apa sih sebenarnya?

Lorra menyesap minumannya dalam diam. Fikirannya masih dipenuhi berbagai pertanyaan atas kejadian tadi pagi.

"Lo..Lorra?" panggil Dion. Lorra menoleh. Dion duduk dihadapannya sambil membawa semangkuk siomay dan segelas es teh. Hari ini kantin kelas 11 terlihat sepi.

"Ka..kamu gak papa kan?"tanya Dion. Lorra mengangguk. Kepalanya menunduk.

"A..aku bo..boleh mi..minta tolong gak sa..sama ka..kamu?" tanya Dion.

"Kalo aku bisa bantu, pasti akan aku bantuin."

"To..tolong ka..kamu ja..jauhin Karin." Kepala Lorra terangkat, dahinya mengkerut.

"Memangnya kenapa?"

Bersambung**
Lagi males ngetik sama mikir, jadinya cuma segini deh :D maklum, habis melewati masa-masa stres karena PPDB online. Dan sekarang sudah selesai
Kalo Vote nambah, part selanjutnya dan seterusnya bakal aku panjangin ceritanya

Sister Its Not VisibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang