Chapter 02

511 74 42
                                    

"SMA Negeri 1 Berdikari.
Sekolah yang elit, banyak orang yang mau masuk ke sekolah ini. Tetapi sama saja menurutku dengan yang lain".

-Blaze

*****
drap.. drap.. drap

Bunyi langkah sepatu sneakers beradu lantai keramik terdengar di sepanjang lorong kelas

"Aduh 2 menit lagi, cepat cepat"

Sungguh menyebalkan, ketika menikmati empuknya ranjang dibangunkan kasar oleh pijakan kaki kucing. Setelah bangun kusadari jam dinding tampak menatap, seolah jam itu bilang kepadaku

'ini memang pukul setengah tujuh, ente gak rabun

akhirnya aku langsung menyambar handuk dan berlari menuju kamar mandi. Saking buru burunya malah masuk gudang

Bangke emang

Dan disinilah aku, berdiri depan pintu kelas IPS 2-B saling bersitatap dengan seorang pria setengah baya berambut putih dan mengenakan kacamata, dahinya mengerut.

"Kenapa kamu baru datang, blaze? Ada ayam kecebur got lagi? "

Suara berat yang keluar dari pria tersebut membuatku menggaruk tengkuk, kikuk.

"M-maaf pak.. "

"Bapak baru memulai akan pelajaran, jadi kau tidak sepenuhnya terlambat, silahkan duduk"

"Baik pak",

aku melewati deretan bangku siswi yang berbisik bisik melirikku

biasalah 'fans..

.. fans sirik

"blaze kau sudah mengerjakan PR dari pak Bambang? "
Sambil menaruh tas dalam laci meja aku membalas tatapan datar arhan dari balik kacamatanya, dia teman baikku. Nama aslinya yudinarhan, panggil saja arhan atau udin.

"Sudah pastinya, kau kira aku semalas itu"

"Baik anak anak kumpulkan tugas kalian sekarang, yang tidak mengerjakan silahkan keluar".

Pak Bambang membuka pelajaran dengan ucapan tegas. Aku menyerahkan buku ke Ketua kelas.
"Kalian sudah siap untuk belajar? Jika sudah, keluarkan buku paket dan buku tulis kalian. Saya akan menerangkan materi pembelajaran hari ini. Kalian sudah siap?"

"Siap pak! "

beberapa diantara murid mendengarkan dan ada yang tidur di bangku belakang. Suana kelas hanya ada suara detak jarum jam dan suara Pak Bambang menerangkan pelajaran, sesekali tangannya menggores papan tulis dengan spidol. Waktu terasa lambat. Aku menguap. Pelajaran pertama tampak membosankan untukku. Aku melirik arhan di sampingku yang tampak fokus mendengarkan guru.

"Jangan liat liat . Aku masih lurus", ucap arhan dengan nada datarnya

"Sembarangan, aku hanya heran saja. Kau punya nama berapa banyak. Arhan, yudi, udin--"ucapanku terpotong oleh jeweran telinga

"Aduh duh iya ampun din eh maksutku arhan".

"Kau yang awalnya memanggilku udin dasar kompor gas elpiji bocor, sekarang gara gara gas bocormu namanya tersebar".

Arhan tersenyum. Tersenyum lebar dengan aura gelap

"Erk ehehe itu kan nama panggilan--"

"Blaze! Arhan! Kalau kalian masih bicara ditengah pelajaran kalian harus membersihkan gudang olahraga sepulang sekolah nanti! "

Suara tegas Pak Bambang memotong ucapanku. Murid lain mengikuti arah pandang Pak Bambang.  Arhan melepas jeweran telinga dan menunduk. Aku ikut menunduk mengusap telinga yang merah

I'M FIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang