7 : Wasana

143 6 3
                                    

"Mati kau Danang Sutawijaya,”

  Naas. Ketika keris Kyahi Setan Kober itu dicabut, bilah keris yang mengandung racun arsenik itu memotong ususnya yang melingkari sekitaran kerisnya sampai putus. Adipati Jipang itu seketika muntah darah.

Kesaktiannya tidak berlaku ketika ia terluka oleh senjatanya sendiri. Cengkeraman tangannya di leher Danang Sutawijaya semakin  lama semakin lemah. Perlahan-lahan, Arya Penangsang mulai roboh dari berdirinya yang kokoh bagai tembok benteng itu. Laki-laki yang penuh ambisi tapi jumawa itu tamat riwayatnya. Benar saja ia mampu menahan luka akibat tombak Kyahi Pleret, tetapi ia tidak mampu menahan luka dari pusakanya sendiri.

Ki Pemanahan langsung berlari menyusul anaknya yang sudah roboh tak sadarkan diri. Untungnya ketika didekati, ia tampak masih bernafas. Para prajurit pilihan yang bersama dengan murid Ki Ageng Sela itu lantas melakukan pertolongan pertama dengan menutup luka Danang Sutawijaya dengan kain yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Dari sisi utara, datanglah pasukan Hadiwijaya yang sudah selesai melaksanakan tugasnya untuk menggempur pasukan Jipang yang berada di sisi timur Sungai Bengawan Sore, tempat Arya Penangsang bertapa. Mereka semua tampak senang dan saling berteriak mengumandangkan semangat. Sudah jelas mereka menang. Para pengkhianat Kesultanan Demak berhasil diringkus oleh Sang Hadiwijaya, termasuk Patih Matahun—patih Kadipaten Jipang. Hal ini tentu tak lepas dari kerja keras para punggawa di Pajang Awantipura seperti Ki Juru Martani, Ki Pemanahan, dan Ki Penjawi. Dan terutama Danang Sutawijaya yang rela mengorbankan jiwa raganya demi menyelamatkan Kesultanan Demak dari ambang kehancuran akibat pergolakan politik yang kacau balau.

ӁӁӁ

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Sang Hadiwijaya telah diangkat menjadi sultan penerus Kesultanan Demak bergelar Sultan Hadiwijaya. Hanya saja, ibukota yang semula di Demak Bintara ia pindah di Pajang Awantipura. Kerusakan yang ditimbulkan akibat intrik politik beberapa tahun yang lalu mulai ditata  kembali. Orang-orang seakan melupakan kejadian mengerikan yang pernah terjadi itu. Walaupun mungkin masih terngiang disebagian orang, tapi nama Arya Penangsang seakan dilupakan.

Sebagai seorang pemimpin yang baik, Sultan Hadiwijaya memberikan tanah di beberapa wilayah untuk ketiga saudara seperguruannya itu, Ki Juru Martani, Ki Penjawi, dan Ki Pemanahan beserta puteranya yang sangat pemberani, Danang Sutawijaya. Ki Penjawi mendapatkan tanah di daerah Pati dan menguasai daerah itu dengan gelar Ki Ageng Pati. Sementara Ki Juru Martani dan Ki Pemanahan beserta Danang Sutawijaya diberikan tanah yang sangat luas di daerah yang disebut Hutan Mentaok atau Alas Mentaok.

Tanah yang masih berupa hutan lebat itu merupakan bekas ibukota Kerajaan Mataram Kuno yang pernah jaya di masanya. Mereka bertiga dengan segala kemampuan yang mereka miliki, membabati hutan itu dan mengubahnya menjadi pemukiman. Tak disangka, pemukiman itu perlahan-lahan mulai ramai dihuni oleh para masyarakat yang hendak mengabdi kepada Ki Pemanahan. Wilayah itu memang dikelilingi oleh gunung berapi seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, maka tak heran bila tanah di tempat itu menjadi sangat subur. Selain itu, adanya dua sungai besar yakni Kali Praga dan Kali Oya yang membelah daerah itu membuat semakin ramai masyarakat yang bermukim disana.

Lama-kelamaan, daerah yang semula hanya berbentuk desa berubah menjadi sebuah kadipaten yang diberi nama Kadipaten Mataram. Pemerintahan Ki Pemanahan yang adil dan banyak berpihak kepada rakyat digantikan oleh puteranya, Danang Sutawijaya setelah ayahnya mangkat. Pamor ibukota Pajang Awantipura lama kelamaan semakin memudar seiring berjalannya waktu. Rakyat mulai mempercayakan nasibnya kepada Sang Sutawijaya.

Hingga pada akhirnya, Kesultanan Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya pun musnah. Tampuk pemerintahan berpindah secara seutuhnya di tangan Sang Sutawijaya yang kini bergelar Panembahan Senapati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah itu.

  Kerajaan baru tersebut diberinama Kesultanan Mataram, yang kelak akan melahirkan generasi baru penerus bangsa yang tak kalah gigih mempertahankan kemerdekaan Nusantara dari tangan penjajah.

Ӂ-TAMAT-Ӂ

Tulungagung, 16 November 2020
Mangkoepradja

•Arya Penangsang Gugur•Wayang Dupara oleh Ki Rudy Wiratama, November 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Arya Penangsang Gugur•
Wayang Dupara oleh Ki Rudy Wiratama, November 2018

Elegi Bengawan Sore : Gugurnya Arya Penangsang (Complete✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang