Chapter 11- Isabela

471 25 5
                                    

Adrian dan Aulia saling berpegangan tangan dengan erat. Ian berpikir untuk menambah hari ini honeymoon nya.

Namun, ternyata banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Terpaksa dengan sisa hari yang ada ia berusaha menjadikan momen honeymoon untuk saling berbagi dan menambatkan hatinya. Tak pernah padam rasa rindu pada Aulia meski tiap hari bertemu. Ian merasa beruntung karena selama ini dia merasa trauma untuk berhubungan dengan wanita.
Mungkin dia harus berterima kasih pada anaknya---Rosy.

"Kamu berkemaslah , kita akan check out dari hotel," perintah Ian pada Aulia.

"Asyik, pulang." Aulia bersorak kegirangan persis anak-anak.

Tanpa bertanya lagi Aulia membereskan semuanya ke dalam koper. Sedangkan Ian sedang menerima telepon masuk terkadang seperti marah. Aulia tak menghiraukannya dia sibuk dengan kegiatannya mengemas beberapa pakaian hangat yang belum sempat di pakainya.

Setelah selesai Ian berbicara pada Aulia dengan berbisik.

"Kita akan pergi ke Hawaii."

Aulia melongo mendengarnya.
'teu jadi rék balik téh'
(Gak jadi pulang)

Wanita itu kini agak bermuram durja berpakaian rapi dan berhijab sederhana ditambah aksen bross bertatahkan batu Swarovski. Dandanan yang natural tak mengurangi kecantikannya.

Layaknya pengantin baru Ian menatap Aulia tanpa berkedip jika dulu dia selalu mencuri pandang kini tak malu-malu lagi untuk menatap sepuasnya.
"Kamu, menjadi penghapus dahagaku, Sayang."Ian mendekap Aulia tanpa jarak.

"Emangnya aku air yang bisa menghapus dahaga." Aulia menjawab santai.

Ian geram dan menarik hidung Aulia.
"Sakiit," rengek Aulia sambil memegang hidungnya.

"Sini biar mas lihat." Ian mengusap hidung Aulia dan tak melewatkan kesempatan untuk mencium bibir istrinya. Aulia yang sudah terbiasa dengan Ian membalasnya lalu melepaskan lumatannya karena keduanya kehabisan nafas.

"Aku mencintaimu, Sayang." Ian membingkai wajah Aulia.

Aulia bingung dengan perasaannya, apakah dia mulai suka dengan suaminya atau hanya sekadar kewajiban. Makanya dia butuh waktu untuk mencari cara menelaah perasaannya. Namun, Aulia tak pernah menolak jika Ian sedang 'menginginkannya'.

Dia hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. Ian gemas dengan senyuman Aulia yang menawan. Ian dimabuk asmara.

"Sudah ah, kapan berakhirnya kalau begini terus?" tanya Aulia yang berhasil melepaskan diri dari kungkungan suaminya.

"Ok, kita akan berangkat."Ian langsung mengambil koper besar diikuti oleh Aulia di belakangnya.

Leo, Revan, Cornelis, Betty serta Sam sudah ada di depan pintu kamar suite room-nya. Sam langsung mengambil alih koper Ian dan Aulia.

Turun dari lantai 20 melalui lift dengan diikuti lima orang kepercayaan Ian. Aulia merasa seperti seorang ratu sekaligus sebagai tahanan. Namun, Ian terus menggenggam tangannya dengan erat. Tak ada yang berani untuk melihatnya. Kelima orang itu seakan faham akan keromantisan majikannya.

Sesampainya di lobby Ian naik kendaraan menuju ke Bandara Internasional Los Angeles dengan tujuan Bandara Internasional Honolulu-Hawai.

"Mas, kita kemana sebenarnya?" tanya Aulia setelah jet pribadinya lepas landas.

"Kita akan ke Honolulu-Hawai." Ian menjawab santai sambil membaca sebuah buku biografi Jack Ma.

Aulia langsung melotot dan memutar badannya.
"Oh, kenapa gak bilang mau ke sini? Dasar borokokok!" Aulia mencubit lengan atas Ian sekuat tenaga.

Ian langsung meringis dan memegang lengannya.

"Kenapa kamu sukanya panggil Borokokok, dan cubitanmu aduuh sakitnya sampai ke ulu hati." Ian meringis kesakitan.

