Chapter 10-Jangan ada Laki-laki Lain

451 26 4
                                    

Aulia merasa hatinya sangat sakit, seandainya Sonny tau keadaan yang sebenarnya tentu dia tak ingin menikah. Kenal dengan Ian pun tidak pernah, hanya atas dasar kasihan pada anaknya yaitu Rosy.

Di lantai suite room itu dia menangis meratapi nasibnya, menangis sejadi-jadinya tanpa Ian. Hingga ia lupa sudah berapa jam ia menangis. Cinta pertama yang kandas atas ulahnya sendiri.

"Sonny ...,"lirihnya dengan air mata yang mengajak sungai.

Dipandanginya foto pria yang terlihat gagah dengan seragam kebesarannya beserta topi baret merah sebagai anggota Kopassus yang masih tersimpan di handphone nya.

Beberapa goody bag tergeletak di atas kasur. Beberapa pakaian mahal kualitas nomor wahid dibeli Aulia di butik ternama. Namun, belum sempat dibuka sebab Aulia terhenyak oleh chat dari Sonny. Dia tertidur dengan menggenggam handphone nya.

"Oh my God, Aulia!" Ian yang datang menghambur menuju Aulia yang tergeletak di lantai. Dilihatnya mata Aulia sembab seperti habis menangis, di tangan kanannya ia masih menggenggam handphone.

Dibopong Aulia yang masih terpejam. Diletakkan di atas kasur. Dipegangnya kening Aulia dan panas.

Leo, kamu cepat ke kamarku!

Leo sebagai orang kepercayaan Ian tanpa menunggu lama langsung naik ke atas.

"Ada apa, Tuan?"

"Istriku panas demam kamu panggilkan Dokter."

"Apa tidak sebaiknya kita bawa dia ke rumah sakit?"

"Gak perlu, tapi kayaknya dia kecapean." Ian berkilah.

Leo tanpa diperintah lagi langsung melesat memanggilkan seorang dokter. Leo adalah kepercayaan Ian selain Dimas dan Revan. Hanya saja Leo fasih berbahasa Inggris, Arab dan Mandarin yang membuatnya selalu Ian bawa ketika bepergian ke luar negeri.

Lima belas menit kemudian Aulia terbangun dan megangi kepalanya yang terasa sakit.

"Mas...." Aulia memanggil Ian dengan pelan.

"Kamu sudah bangun?"

Aulia mengangguk dan mencari-cari sesuatu.
"Apa ini yang kamu cari?" Ian memberikan gawai Aulia.

"I--iya."

Leo sudah datang bersama seorang dokter bule yang akan memeriksa Aulia. Dengan saksama dokter yang bernama Dokter Harry itu memeriksa Aulia dan memberikan resep obat.

"Kamu tak boleh stres, ada apa denganmu? Apa kamu rindu orang tua di Indo?" Ian bertanya dengan hati-hati.

Aulia menggeleng.

"Lantas kenapa? Tadi pagi kamu sehat-sehat saja."

"Ini semua gara-gara kamu, Mas!"

"Ada apa sebenarnya?"

"Hubunganku dengan Sonny kandas dan dia mengata-ngataiku dengan sebutan yang tidak pantas." Aulia menahan air matanya agar tidak luruh.

"Apa kamu menyesal menikah denganku?"
tanya Ian sambil memegang tangan Aulia.

Aulia berusaha melepaskan tangannya tapi Ian malah menarik tubuh Aulia untuk masuk ke pelukannya. Aulia menangis di dada Ian hingga membasahi kemeja pria yang bulan depan genap berusia tiga puluh satu tahun.

"Kamu jangan memikirkan orang lain sekarang ada aku dan Rosy serta dirimu sendiri, Sayang." Ian membelai punggung Aulia dan mengecup kening istrinya.

Aulia terdiam, dan menikmati dekapan sang suami untuk beberapa saat. Rasanya nyaman elusan itu apalagi berkali-kali Ian mengecup kening Aulia.

"Kamu sudah makan belum?"tanya Ian.

OM DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang