Apa jadinya jika seorang duda beranak satu menikahi gadis yang masih perawan dan polos?
**
Aulia melangkah menuju lemari besar dengan cemin yang tak kalah besar. Ia melangkah dengan menyeret koper sedang berisi bajunya. "Aku sudah menikah,” gumamnya sambil bercermin. Aulia membereskan baju-bajunya ke dalam lemari yang berada di kamar Ian. Merapikan semuanya, walaupun tidak banyak karena memang dia jarang beli baju.Aulia bercermin sambil membenarkan letak kerudungnya.
“Aku cantik juga ya kalau memakai baju yang mahal,” ucapnya sambil berpose bak peragawati. Untungnya Ian sedang bekerja dan Rosy sedang sekolah. Pakaian mahal dari desainer terkenal berupa pakaian kasual modis tapi harganya setara dengan gajinya sebulan dulu ketika jadi sales.Memang cantik dan elegan. Aulia memang cantik. Adrian Prayogo sehari setelah menikah mengajaknya ke sebuah salon dan butik. Ian mengakui kalau Aulia masih polos hal itu Ian akui dan itu menyebabkan lebih cantik daripada Isabela. Namun, ia tidak bisa menyentuhnya karena perjanjian sebelumnya. Perasaan Ian tak bisa di bohongi. Ia hanya mencintai Isabela ketimbang siapa pun.
"Om, aku gak mau kalau tidur di ranjang ini. Aku masih belum siap." Aulia mengambil bantal untuk tidur di sofa.
Ian membuka kancing kemeja birunya satu per satu. "Aku memang duda berusia 10 tahun di atasmu tapi aku yakin kita bisa bekerja sama untuk Rosy," kata Ian membuka kemejanya hingga terlihat perut sixpack-nya.
Aulia memalingkan wajah karena gugup. "Oke aku mau menikah karena anak yang baru ketemu satu kali.” Aulia mencebik.
“Kamu jangan panggil om di hadapan orang lain terutama Rosy!” perintah Ian.
“Panggil apa?”
“Bisa mas,papa, sayang atau Abang,” jawab Ian.
“Oke Om eh Mas.” Aulia tersipu.
"Tiga hari yang lalu kita masih tidak saling mengenal tapi sekarang, kamu adalah istriku." Ian berbisik di telinga Aulia yang sudah lima Watt.
Embusan nafas Ian menyapu telinga Aulia hingga membuatnya bergidik geli.“Sana Om. Jangan dekati aku kalau gak mau aku akan teriak.”
“Yang bener, kamu mau teriak?” tanya Ian dengan nada menggoda.
Aulia mati kutu, ini rumah Ian. Bagaimana dengan Rosy jika mendengar teriakannya?
Aulia memilih bungkam dan memejamkan matanya.
Ian juga tidur di kasur empuknya dan membiarkan Aulia tidur sendiri di sofa.
Dipandanginya tubuh Aulia yang polos. Terkesan agak urakan tapi itulah daya tariknya. Alisnya yang tebal dan hitam bukan hasil sulaman.
Berbeda dengan teman-teman dan karyawannya Aulia seperti masih kanak-kanak dan itu cocok sebagai kakaknya Rosy.
Akhirnya Ian tidur menyusul Aulia ke alam mimpi.
**
"Om, boleh gak aku kerja?” tanya Aulia pada Ian setelah makan malam.
“Kerja dimana?”
“Sales.”
“Gak boleh! Kamu tuh sudah nikah urusi aja suamimu dan Rosy.”
Aulia merenggut wajahnya ditekuk sebab di CV tempat ia bekerja belum sempat gajian.
Teman-temannya sudah pada gajian dia tau lewat wa grup.
Tak ada yang tau jika ia telah menikah.
“Saya kan belum gajian bulan ini, mau ambil gaji. Boleh ya Om,” pinta Aulia dengan puppy eyes.
Ian yang sedang memeriksa beberapa berkas di meja kerjanya langsung berhenti sejenak lalu berbicara, “ Kalau begitu, boleh tapi hanya ambil gaji kamu.”
Aulia girang dan meloncat-loncat kemudian lari ke luar ruang kerja Ian. Ian yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala kemudian tanpa sadar tersenyum melihat tingkah Aulia.
Mentari pagi sudah menunjukkan sinarnya. Aulia sudah siap dengan kemana putih dan rok panjang hitam. Tak lupa dengan hijab berwarna abu-abu.
“Mau kemana, pagi-pagi sudah rapi?” tanya Ian.
“Mau ke kantor mengundurkan diri sama ambil gaji di ATM.”
Aulia pergi sendiri ditemani Pak Engkos—sopirnya.
Aulia bertemu dengan pimpinan di kantornya dan mengundurkan diri mengambil barang-barang miliknya serta beberapa bonus hasil bulan kemarin berupa satu set peralatan masak.“Pulang, Non?” tanya Pak Engkos.
“Iya langsung saja pulang,” jawab Aulia dengan lesu. Dia merasa sedih sebab berpisah dengan teman-teman kantornya. Kini, dia tak akan bebas lagi.
*
“Mama, besok hari ibu dan teks puisi dari Bu guru ada di tas, kita latihan yuk!” Seru Rosy.“Okeh.”
Rosy dan Aulia berlatih membacakan puisi di kamar. Puisi yang bertema cinta.
Mereka cekikikan di dalam sana, Ian merasa rumah ini tidak lagi sepi. Asisten rumah tangga di rumahnya berjumlah tujuh orang tak mampu membuatnya tenang.
Berkat Aulia, Ian jadi lebih tenang untuk meninggalkan rumah dan tak perlu lagi menitipkan Rosy pada ibunya.
"Biarin aku mati, Om. Hidupku sudah tak ada gunanya lagi. Aku tak bebas lagi . Dan semua itu gara-gara Om borokok!" Geram Aulia karena tak terima jika dia tidak boleh banyak berkunjung ke rumah orang tuanya.
Tanpa sadar air matanya meleleh keluar dari sudut matanya lalu tidur di kasur berdampingan dengan Ian.“Gara-gara Om impianku menikah dengan Sonny jadi kandas.”
"Halah! Cinta monyet! Cintamu dan Sonny yang aneh itu hanya cinta monyet, Aulia! Jika kamu menyesal menikah denganku tinggal bilang saja. Gampang, kan?!"
"Gak segampang itu, Om. Gini-gini, Aulia Dewi cewek setia. Aku tak bisa mempermainkan sebuah janji yang telah kuucapkan langsung pada Allah.”
Ian tercenung dan tak bisa meremehkan ucapan Aulia. Dugaannya salah soal Aulia, dia tidak seperti Isabela dia hanya korban situasi.
Hatinya menghangat mendengar bahwa Aulia cewek setia.
'apa aku mulai menyukainya?' Ian bertanya dalam hatinya.
Aulia dengan cueknya tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Akhirnya Ian pun mengikutinya ke alam mimpi dengan selimut yang berbeda.
**
Fajar menyingsing di ufuk timur, semua makhluk di belahan bumi ada yang beraktifitas dan ada pula yang beristirahat. Begitu pun dengan Ian yang sudah mandi dengan segar, ia berjalan ke luar kamar mandi dengan rambut basah."Aduh, Om jangan buka-bukaan!" Aulia memekik ketika Ian hanya memakai handuk di bawah pusar.
"Siapa yang buka-bukaan? Kamu aja yang merasa suka ya sama perut kotak-kotak milikku," sahut Ian.
"Idiih ...."
"Ya, sudah kamu pilihkan baju untukku. Sama dasinya sekalian!" perintah Ian yang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Aulia langsung membuka lemari dan memilihkan kemeja dan celana serta dasi berikut jas yang akan Ian kenakan.
Dengan cekatan Aulia memadu padankan pakaian suaminya. Ian hanya melihat dari sudut matanya sembari berjalan ke arah Aulia.
"Tuh! Sudah aku pilihkan cepat pakai nanti keburu siang." Aulia menunjukkan pada Ian dengan dagunya kemudian pergi ke luar. Akan tetapi, Ian mencegatnya.
"Gak segampang itu kamu pergi, pakaikan dong bajunya." Ian tersenyum manis.
Aulia hanya mendengkus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DUDA
RomanceSeorang pria yang menjadi single parent dan membesarkan anaknya sendiri. Ditinggal oleh istrinya. Anaknya yang sudah duduk di bangku sekolah dasar meminta seorang mama karena selalu diejek oleh teman-temannya karena tak punya mama. Meminta seorang...