"Gitu aja sakit,manja banget." Aulia mendelik lalu melihat dari jendela beberapa negara bagian yang banyak di tutupi salju tebal.

Setelah 4 jam, dengan pesawat jet pribadi Adrian Prayogo sudah mendarat di bandara internasional Honolulu-Hawai.

Sudah disambut dengan hangat oleh Dimas yang telah lebih dahulu tiba di Hawai.

"Selamat siang, Tuan. Ini mobil Anda silakan masuk."
Dimas dengan hormat membuka pintu mobil untuk Aulia dan Ian.

Sam dan Betty yang satu-satunya karyawan Ian yang perempuan sudah pulang ke Indonesia. Menyusul Revan dan Cornelis. Hanya Leo dan Dimas yang ikut di Mansion atau lebih tepatnya bungaló di dekat pantai Oahu yang indah.

Aulia merasa takjub dengan suasana yang mendukung untuk berbulan madu. Semua pegawai yang hanya berjumlah enam orang memberikan hormat pada sang majikan.

Dimas tak banyak bicara dan membawakan koper milik Ian dan Aulia.

"Sayang, silakan istirahat. Mas mau ada perlu dulu dengan Dimas dan Leo."

Aulia langsung membuka hijab dan mantelnya.
"Aku rindu Bapak dan Ibu," gumamnya sambil membuka gawainya.

Sekelebat bayangan Sonny melintas di benaknya tapi pikirannya terus tertuju pada Ian---suaminya. Layaknya seorang kekasih yang selalu rindu ingin terus berdekatan dengan Ian.

"Apakah aku telah jatuh cinta pada suamiku?" Aulia berbicara lirih kemudian senyam-senyum sendiri di ranjang king size.

Kamar tidur yang dikelilingi oleh kaca dan langsung berhadapan dengan kolam renang dan gemericik air di ruang tamu yang dihuni oleh beberapa ikan hias yang eksotik.

Sementara Ian berbicara dengan Revan melalui handphone tentang sesuatu yang penting. Aulia ingin mencuri dengar tapi urung dirinya terlalu capek.

"Lunch ia ready, Miss." Salah seorang pelayan yang berkulit hitam memberi tahu pada Aulia jika makan siang sudah siap.
Aulia yang tau sedikit namun tak bisa membalasnya hanya menjawab.
"Yes."

Menikmati suasana makan siang hanya berdua menghadap ke laut sungguh sangat romantis.

"Sungguh kejutan yang indah, Mas."

"Terima kasih, Sayang." Ian mengecup tangan kiri istrinya.

Ian berbisik pada Aulia.
"Rosy minta adik."

"Minta. Beli ...." Aulia mengerling.

"Beli dengan apa? Dolar, Yen atau Euro?" tanya Ian dengan nada sombong.

"Beli dengan cinta."

"Akan kuberikan padamu, Sayang."

Mereka larut dalam kemesraan yang indah. Diiringi semilir angin tropis tidak seperti di Los Angeles yang sangat dingin.

Saling memagut di pinggir kolam renang dekat kamar utamanya.
**
Sementara di tempat yang jauh yaitu di Venesia Italia Isabela menerima fax jika Ian sudah menandatangani surat perceraian.

"Akhirnya, dia mungkin sudah bosan menungguku." Isabela berbicara pada Marco.

"Tidak, katanya dia sudah menikah lagi." Marco menjelaskan tentang Ian.

Mendengar hal itu Isabella agak sedikit berbeda, dia merasa Ian tidak akan mudah move on karena ditinggal olehnya. Dia lalu ingin mengetahui siapa orang yang telah menaklukkan Ian. Selama ini Isabela selalu memantau Ian tentang kedekatannya dengan wanita. Tapi soal menikah rasanya dia baru mendengar.

"Bagaimana dengan Rosy?" tanyanya pada Marco.
"I don't know."

Karier dia sebagai model internasional sedang berada di atas awan. Beberapa kontrak dengan agensi dan merk pakaian ternama membuatnya lupa akan keluarga. Apalagi ada Marco seorang miliarder asal Venesia-Italia.

Isabela hanya ingin tahu siap wanita itu, dan ingin membawa putrinya ke Italia. Dia tak ingin Rosy mendapatkan ibu tiri.

"Rosy harus aku bawa, dia milikku," desisnya.

Bagaimana kisah Ian dan Aulia apakah akan berjalan mulus?

Bagaimana masih mau lanjut?

Vote n komen.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OM DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang