2 : Sendhon Kudus

161 9 0
                                    

Pangeran Hadliri dan Putri Kalinyamat segera berjalan ke arah pendhapa. Dengan berhati-hati ia mencoba untuk tidak melangkahi jasad para prajurit yang tewas. Seketika mereka terkaget ketika melihat sosok dua orang yang meninggal bersebelahan. Tubuh mereka bersimbah darah. Pakaian mereka yang semula rapi dan indah menjadi serba rusak. Siapa lagi kalau bukan jasad Sunan Prawata dan Setyawati.

"Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun," hampir serempak mereka berdua mengucapkan kalimat istirja' itu ketika melihat dua jenazah itu.

"Orang Jipang memang keparat !"

Putri Kalinyamat mulai memaki-maki orang Jipang. Sementara Pangeran Hadliri seperti tidak percaya melihat kakak iparnya itu tergeletak tanpa nyawa dengan keadaan yang mengerikan.
Putri Kalinyamat lantas meneliti sekitaran pendhapa itu. Satu persatu mayat coba ia lihat. Hingga ia mendekati mayat Soreng Rangkud yang lehernya berlubang terkena tikaman keris Sunan Prawata. Mayat itu pada tangan kanannya menggenggam sebilah keris yang dilumuri oleh darah. Seketika, Putri Kalinyamat mengambil keris itu.

"Sudah sangat jelas pelakunya adalah Soreng Rangkud !" Adik Sunan Prawata itu sangat yakin dengan apa yang ia katakan. "Bukti sudah sangat jelas. Keris tangguh Jipang ini yang mengambil nyawa kakak Prawata."

Pangeran Hadliri mengiyakan perkataan istrinya. "Nimas, ada baiknya sekarang kita rawat jenazah kakak Prawata dan kakak Setyawati. Setelah itu aku serahkan pada nimas untuk membawa perkara ini kepada siapa."
Putri Kalinyamat menoleh pada suaminya itu lantas berkata. "Kita akan membawa perkara ini ke hadapan Sunan Kudus !"

ӁӁӁ

Kota Kudus adalah salah satu kota besar yang cukup ramai setelah kotaraja di Demak. Para pendatang dari berbagai berbagai daerah memenuhi seisi perkotaan. Tujuan mereka pun bermacam-macam. Mulai dari berdagang sampai untuk belajar agama pada salah satu mufti ternama di masanya, siapa lagi kalau bukan Sunan Kudus.

Menara Kudus yang legendaris itu menjulang tinggi dengan gagahnya di pusat kota Kudus. Di sebelahnya, terdapat gapura yang menghubungkan area luar dengan area tempat Sunan Kudus untuk memberi wejangan pada santri-santrinya. Arsitektur khas era Majapahit yang dominan membuat para santri yang rata-rata dulunya beragama Hindu menjadi lebih betah.

Hiruk pikuk kota yang ramai membuat langkah Putri Kalinyamat dan Pangeran Hadlirin menjadi tersamarkan. Di tempat itu, prinsip kesamaan di mata Tuhan diterapkan dengan nyata. Raja Demak pun apabila datang tidak akan disambut dengan seremonial mewah yang terkesan muluk-muluk. Mungkin hanya cukup dengan pengawalan tambahan saja.

Sepasang suami istri itu mengekang kudanya di tempat yang disediakan lantas mereka berdua berjalan menuju tempat wudhu. Mereka berwudhu secara terpisah kemudian baru memasuki gerbang itu. Untuk mencapai pendhapa utama tempat Sunan Kudus bertemu dengan santri-santrinya, masih perlu berjalan agak jauh dari gerbang utama itu. Pelataran yang sangat luas memang dipersiapkan untuk menerima tamu-tamu dari berbagai daerah yang akan berkumpul pada hari-hari tertentu seperti hari besar keagamaan.

Kala itu, suasana memang sepi. Tidak ada jadwal pengajaran yang dilakukan oleh Sunan Kudus hari itu. Dan ketika itu memang masih pagi, sehingga para santri pun belum mulai untuk bertadarus.

Sunan Kudus baru saja turun dari masjid ketika Putri Kalinyamat beserta Pangeran Hadliri naik ke atas pendhapa.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah wabarakatuh. Kalinyamat dan Hadliri yang sepertinya datang. Masuklah kemari !" jawab Sunan Kudus sambil membenarkan posisi duduknya di atas kursi kecil itu.

Putri Kalinyamat dan Pangeran Hadliri lantas memberi hormat dan duduk di atas lantai sedikit berjauhan dengan pemuka agama itu. Mereka berdua tampak segan kepada Sunan Kudus yang merupakan guru mereka juga. Sunan Kudus kemudian memberi isyarat pada para santrinya untuk menyingkir sejenak. Menurutnya, kehadiran Putri Kalinyamat dan Pangeran Hadliri itu sangat penting, mengingat mereka berdua memang jarang terlihat hadir.

Elegi Bengawan Sore : Gugurnya Arya Penangsang (Complete✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang